9. Breathe

133 28 12
                                    

Chapter 09

Breathe

***

Baekhyun

Semenjak kejadian kemarin malam yang nggak sengaja ketemu sekretaris baru di sekitar sungai Han. Gue mulai menyadari kehadirannya di kantor karena sering bolak-balik ke ruangan gue untuk ngedengerin ocehannya yang memekakkan telinga.

 Gue mulai menyadari kehadirannya di kantor karena sering bolak-balik ke ruangan gue untuk ngedengerin ocehannya yang memekakkan telinga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Selamat siang, Pak Baekhyun, saya cuma mau memberi tahu kabar bahwa lusa kita akan menjalankan rapat."

Gue mengangguk kecil dengan mata yang masih fokus ke arah laptop. Lalu gue kira dia udah balik lagi ke tempatnya karena nggak terdengar lagi ocehannya. Gue baru aja akan menarik napas tapi pintu kembali terbuka dan sosoknya menyembul masuk.

"Pak, tim pemasaran bilang stok pakaian anak-anak bulan ini sudah habis dari yang disediakan."

Awalnya, gue pikir karena dia baru jadi seorang sekretaris, wajar aja kali ya kalau sedikit-sedikit lapor daripada lakuin ini-itu sendirian tanpa lapor terus salah. Kan lebih baik mencegah daripada kena omel, iya kan?

Cuma yang bikin gue kesal sama ini anak nggak tahu sopan santun banget, seenaknya masuk dan bilang ini-itu kayak nganggep gue teman. Nggak tahu apa ya kalau gue kerja juga butuh ketenangan bukannya diusik mulu sama suaranya yang cempreng.

"Iya, iya kamu minta sama tim produksi untuk rapatin itu."

Lalu hening. Gue pikir dia udah benar-benar nggak akan datang ke ruangan gue lagi, tapi beberapa menit kemudian.

"Pak, sekarang waktunya makan siang bersama klien!"

Arah mata gue beralih ke arah jam dinding dengan gertakan gigi yang tertahan, kedua tangan yang terkepal sangat kuat di atas meja lalu kemudian gue tersenyum ke arahnya. "Iya, iya. Kamu sudah reservasi tempat kan?"

Dia mengangguk kecil.

"Yaudah kamu duluan yang datang, saya nanti nyusul."

Gue mencoba menampilkan senyuman terbaik yang gue miliki, memberikan kesan hangat walaupun aslinya gue muak sama kebisingan yang dia ciptakan hari ini. Cuma entah kenapa semuanya jadi terasa sulit, gue mendadak lupa bagaimana caranya tersenyum yang biasa gue tampilkan untuk semua orang. Jadi gue sekarang hanya tersenyum artifisial yang dibuat senatural mungkin sambil ngelihatin dia yang jalan mundur untuk keluar dari ruangan gue.

Awas aja kalau dateng lagi!

Gue menyandarkan seluruh badan pada kursi untuk merilekskan tubuh sambil memijat pelipis gue pelan. Baru berapa hari sih gue punya sekretaris secerewet dia? Dan siapa lagi yang meloloskan anak bau kencur untuk jadi sekretaris gue?

You Never Know (END)Where stories live. Discover now