21|| Sweet Candy

Mulai dari awal
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi uang itu berpindah tangan. Berpindah sekaligus tanggungjawab yang Tara limpahkan untuk Anggi. “Tenang saja. Nanti aku berikan, kok. Aku 'kan pelajar bermartabat dan anti korupsi.”

Tara mengangguk samar menanggapinya. Sebentar lagi merupakan jam pelajaran olahraga dimulai. Dan sebagai rencana menghindari pelajaran itu, Tara mengajukan dirinya untuk berada di UKS hari ini. Namun, sepertinya karena situasi seperti ini, jam pelajaran olahraga juga akan ditiadakan untuk hari ini. Jam kosong untuk beberapa saat ke depan masih berlangsung. Guru mapel olahraga mereka juga menjadi bagian rombongan guru yang melayat ke rumah jenazah Giska.

Banyak faktor signifikan yang bisa membuat Tara dan olahraga itu susah sekali berdamai. Meski hadirnya olahraga merupakan kebutuhan penting dalam kehidupannya, ia tetap tidak bisa untuk beramah-tamah dengan sekedar mencoba lari keliling taman. Dan duka di pagi hari ini tetaplah memiliki sisi positifnya tersendiri. Ya, tidak selamanya ulat bulu menjadi perusak tanaman.

Menjadi informasi khusus jika Tara memiliki satu alasan lainnya yang membuat ia ingin mengungsi ke UKS. Anggi yang sering menjadikannya tempat cerita tentang bagaimana cara ia mengagumi Jodhi. Tara tidak sekuat itu untuk terus berpura-pura baik-baik saja. Mendengarkan pengakuan gadis lain tentang bagaimana sukanya mereka terhadap orang yang kita sukai. Sangat menyakitkan dalam lubuk hati Tara. Senyum yang ia paksakan setiap waktunya tetap akan tumbang saat angin musim gugur penuh anggan menerpa.

“Tara, mau ke UKS, ya?”

Suara Ayu menginterupsi langkahnya yang mulai melewati pintu kelas. Gadis yang memiliki hubungan keluarga dengan Jodhi itu berlari kecil menghampirinya.

“Iya. Diminta gantiin Kak Zul yang lagi sibuk ngerjain PR.”

Lebih tepatnya Zul yang yang sedang menyontek pekerjaan rumahnya yang tidak terselesaikan. PR 'kan dikerjakan di rumah, kalau dikerjakan di sekolah beda lagi namanya. Namun, Tara mana berani bilang terang-terangan menyatakan Kakak kelasnya tukang nyontek.

“Aku ikut sekalian, ya? Sepertinya aku butuh obat penambah darah sama tiduran sebentar di sana,” ujar Ayu.

Tara mengangguk setuju. Tidak ada alasan ataupun keinginan baginya untuk menolak. Selain itu, sendiri mungkin baik jika dilakukan dalam zona ruang sendiri, bukan UKS yang dijadikan singgahan banyak orang.

Di teras depan ternyata terdapat beberapa murid laki-laki yang duduk di atas lantai yang sudah mereka sapu sebisanya mendekati kata bersih. Termasuk Jodhi dan kedua sahabat karibnya yang menggabungkan diri bercengkrama yang kebanyakan mengundang gelak tawa. Tidak jauh beda dengan kondisi murid-murid perempuan di dalam sana yang sangat asik bergosip. Bedanya kalau perempuan di dalam, laki-laki kelihatan cukup menganggu karena di luaran. Huh, ketua kelasnya saja begini. Bagaimana anak-anak lainnya tidak ikut?

Tapi, menurut Jodhi tidak begitu. Seorang ketua adalah perwakilan dari sebuah kelompok yang bertugas mengurus keperluan kelompoknya agar berlangsung sejahtera. Dan jika nongkrong begini buat anak-anak kelasnya bahagia, tidak ada salahnya menuruti, 'kan?

"Kami mau lewat, jadi harap menyingkir. Kalau mau jadi gelandangan jangan di sini. Itu sangat menghalangi jalan orang." Ocehan Ayu menginterupsi paduan suara tawa kaum Adam itu.

Dibelakangnya ada Tara yang hanya terdiam membiarkan Ayu membersihkan jalan untuk mereka. Tatapan lebih mengarah pada Jodhi yang juga menatap ke arah mereka.

"Lewat jalan lain 'kan bisa," timpal Bondan yang enggan menuruti perintah gadis itu.

"Kami tujuannya mau ke sana. Tidak bisa lewat jalan lainnya. Memakan waktu."

"Memangnya kalian mau kemana? Jangan keluyuran, nanti kelas kita yang dimarahi guru BK." Jodhi ikut buka suara. Yang seharusnya dinasehati itu mereka. Memang terkadang orang lebih suka memperhatikan kekeliruan orang lain daripada diri mereka sendiri.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang