37 - See You Again, Rafael Joshua

Zacznij od początku
                                    

"Kau dalam masalah besar mengajaknya bertengkar saat ini." Rena menghela nafas kasar, sebelum bangkit berdiri. "Jangan meminta bantuan kami untuk mendapatkan maafnya. C'mon, Sher!"

"Tenanglah, Edwin. Setelah ini, kau minta maaf kepadanya dan semuanya kembali seperti semula. Oke?" Ujar Dylan sambil tersenyum, lalu mengambil sup buatan Aurel. "Edward, kau mau?"

"Tidak, terima kasih."

Dylan tersenyum miring. "Well, lucky me."

⭐⭐⭐


Rumah Sakit


Elena datang kembali ke rumah sakit ditemani oleh Amel dan Kate. "Aku ingin menjenguk Rafael terlebih dahulu, setelah itu aku akan menjenguk Rico."

"Baiklah, kami akan menunggumu di kamar rawat Rico, oke?" Elena tersenyum kecil lalu melangkahkan kakinya menuju ruang ICU. Sesampainya di sana, ia melihat Anissa duduk di bangku rumah sakit sambil memainkan smartphone miliknya.

"Selamat siang, tante Anissa."

Anissa mengangkat wajahnya dan tersenyum lebar kepada Elena. "Hai, Elena. Kemarilah."

Gadis itu membalas senyuman Anissa, menghampirinya, dan duduk di sebelahnya. "Bagaimana kabar Rafael?"

"Beberapa menit yang lalu dokter memeriksa kondisi Rafael, beliau berkata kondisinya jauh lebih baik dari kemarin. Jika semakin membaik, ia bisa dipindahkan ke kamar rawat biasa."

"Terima kasih, Tuhan, telah mengabulkan doaku," ujar Elena dalam hatinya. Ia pun tersenyum dan mengangguk. "Syukurlah, tante. Semoga Rafael cepat siuman."

"Apakah kau ingin menjenguknya?" tanya Anissa, membuat gadis itu terkejut. "Mereka hanya mengizinkan keluarga yang boleh menjenguknya, namun Tante akan membantumu untuk masuk. Kau merindukan Rafael, kan?"

"Sangat." batin Elena, namun ia hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Anissa pun meraih tangan Elena dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan ICU. Wanita itu membantu Elena mengenakan baju khusus. "Tante akan menunggumu di luar, oke?" Elena mengangguk kecil lalu masuk ke dalam ruangan ICU.

Dingin.

Itulah yang dirasakan Elena ketika masuk ke dalam ruangan tersebut. Dengan langkah perlahan, ia menuju ke tempat tidur Rafael. Wajah Rafael terdapat luka goresan yang sudah diobati, di kening dan tangan kirinua melingkar perban putih. Laki-laki itu tampak tertidur pulas dengan selimut yang menutupi dadanya hingga kakinya.

"Hai, Rafa." Elena mengenggam tangan kanan Rafael dan tersenyum kecil. "Kau tahu, aku melanggar aturan kali ini. Mereka hanya mengizinkan keluargamu yang boleh menjengukmu, namun ibumu membantuku agar aku bisa bertemu denganmu. Aku bukan gadis yang kaku lagi, dan setelah ini berhentilah menyebutku dengan nama itu." Elena menertawakan perkataannya sendiri.

"Apakah kau ingat jika aku di skors selama satu minggu? Kau berkata benar, bolos sekolah memiliki kesenangan tersendiri. Seandainya kau tidak sakit, aku berencana ingin mengajakmu bolos dan kita liburan bersama. Bukankah itu menyenangkan?"

Gadis itu menghela nafasnya, dalam hati ia berharap agar laki-laki di hadapannya menanggapi perkataannya sekarang juga, namun semuanya sirna. Ia pun mendekatkan wajahnya lalu mencium pipi Rafael.

"Cepatlah bangun, Rafael, aku akan menunggumu." Elena tersenyum kecil kepada laki-laki itu. "Aku sayang kamu."

⭐⭐⭐

DandelionOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz