33. A Sky Full of Star

83 18 7
                                    

Chapter 33

A Sky Full of Star

***

Baekhyun

"Terimakasih sudah menjaga Hara selama ini."

Hari itu jam menunjukkan pukul satu dini dengan suhu yang hampir nol derajat untuk wilayah Seoul sebab gue belum mengaturnya ke wilayah Busan di jam digital gue.

Dan seorang Choi Nara mengajak gue untuk bicara secara empat mata di taman rumah sakit setelah melihat kondisi Hara yang mulai stabil dari keterguncangannya tadi itu.

Gue menggosok-gosokkan kedua tangan untuk menetralisir rasa hangat saat beliau pergi entah ke mana dan kembali sembari membawa segelas kopi yang dia berikan kepada gue.

"Hara pasti beruntung punya kamu."

Gue tersenyum tipis mendengar ucapannya yang hampir terdengar seperti pujian.

"Saya yang seharusnya beruntung buat itu, Tan." balas gue, menunduk untuk melihat pantulan wajah gue sendiri pada kopi yang berada digenggaman tangan gue sekarang. "Saya yang seharusnya beruntung karena dia segalanya buat saya."

"Capek nggak untuk terus-menerus jatuh buat dia?" tanyanya, kali ini tangannya beralih menepuk punggung gue dengan pelan, sesekali terdengar kekehan yang membuat gue menoleh dan mendapatinya tengah tersenyum simpul.

"Capek." balas gue sambil tersenyum hambar. "Capek banget, banget, banget." sampai gue memejamkan mata untuk menghayati betapa capeknya seorang Byun Baekhyun untuk terus terjatuh hanya untuk Hara seorang. "Tapi sekalipun saya capek, entah kenapa saya nggak bisa berhenti untuk terus jatuh untuk dia."

Lalu gue mengerling dan menatapnya sekali lagi sambil tersenyum yang lebaaaaaar banget.

"Kamu pantas dapat yang lebih baik dari Hara."

Lantas, senyuman di wajah gue menghilang.

"Kamu orang baik, Baekhyun. Jangan sia-siakan waktu kamu hanya untuk Hara karena saya tahu hubungan kalian nggak akan berakhir sampai ke jenjang serius sekalipun kamu siap untuk segalanya."

Choi Nara menatap kedua bola mata gue dalam dengan penuh rasa bersalah, seolah tengah memberitahu gue untuk menyerah pada sesuatu yang bahkan belum gue genggam sama sekali.

"Hara punya pola pikir yang rumit, dan saya nggak mau kamu tersiksa karena itu."

•••

Hara

Hidup selama delapan belas tahun bersama Papa yang sering menghabiskan waktunya di sofa ruang tengah sambil nyebat dan minum soju berujung memberikan gue trauma yang teramat dalam karena cerita hidupnya yang penuh dengan penyesalan.

Sebenarnya gue hampir melupakan semua cerita Papa yang dia kasih tahu ke gue seandainya nggak ada pemicu yang membuat gue harus mengingatnya lagi.

"Ra, Papa kamu masuk rumah sakit. Papa kamu loh ya, bukan Papa aku!"

Telepon dari Jongdae sukses membuat kepala gue penuh dengan kenangan-kenangan di masa itu.

You Never Know (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt