LW - 44.

11K 1.1K 1
                                    

HAPPY READING.

Lijen memejamkan mata nya saat mendengar teriakan yang begitu memekik di telinga nya.

"Kurasa mulut mu perlu ku sumpal" Desis lijen.

"K-kau! Dimana a-aku sekarang" Gugup nya.

"Cih, kau yang tiba tiba datang kemari dan membuat ku repot pun tidak ingat" Cibir lijen berjalan kearah lemari nya.

Hwarang yang masih linglung pun mengikuti kemana arah lijen berjalan.

"Maafkan aku, aku ti- akhhhh!!!" Jeritan itu kembali terdengar.

Bagaimana tidak berteriak saat didepan mata nya lijen membuka jubah mandi nya.

Lijen memutar bola mata nya malas.

"Aku tidak serendah itu membuka jubah ku didepan mu" Ucap lijen.

Hwarang yang mendengar itu pun dengan ragu membuka telapak tangan yang menutupi wajah nya.

Disana terlihat lijen yang memakai sebuah pakaian berwarna merah senada dengan jubah mandi tadi.

Dia memakai piyama renda pendek yang hanya sebatas atas lutut nya.

Hwarang hanya diam memperhatikan lijen dari arah belakang, paha putih mulus itu tertampang jelas di hadapan nya.

"Jaga pandangan mu bodoh" Sentak lijen mengembalikan kesadaran Hwarang.

"Akh, m-maafkan aku" Gugup nya saat tertangkap basah menatap paha putih mulus milik perempuan di hadapan nya.

"Aku a-akan keluar dari sini" Lanjut hwarang keluar dari kamar milik lijen.

Lijen menghembuskan nafas lega nya saat hwarang keluar dari kamar nya.

Sial mengapa aku jadi nerfes begini.

Tiga puluh menit lijen berada di dalam kamar hingga akhirnya dia pun keluar untuk makan malam.

Makan malam seperti biasanya namun kali ini bukan wongle yang menjadi ketiga namun si pria cengeng.

Lijen melirik sekilas hwarang yang makan dengan lahab, sesekali dia mendapati hwarang tersenyum senyum sendiri.

Aneh.

"Bolehkah aku bertanya selepas ini" Tanya lijen yang masih fokus pada piring nya.

Hwarang agak terkejut saat lijen tiba tiba bicara kepada nya.

"Uhuk uhukk"

Lain hal membantu lijen hanya diam menatap hwarang.

Mengambil segelas air lalu meminum nya hingga tandas.

"B-bertanya? Maksud ku bertanya t-tentang apa?" Seru hwarang.

Namun lijen hanya diam tanpa menjawab ucapan hwarang.

Makan malam telah selesai kini lijen dan hwarang tengah berada di ruang tamu.

"Siapa yang melukai mu?" The poin lijen.

Tubuh hwarang menegang saat pertanyaan itu keluar dari mulut lijen.

"Tidak"

Dia mengerutkan dahinya bingung apa maksud dari kata tidak itu.

"Maksud mu?, kau pernah berkata kepada ku jika ada seseorang yang membayar mereka untuk menindas mu? Benar?" Ucap lijen.

Tubuh tegap dihadapan nya bergetar di saat lijen mengatakan hal itu.

"Bolehkah aku menceritakan nya" Cicit hwarang pelan sangat pelan.

"Tentu" Balas lijen.

Flashback.

18 tahun lalu.

Hwarang merupakan anak yang begitu disayang oleh Kaisar terdahulu, selain rupa yang begitu duplikat kaisar dia juga menuruni sifat sang ayah yaitu bisa membaca pikiran orang lain dan bisa melihat masa depan yang akan datang.

Saat itu hwarang tepat berumur 4 tahun tepat disitulah hwarang dan keluarga wang tengah merayakan hari lahirnya putra kedua dari istri sah nya.

Perayaan begitu megah dengan beberapa mengundang sebagai anggota Kekaisaran lain nya.

Kaisar memberikan sebuah hadiah yang begitu di impi impian oleh semua anak laki-laki seusia hwarang.

Hwarang yang mendapat itu begitu bahagia sehingga mencium seluruh wajah sang ayah.

Namun dua pasang mata menatap nya penuh kebencian dan keirian.

Mereka Hwanghae wang - putra pertama dari selir kedua Kaisar terdahulu dan ibu dari Hwanghae.

Dia juga ingin merasakan bagaimana rasa nya begitu di sayangi oleh sang kaisar/ayah nya dari lahir dia begitu terabaikan bahkan jika bertemu kaisar hanya melirik nya dengan sekilas berbeda dengan wicen ataupun hwarang dia menatap mereka begitu lembut nan penuh kasih sayang.

Hingga dari situlah jiwa kebencian muncul pada raga hwanghae.

Memang hwanghae bukanlah anak keinginan kaisar, ibu dari hwanghae yang dulu begitu terobsesi hingga nekat memasukkan obat perangsang kedalam minuman kaisar hingga lahir lah hwanghae hae.

Saat itu wicen baru dalam kandungan tepat nya 4 minggu, kaisar begitu bahagia mendapatkan berita itu namun wajah bahagia itu lenyap saat tiba tiba seorang wanita datang dengan perut yang membuncit.

Lijenwang ☑Where stories live. Discover now