20. INSIDEN TIGA TAHUN SILAM

212 25 16
                                    

"Gue ada kejutan buat lo." —Mike Anderson

- BINOCULARS GIRL -

Happy Reading ❤❤

Membuka kasus lama bukan hal sulit bagi Mike. Meski masalah ini juga pernah menghancurkan hatinya. Namun, akan lebih merusak mental Mark. Dengan gusar Mike memasuki ruangannya di kantor. Ia duduk di kursi seraya melonggarankan dasi. Seseorang mengetuk pintu, membuat Mike berkata, "Masuk!"

Banu melangkah dengan perlahan. Di tangannya terdapat sebuah tablet yang berisi informasi penting. "Saya sudah melakukan perintah dari Tuan. Informasi tentang kasus tiga tahun lalu telah di-remake rapi dan siap disebarkan."

Mike mengambil tablet tersebut. Ia membaca secara perlahan. "Sudah ada kabar dari Dokter Akbar?" tanyanya.

"Terakhir saya dengar kondisi Tuan Besar semakin parah. Katanya Tuan Besar menjodohkan Tuan Mark dengan Catrine, lalu Tuan Mark sempat menolak, itu sebabnya Tuan Besar drop. Akan tetapi, Tuan Mike sekarang tidak perlu khawatir. Dokter Akbar selaku dokter pribadi Tuan Besar sudah menyuntikkan obat yang akan membuat imunnya menurun setiap hari dan mati perlahan dengan keadaan terlihat normal."

Mike mengangguk mendengar penjelasan sekretarisnya. Ia tidak sabar mendengar kematian Davidson. "Sebarkan informasi buletin ini secara internal perusahaan Son Family dulu. Jangan sampai pihak luar ada yang tahu. Gue ingin ketika kelak Mark diangkat menggantikan Davidson, seluruh karyawan di kantor utama menolak."

Banu mengangguk patuh. Ia lantas bergegas pergi untuk menjalankan tugasnya.

Mark Laurson, Penerus Utama Son Family Pernah Terlibat Kasus Kematian Seorang Gadis?

Buletin yang penuh kontroversial mulai menyebar ke LAN (local area network) perusahaan milik Son Family. Atas bantuan orang dalam di bagian informasi komunikasi, Mike berharap rencananya merusak reputasi Mark dapat berjalan lancar. Mike bangun dari duduknya. Laki-laki itu memandang hiruk pikuk Kota Jakarta dari lantai dua satu melalui jendela.

Sejujurnya Mike telah diberikan satu anak cabang perusahaan milik Davidson untuk dikelola. Namun, Mike tidak merasa puas. Ia ingin mengambil ahli perusahaan pusat, berikut warisan-warisan Davidson. Sebagai keturunan yang telah lama diabaikan oleh Grim. Mike tidak merasakan keadilan. Ia baru akan lega setelah berhasil membuat setengah perusahaan utama menjadi miliknya.

"Gue dan Mark sama-sama anak lelaki. Pembagian seharusnya dilakukan secara rata," kata Mike berkali-kali mengukuhkan rencananya. Perlahan, kedua mata Mike memejam. Ia berusaha mengingat kasus kematian Agatha yang terjadi tiga tahun lalu.

Flashback

Malam itu Mike menerima banyak telepon masuk dari Agatha. Namun, karena mengetahui Atha menyukai Mark, Mike memutuskan untuk mengabaikannya. Tidak bisa dipungkiri Mike merasa sakit hati. Agatha, perempuan yang sangat dekat dengan Mike. Gadis manis dengan lesung pipi itu selalu mendukung Mike agar semangat belajar. Agatha juga kerap memberikan Mike perhatian lebih yang tidak bisa diberikan oleh ibunya karena Lana sibuk bekerja di toko roti. Namun, momen ketika Mike memperkenalkan Agatha lebih dekat kepada Mark membuat Mike merasa menyesal. Secepat kilat Mike merasa sikap Agatha berubah. Hati perempuan itu justru jatuh pada Mark, si siswa teladan, ketua OSIS kesayangan para guru.

"Aku suka sama Mark. Nanti malam aku mau ke apartemennya Mark buat menyatakan perasaan secara langsung." Perkataan Agatha hanya dibalas anggukan oleh Mike. Laki-laki itu sebenarnya enggan untuk mendengarkan.

"Ya, good luck," kata Mike singkat. Ia bergegas pergi meninggalkan Atha di parkiran sekolah.

Sekitar pukul sebelas malam, kurang lebih Agatha menelepon Mike sepuluh kali. Mike yang sedang melampiaskan patah hatinya dengan bergadangkan memain game di game center, tidak mengacuhkan panggilan Atha. Ia terus menekan stik kasar sampai ibu jarinya terasa sakit. "Sial," gerutu Mike.

Merasa jika hatinya tak tenang, Mike lantas memeriksa ponsel. Laki-laki itu begitu kaget mendapati puluhan pesan terkirim dari Agatha. Pesan itu berisi permintaan menolong karena Agatha sedang dikejar-kejar tiga preman yang tengah mabuk. Mike yang pada saat itu merasa panik, berusaha menghubungi Mark. Ia ingat jika Agatha berkata akan ke apartemen sahabatnya.

"Agatha ada sama lo? Dia barusan ke tempat lo 'kan?" tanya Mike panik.

"Iya, tapi sekarang Atha udah enggak sama gue. Barusan dia nelepon gue berkali-kali, cuma enggak keangkat. Pas gue telepon balik, panggilannya malah terputus."

"Lo biarin Agatha pulang sendiri malam-malam begini. Di mana otak lo hah?!" Mike tidak dapat menahan kekesalan. Iya semakin yakin kondisi Atha tengah terancam.

Saat Mike sedang berlari mencari keberadaan Agatha, sebuah berita yang terpampang di salah satu televisi warkop 24 jam membuat laki-laki itu membelalakkan matanya.

"Ditemukan mayat seorang perempuan dengan kondisi pakaian tak lagi utuh. Berdasarkan kartu identitasnya diketahui korban bernama Agatha Stephanie. Saat ini polisi tengah mencari pelaku dari kejadiaan naas tersebut."

"Ini semua salah Mark. Dia benar-benar lalai," desis Mike. Semenjak saat itu hubungan Mike dan Mark menjadi semakin renggang. Apalagi saat dalam persidangan pelaku, jaksa memberi tahu salah satu faktor terdakwa berhasil menemukan keberadaan korban yang sudah bersembunyi adalah akibat dering ponsel korban yang berbunyi. Saat itu terdakwa menjelaskan kronologinya. Mike yang menghadiri persidangan segera menyadari jika itu panggilan Mark yang berusaha menelepon balik Agatha.

***

Mike membuka kelopak mata. Sudah cukup bagi dirinya mengenang masa lalu yang penuh luka tersebut. Ia tersenyum miris. Seandainya saat itu Agatha tidak pergi menemui Mark, hal semacam itu tidak akan pernah terjadi. "Ya, itu alasan kenapa Mark harus membayar mahal," lirih Mike. Laki-laki itu melihat arloji di pergelangan tangan. Jam menunjukkan pukul sebelas siang. Waktunya Mike menjemput Melati di kampus.

Mobil Porsche milik Mike ikut memenuhi jalanan Jakarta. Ia tiba di depan Universitas Wirata tepat saat beberapa mahasiswa di kelas telah keluar. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya di kap mobil. Menunggu Melati, salah satu kunci utama dalam memuluskan rencananya. Ketika yang dinanti tak kunjung tiba, Mike justru kembali berpapasan dengan Mark dan Catrine. Mike mengeram marah. Rahangnya bergemeletuk mengingat kedua orang itu tadi pagi menyebutnya anak haram.

"Enggak nyangka kita ketemu lagi," sapa Mike dengan senyum palsu di wajahnya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Catrine ketus.

"Ya, nunggu Melati-lah. Btw, kalian kelihatan cocok, kok." Mike mengejek. Ia memandang Mark rendah, seolah-olah memberi tahu jika dirinya sudah memenangkan Melati. "Oh, iya, kalau kalian tunangan jangan lupa undang gue sama Melati, ya. Atau kalau bisa kita double date aja," lanjutnya.

"Jangan mimpi," timpal Mark.

"Kenapa? Gue udah tahu kok lo dijodohin sama nih cewek. Sebagai cucu kesayangan, lo enggak mungkin punya keberanian nolak si Tua."

Mark hampir saja mencengkeram kerah jas Mike bila telinganya tidak mendeteksi suara Melati.

"Mike kamu di sini?" tanya Melati membuat suasana seketika senyap.

Catrine memutar bola mata malas melihat kehadiran Melati. Gadis itu lantas menggandeng lengan Mark seraya berkata, "Sayang, ayo kita pulang. Aku capek nih."

Melati hanya dapat menunduk mendengarnya. Mark lantas melepas tangan Catrine dan hendak bergegas pergi. Sebelum laki-laki itu melangkah, Mike sudah lebih dahulu menahannya. "Jangan lupa nanti cek informasi di LAN perusahaan utama. Gue ada kejutan buat lo," kata Mike membuat Mark mengeryit bingung.

Kejutan? Apa yang sebenarnya direncanakan sama Mike? batin Mark.

***
Binoculars girl update bab 20. Semoga kalian suka, ya.

Jangan lupa vote dan komen supaya aku tambah semangat.

Salam sayang,

Yola Junita

BINOCULARS GIRL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang