DUA PULUH

13.8K 2.5K 386
                                    

Sudah tengah Ramadan! Masih semangat kan? 

Hari ini nggak ketemu Manal yang membuat hati kita berbunga-bunga XD Tapi jangan sedih ya, karena Ava sedang perlu dukungan untuk membunuh satu naga dari masa lalu.

Jangan lupa tinggalkan komentar untukku :-)

Love, Vihara(IG, Karyakarsa, Tiktok ikavihara, WhatsApp 083155861228)

***

"Hidup ini nggak adil ya. Kapan aku bisa punya rumah dan mobil bagus begini? Mobil ini berapa harganya? Satu M apa dua M? Dengan gajiku yang segitu, aku perlu kerja berapa lama?" Tangan Tana menyentuh dashboard Lexus milik ibu Ava.

Ava, yang menyetir di samping Tana, hanya tertawa. Berapa pun harganya, yang penting mobil ini dibeli Linda dengan penghasilannya, bukan dengan uang ayah Ava. Dan siang ini Ava meminjamnya. "Hidup ini nggak adil. Itu benar. Kapan aku punya ayah yang normal? Keluarga yang utuh? Seperti keluargamu?"

Urip iki mung sawang-sinawang, nasihat Linda dulu. Kita melihat hidup orang lain lebih daripada hidup kita. Orang lain berpikir hidup kita sempurna. Hari ini Tana iri pada rumah dan mobil bagus milik orangtua Ava. Tahun lalu saat Ava ikut pulang kampung ke rumah Tana, Ava iri setengah mati melihat orangtua Tana harmonis dan mesra, juga sangat mencintai anak-anak mereka.

"Eh, aku tadi malam ketemu Harlan di supermarket, Va. Dia sudah di sini seminggu katanya. Dia nanyain kabarmu. Kubilang kalau Ava baik. Bahagia. Punya pacar baru."

"Kenapa kamu harus sebut-sebut soal pacar sih, Tan?" Kalau Harlan sudah pulang, Ava harus segera menyiapkan sepatu yang paling runcing karena bisa sewaktu-waktu bisa bertemu Harlan di suatu tempat di kota ini. "Itu hoax. Aku nggak punya pacar."

"Kan ada Manal."

"Dia bukan pacarku."

"Pacar dong. Mana ada teman laki-laki kasih hadiah sepatu yang cantik gitu? Sepatu mahal lagi. Di IG Manal itu kakimu kan?" Tanpa menunggu jawaban Ava, Tana melanjutkan. "Aku bilang begitu supaya Harlan tahu kalau ada laki-laki yang lebih baik daripada dia yang menghargai kamu. Yang mencintaimu. Biar dia tahu laki-laki berengsek seperti dia nggak akan pantas mendapatkan wanita sebaik kamu. Kulihat kamu sudah baik-baik saja sekarang. Sejak sama Manal. Iya, kan, Va?"

Baik-baik saja apanya. Penderitaan Ava bahkan dimulai lebih awal. Sejak beberapa bulan sebelum Harlan menelepon Ava untuk yang terakhir kali dan hubungan mereka berakhir. Mudah untuk membaca tanda bahwa sebuah hubungan akan berakhir. Yaitu, orang yang kita cintai perlahan mulai menjauhkan diri. Susah dihubungi. Tidak mengangkat telepon dan lama sekali membalas pesan. Mereka mulai mengarang berbagai macam alasan untuk menghindari komunikasi. Mulai dari digempur lembur setiap hari, tugas ke daerah terpencil dan tidak dapat sinyal, dan macam-macam lagi. Bukankah saat malam hari bisa mereka berkomunikasi? Oh, tidak. Mereka akan bilang mereka lelah dan ketiduran. Sabtu dan Minggu selalu ada acara kantor. Ditanya kapan pulang, jawabnya belum bisa cuti.

Lima tahun yang lalu, saat Ava kembali ke Indonesia, setelah menyelesaikan pendidikan di Singapura, Ava bertemu kembali dengan Harlan—teman sekelas Ava saat SMA—pada sebuah reuni. Ava jatuh cinta lebih dulu lalu dengan bahagia menerima perasaan Harlan saat Harlan menyeatakan cinta. Harlan adalah pilihan sempurna, menurut Ava. Karena Harlan bekerja di bank sehingga tidak menetap lama di satu kota. Kalau menikah dengan Harlan, Ava akan ikut ke mana saja Harlan pergi. Dengan begitu Ava bisa tinggal jauh dari rumah. Tidak lagi mendengar keributan orangtuanya. Ada banyak pekerjaan untuk software engineer yang tidak memerlukan kehadiran fisik di kantor. Ava tidak akan jadi pengangguran di mana saja dia berada.

"Aku nggak sempat mikirin Harlan belakangan ini. Aku sibuk ngurusin pertengkaran orangtuaku sama pertengkaran Papa dan Arvin." Pasca dipermalukan di depan umum dulu, Arvin sudah seratus persen menyatakan tidak peduli lagi dengan ayah mereka. Tetapi ayah mereka semakin rajin mengatur-atur hidup Arvin. "Arvin sebentar sudah mau kuliah, jauh dari rumah. Mama dan Papa dalam proses cerai. Jadi aku kemas-kemas, nyicil pindah rumah."

Sepasang Sepatu Untuk AvaWhere stories live. Discover now