Special Chapter : 02

222 17 2
                                    

Special Chapter : 0.2

Susu Stroberi

Susu Stroberi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Baekhyun

Pelajaran bahasa tadi cukup membosankan sehingga gue memilih untuk tidur sejenak. Namun yang terjadi malah gue kebablasan tidur sampai bel istirahat kedua terdengar, membuat gue tersentak kaget dari mimpi yang nggak jelas dan nggak gue ingat.

Lalu, gue mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Kosong.

"Lah, kok kosong?"

Gue celingukan dan nggak mendapati siapapun di kelas. Semua kursi kosong, menyisakan gue yang duduk dipojok didekat jendela. Chanyeol yang duduk di sebelah gue juga nggak tahu ada di mana sekarang.

Akhirnya, gue memutuskan untuk pergi ke kantin.

Berniat untuk membeli sesuatu yang bisa membuat tenggorokan gue sedikit segar. Gue melangkahkan kaki ke vending machine yang berada di belakang kantin, namun langkah gue tersendat begitu mendapati seseorang berdiri nggak jauh dari sana dengan gelagat kebingungan.

Gue buru-buru bersembunyi dibalik tembok dan sedikit mengintipnya. Dari roman-romannya sih kelihatan banget kalau dia nggak bisa mengoperasikan alat itu.

Dia orang mana sih kok nggak tahu caranya pakai itu?

Hello, di Korea Selatan ada banyak vending machine pada tempat-tempat umum seperti pinggiran jalan, stasiun, depan toko.

Nggak mungkin cewek ini berasal dari sudut pinggiran Korea yang terlalu pelosok sampai-sampai barang beginian aja dia nggak nemu?

Terlihat udik sekaligus lucu. Gue memerhatikannya terus sampai kaki-kaki gue terasa pegal karena berdiri kelamaan.

"Gimana sih?"

"Kok nggak bisa yah?"

"Hmm."

"Stroberinya tinggal dua lagi."

Suaranya terdengar pasrah, dia terus memencet-mencet kaca besar sampai sesekali memukulnya sedikit keras.

Dia kelihatan bingung. Super kebingungan. Tapi lucunya, saat ada orang-orang di belakangnya, dia pura-pura menjauh dari sana. Setelah orang-orang di sana pergi, dia balik lagi, mulai menyentuh dan memukulnya lumayan keras. Gitu aja terus.

"Anjirr lucu banget," gumam gue sambil cekikikan.

Berulang kali dia mondar-mandir di sekitar vanding machine, sesekali dia melirik siswa-siswi lain yang melewati dirinya, seakan mencoba untuk meminta bantuan pada mereka tetapi berakhir gagal karena dia terlalu takut dan juga malu.

You Never Know (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang