Alvina || Part 44

289 69 34
                                    

Jangan sider ya:)

Happy Reading ⚫

Tak terasa pembagian raport sudah didepan mata. Setelah melewati ujian yang melelahkan fikiran dan hati, murid-murid SMA BINTANG HARAPAN sampai pada titik pembagian raport sekaligus perpisahan bagi murid-murid kelas XII.

"Baiklah tanpa menunda-nunda waktu lagi, saya akan menyebutkan nama siswa yang lulus dengan nilai terbaik tahun ini. Dia adalah..."

Semua tampak tegang mendengar pembawa acara akan menyebutkan nama siswa dengan nilai terbaik, tidak hanya kelas XII, bahkan kelas X dan XII juga ikut penasaran dengan siapa yang mendapatkan predikat lulusan dengan nilai terbaik tahun ini.

"VANDY ARGARESTA!!"

Terdengar riuh tepuk tangan seluruh siswa-siswi dan wali murid. Mereka semua turut bangga kepada jagoan sekolah itu.

Vandy berjalan dengan tatapan tenang menuju panggung. Tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Baik Vandy, sebagai lulusan dengan nilai terbaik, ada yang ingin anda sampaikan?" Tanya pembawa acara.

"Terimakasih semuanya sudah mendukung saya." Hanya itu saja kalimat yang Vandy ucapan, semua orang sampai terheran-heran, laki-laki itu sariawan atau bagaimana?

"Tidak ada lagi yang ingin disampaikan saudara Vandy?" Tanya pembawa acara memastikan.

Vandy hanya menggelengkan kepalanya. Setelah menerima penghargaan dari kepala sekolah, Vandy langsung turun panggung. Namun, sebelum berjalan menuruni tangga, netranya menatap seorang gadis diujung kursi tengah memperhatikannya dengan tatapan bangga.

Vandy menarik bibirnya tipis, terlihat senyuman kala mata itu menatap matanya. Tipis sekali, sampai tidak ada yang melihatnya.

"Manis," batinnya.

Setelah itu terdengar ucapan-ucapan selamat yang dilontarkan untuknya. Sekar Mama Vandy langsung berlari memeluk erat putanya itu. Ia menangis bangga melihat pencapaian putranya itu.

"Mama bangga sama kamu!" Ujar Sekar memeluk putranya itu.

"Lebay," saut Vandy sinis.

Plak!

Tangannya memukul pipi putranya itu. Tidak tau suasana sedang haru, putranya itu hobi sekali menghancurkan suasana.

"Mama serius!"

"Aku ngga," balas Vandy tanpa ekspresi.

"Bodoamat lah Van! Emosi juga lama-lama Mama sama kamu!"

Vandy terkekeh kecil, kemudian memeluk Mamanya. Ia sangat menyayangi wanita ini, senang sekali membuat wanita ini kesal.

"Vandy udah buktiin bakal jadi lulusan terbaik tahun ini," ujar Vandy tersenyum.

"Anak Mama emang pinter!"

**********

"Naik kagak lu pangeran Bali? Pasti kagak, ya?!" Tanya Alfa tidak santai menghampiri Vina dan Revan.

"Biasa aja ngmongnya. Ludahnya muncrat kemana-mana!" Jawab Revan sengit.

"Eh sembarang kalo ngomong!" Kesal Alfa maju ingin memukul Revan.

"Makanya ngga usah ngejekin, di ejek balik kena mental, nanti nanges!" Ejek Revan tersenyum sinis.

"Eheheh canda bang canda," balas Alfa nyengir.

Alfa menarik raport ditangan Revan, penasaran dengan nilai Revan. Pasti lebih besar nilainya, pikir Alfa sombong. Namun, ekspresinya tiba-tiba seperti orang menahan malu.

ALVINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang