24. BERKELAHI

176 22 13
                                    

"LAWAN GUE, MIKE. JANGAN JADI PENGECUT! KITA SELESAIKAN INSIDEN MASA LALU SEKARANG. LO ATAU GUE YANG MATI!"

- BINOCULARS GIRL -

Happy Reading ❤

Mike tersenyum sinis melihat kemarahan Mark. Ia sengaja tidak melawan dan membiarkan Mark menghajarnya. Mike kini sudah tergeletak di atas tanah dengan Mark yang berada di atasnya mencengkeram kerah kemeja. Menyaksikan kedua sudut bibir Mike terangkat, emosi Mark semakin tersulut. "Lo masih bisa tersenyum setelah menyebarkan fitnah ke seluruh penjuru kantor, hah?!"

Mark kembali mempersiapkan diri untuk menghanjar. Ia mengepalkan kedua tangan kuat lalu menghantamkannya ke pipi kiri Mike. Melati yang melihat perkelahian keduanya hanya dapat berdiri kaku. Lututnya melemas menyaksikan Mark berubah semenyeramkan itu.

"Bangun, lo! Jangan diam aja. Ayo lawan gue!" Mark menarik paksa Mike agar berdiri. Laki-laki itu lalu menendang perutnya, sehingga Mike kembali tersungkur.

"Lo enggak tahu seberapa susahnya gue melupakan insiden Agatha. Sekarang lo ungkit-ungkit lagi." Wajah Mark masih memerah penuh murka. Entah sudah berapa kali bogeman mentah Mark layangkan kepada lawannya, sampai muka Mike nampak membiru. Namun, Mike masih terus diam tak membalas.

Masih ingat salah satu rencana Mike? Dalam kisah ini, ia ingin Mark nampak sebagai penjahat.

"LAWAN GUE, MIKE. JANGAN JADI PENGECUT! KITA SELESAIKAN INSIDEN MASA LALU SEKARANG. LO ATAU GUE YANG MATI!"

Kali ini Mark mendorong Mike ke arah mobil. Ia mengunci pergerakan Mike dan langsung meninju rahang kanannya dengan keras. Darah membucah keluar dari mulut Mike.

"Lo mau bunuh gue?" tanya Mike sambil menyeringai. Sudut matanya sedikit melirik Melati. Gadis itu tengah menangis sambil menutup mulut dengan kedua tangan tak percaya.

"Bunuh dan mendekamlah di penjara," kata Mike sambil meringis. Tanpa basa-basi, Mark kembali memukuli Mike dengan beringas. "LENYAP LO, BANGSAT!" teriak Mark.

"UDAH. AKU MOHON UDAH!" Teriakan Melati yang penuh frustrasi membuat Mark menghentikan tangannya yang sedang meninju wajah Mike tanpa jeda. Ia menoleh menatap gadis yang kini sudah banjir air mata dan terduduk di tanah. Mark melempar tubuh Mike yang tak berdaya. Mark mengumpat tiada henti. Bagaimana mungkin ia melupakan kehadiran Melati yang sejak tadi melihat sisi lain dari dirinya.

"Mel, ...." Dengan langkah pelan Mark berusaha mendekat.

"Pergi! Jangan dekat-dekat. Kamu penjahat. Mike ternyata benar kalau kamu itu pembunuh!" Tangis Melati semakin besar. Ia meringsut mundur, takut melihat tubuh Mark yang sudah dipenuhi oleh darah.

"Pembunuh? Aku enggak pernah membunuh Agatha dan cowok itu masih hidup," kata Mark sambil menunjuk ke arah Mike yang masih terbaring.

Melati menggelengkan kepala. Ia merangkak cepat ke arah Mike. Kakinya masih terlalu lemas untuk berdiri tegak. Dengan penuh rasa khawatir, Melati meletakkan kepala Mike di pangkuannya. Gadis itu menepuk pelan pipi Mike sampai kedua mata laki-laki itu terbuka. "Mike, kamu enggak apa-apa? Mana yang sakit? Aku obati kamu, ya? Aku bawa kamu masuk ke toko dulu."

Melati berusaha mengangkat Mike. Namun, tubuh ringkihnya tidak kuat menahan beban laki-laki itu. Terlebih Mike juga merasa begitu lemas, sudah banyak darahnya yang terbuang.

Mark yang menyaksikan keduanya hanya dapat tersenyum miris. Hubungan dia dan Melati sudah dapat dipastikan sangat renggang setelah ini. Mark lantas menaiki motor dan melaju pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Setelah kepergian Mark, Mike mulai membuka suara. "Ambil ponsel yang ada di saku kanan celana gue. Hubungi nomor telepon Banu. Biar sekertaris gue ke sini." Melati mengangguk patuh. Ia mengikuti permintaan Mike.

Di dalam apartemen, Mark mengamuk mengacak isi kamar. Ia lalu terduduk lemas di sisi ranjang. Satu tangan laki-laki itu terarah mengambil ponsel. Mark sungguh tidak menduga hal ini terjadi lagi di kehidupannya. Emosi yang tak terkontrol, membuat Mark seakan-akan kehilangan jati dirinya sendiri. Laki-laki itu membuka aplikasi Whatsapp dan menghubungi seseorang.

Cewek Rese!

Lo pengin cepat-cepat jadi tunangan gue 'kan? Ke apartemen sekarang. Gue butuh lo, Cat.

Iya, Sayang.

Mark melempar ponselnya ke atas kasur. Ia menelungkupkan kedua kaki dan menyembunyikan wajah di sana. "Gue enggak nyangka. Gue bakal menghubungi, Catrine," lirihnya.

***

Catrine yang sedang have fun bersama ketiga temannya, mau tak mau pamit undur diri lebih awal. Dia tidak mungkin mengabaikan permintaan Mark. Apalagi laki-laki itu sangat jarang secara terang-terangan mengatakan membutuhkannya. "Gue duluan. Jangan khawatir, ini semua udah dibayar, bye." Satu kali lagi Catrine meneguk minuman soda miliknya. Ia lantas beranjak pergi dari restoran membuat Lolita, Alice, dan Shafia memandang heran.

Setibanya di depan apartemen Mark, Catrine kembali mengirim pesan. Ia sudah menekan bel beberapa kali. Akan tetapi, Mark kunjung tak membukakan pintu.

Calon Suami

Aku udah sampai, Sayang.
Kok enggak dibukain?
Kamu di dalam 'kan?

Password apart 789456123.
Masuk aja gue di kamar.

Catrine cukup kaget membaca pesan yang dikirim oleh Mark. Tumben sekali Mark mau membagi password apartemennya. Hari ini laki-laki itu terkesan berbeda. Tidak ingin membuang waktu, Catrine segera masuk guna menemui Mark. Saat Catrine membuka pintu kamar laki-laki itu, betapa kagetnya Catrine melihat seisi kamar hancur berantakan. Kedua mata Catrine langsung mencari keberadaan Mark. Ia menganga melihat kondisi Mark yang mengenaskan. Tangan laki-laki itu dilumuri darah, bahkan bajunya juga.

Dengan penuh hati-hati, Catrine melangkah. Pasalnya lantai kamar Mark penuh pecahan kaca yang berhamburan. "Mark, kamu kenapa? Kok bisa kayak gini? Bentar-bentar, perasaan dari tadi enggak ada gempa 'kan?"

Pertanyaan konyol yang Catrine lontarkan membuat Mark mengangkat kepalanya. "Bodoh!" ejek Mark.

"Ih, aku harus apa, Sayang?" Catrine menggigit bibir bawahnya bingung.

"Ambilin P3K dan obati luka gue. Gue manggil lo ke sini buat ngobatin gue. Melati sekarang pasti lagi ngobatin Mike!"

"Eh?"

"Cepet, Catrine!" Teriakan Mark membuat gadis itu terlonjak. "I-iya." Catrine lantas mengambil P3K untuk memenuhi permintaan kekasihnya.

Di sisi lain, Banu baru saja sampai di depan Mademoiselle Florist. Sekretaris itu langsung memapah tuannya dan memasukkan Mike ke kursi belakang mobil. Wajah Mike nampak pucat meski dalam hati bergejolak penuh kemenangan. Banu baru saja akan menutup pintu mobil sampai Melati mencegah. "Aku ikut. Aku khawatir banget sama kondisi Mike, please," katanya memohon.

Banu melirik sekilas ke arah Mike yang menggeleng. "Tidak bisa. Biar saya saja yang urus."

Raut muka Melati terlihat kecewa. Ia lalu membiarkan Banu membawa Mike seorang diri.

Di perjalanan Mike tertawa cukup keras. Meski wajahnya babak belur dan darah masih keluar dari sudut bibir. Namun, seakan tak ada rasa sakit yang menyergapi tubuhnya. "Lo tahu, Banu? Barusan Mark kehilangan kendali di depan Melati. Citra laki-laki itu sekarang sudah buruk. Gue puas banget," pekik Mike kegirangan.

Banu yang melirik tuannya dari kaca dalam mobil hanya dapat mengangguk. "Iya, Tuan. Akan tetapi, kondisi Anda sekarang cukup memprihatinkan. Anda harus ke rumah sakit."

Mike tidak mengindahkan. Senyumnya masih terus mengembang. "Setelah ini periksa kotak hitam mobil. Pasti ada rekaman Mark yang memukuli gue. Kita bisa gunakan itu untuk menghancurkannya."

***

Yeayy, Binoculars Girl update bab 24. Semoga kalian suka, ya.

Jangan lupa vote dan komen supaya aku tambah semangat.

Salam sayang,

Yola Junita

BINOCULARS GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang