25: Wondering his feeling

63 11 0
                                    

"Kalian benar-benar ya─" ucap Seoyun yang pada akhirnya mempersilahkan sahabat-sahabatnya untuk masuk ke rumah, terutama kamarnya.

"Miyoung yang menyeretku. Jangan salahkan aku," ucap Hwayoung dimana Miyoung menatapnya kesal.

"Tapi siapa coba yang senyum-senyum waktu diseret ke rumah Seoyun? Tsundere memang Hwayoung," ucap Miyoung kesal.

"Sudahlah. Memang kita ingin saja ke tempatmu, Seoyun. Sudah lama kita bersahabat tetapi belum pernah ke rumahmu," ucap Ara sambil memposisikan diri untuk duduk di kasur Seoyun.

"Sebenarnya─ aku agak malu mengajak kalian ke rumahku," ucap Seoyun sambil berdiri di ambang pintu kamarnya.

Hwayoung dan Miyoung mengerutkan keningnya.

"Rumahku─ tidak seperti rumah kalian," ucap Seoyun kembali.

Berbeda dengan ketiga kawannya, Seoyun hanyalah anak perempuan yang terlahir dari keluarga biasa, tidak kekurangan tetapi juga tidak berkelimpahan.

Miyoung lantas mencubit pipi Seoyun keras.

"Apa pertemanan kita dilihat dari harta? Jika iya, sudah dari dulu aku tidak akan memasukkanmu dalam lingkar pertemananku," ucap Miyoung.

"Aku tahu hanya saja─"

"Apa ada anak yang juga mengejekmu karena perbedaan keluarga kita? Akan kulabrak mereka," ucap Hwayoung dimana Ara menenangkan Hwayoung.

"Tidak ada, Hwayoung, itu hanya pemikiranku saja. Sungguh, sudah tidak ada yang menggangguku sekarang," ucap Seoyun.

"Tapi ada faedahnya lho Seoyun bersama Jaehyuk. Maksudku anak-anak yang berusaha mengganggu Seoyun menjadi menghilang, terlebih lagi mengetahui si Haruto juga dekat dengan Seoyun," ucap Miyoung.

"Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Jaehyuk?" ucap Ara.

Seoyun terdiam. Sejujurnya sampai sekarang Seoyun belum bercerita jujur jika ia dan Jaehyuk tidak benar-benar "berpacaran" seperti yang diketahui semua orang.

"Baik saja kok," ucap Seoyun singkat.

"Ada masalah?" tanya Hwayoung khawatir.

Seoyun menggeleng kepala, "Tidak sama sekali."

Miyoung menepuk punggung Seoyun lembut, "Kami ini sahabatmu, Seoyun. Sahabat tidak hanya berbagi hal-hal bahagia, kamu tahu itu kan?"

Seoyun menggenggam tangan Miyoung, "Aku tahu, Miyoung. Aku akan menceritakan jika memang ada yang harus diceritakan,"

"Jangan terlalu terbeban, Seoyun. Ada hal yang memang bisa diceritakan dan ada yang tidak," ucap Ara bijak.

"Tapi aku suka kamar yang seperti ini. Simpel," ucap Miyoung mencoba mengalihkan suasana.

"Aku memang bukan tipe yang sudah dekorasi kamar," ucap Seoyun sambil duduk di dekat Hwayoung dan Ara.

"Apa kamu menyukainya?" ucap Miyoung sambil menujuk album Treasure yang terpampang di atas meja belajar Seoyun.

Seoyun lantas mengacungkan jempolnya, "Sangat senang. Miyoung memang terbaik,"

"Jadi hadiahku bukan yang terbaik?" ucap Hwayoung kesal dan Miyoung menjulurkan lidah, mengejek Hwayoung.

"Sudah kukatakan padamu, Hwayoung, hadiah terbaik itu tidak dilihat dari harga," ucap Miyoung kembali mengejek dimana Hwayoung melemparnya dengan bantal Seoyun.

"Wangi parfum Hwayoung enak banget kok, aku sering memakainya sekarang," ucap Seoyun memuji hadiah Hwayoung.

"Baik tapi bukan terbaik, Hwayoung," ucap Miyoung kembali mengejek dan Hwayoung hampir ingin memukul Miyoung tetapi dicegah Ara.

"Apa Jaehyuk dan teman-temannya memberimu hadiah?" tanya Ara dan Seoyun langsung menepuk jidatnya.

Seoyun lantas membuka laci mejanya dan menunjukkan empat gelang di hadapan sahabat-sahabatnya.

"Aku sampai lupa. Junkyu memberikan ini dan memintaku untuk memakainya bersama kalian," ucap Seoyun dan seluruh sahabat Seoyun mengambilnya.

"Gelang yang indah. Aku tidak tahu Junkyu bisa sweet seperti ini," ucap Miyoung sambil memakai gelang tersebut.

"Kita tidak pernah punya barang yang samaan. Ini bagus juga," ucap Hwayoung.

Miyoung pun kembali melihat sekeliling dan tertegun dengan lukisan bunga serta peluit yang terpasang di dinding kamar Seoyun.

"Lukisan ini─ dari Jaehyuk?" ucap Miyoung.

Seoyun membalas, "Lukisan itu─"

"Jika dari Jaehyuk, dia sangat romantis," lanjut Miyoung.

Seoyun terdiam sejenak.

"Memangnya kenapa lukisan itu bisa dikatakan romantis?" tanya Seoyun.

"Kamu tidak mengerti arti lukisan ini? Ini adalah bunga freesia yang berarti masa depan dan jika ditambah peluit, artinya orang tersebut akan melindungimu sampai kedepannya. Menurutku sangat romantis jika ada pria memberikan lukisan seperti ini ke wanita," ucap Miyoung menjelaskan panjang lebar.

Seoyun lantas tertegun.

"Memangnya siapa yang memberikannya, Seoyun?" tanya Ara.

"Sebenarnya─ aku membelinya karena terlihat bagus," ucap Seoyun berbohong. Ia ragu untuk memberitahukan bahwa Haruto yang memberikannya.

"Yah, kamu membuatku kecewa," ucap Miyoung kesal dan Hwayoung serta Ara tertawa melihat wajah kelas Miyoung.

Apa benar semua yang diutarakan Miyoung? Mengapa Haruto mencoba ingin melindungiku? batin Seoyun sambil menatap dalam ke lukisan pemberian Hwayoung tersebut.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Next Chapter:

Haruto hanya tersenyum miris. Aku benar-benar menyedihkan.

[Watanabe Haruto - Treasure] The Life of Second LeadWhere stories live. Discover now