Kemudian, derap langkah kuda. Suara derap langkah kuda terdengar menghantam permukaan lumpur segar.

Pergerakan kuda.

Renjun ... apa ia telah memperingatkan mereka? Apa ia berhasil tepat waktu? Apa mereka percaya padanya? Bagaimana bisa mereka ada di sini?

Mark menyaksikan prajurit di bagian depan mengangkat sebelah tangan sebagai tanda kedatangan kuda pertama dari dalam hutan. Ia memejamkan mata ketika titik-titik panah memenuhi langit, hitam menempa langit putih, gambar terbalik akan bintang jatuh di langit malam. Mark memejamkan mata, berfokus pada tekstur kerikil dan salju di bawah telapak tangan, lumpur dingin yang nyaris lembap menggesek sela-sela jemarinya. Mark berdoa agar keputusan memercayai Renjun bukanlah kesalahan, bahwa lelaki itu berhasil mencapai Johnny sebelum serangan dimulai. Ia berharap bahwa ia tidak menukar keselamatan pasangannya dengan nyawa sepupunya, sebab apabila Johnny tewas hari ini, ia tidak tahu dampak apa yang akan terjadi atau yang akan menimpa hubungannya dengan Donghyuck.

Namun, Mark telah membuat keputusan. Apabila ia harus mengorbankan Johnny, maka ia setidaknya harus menyelamatkan Donghyuck.

Mark melangkah semakin dekat, mengungguli rasa bingung atas serangan itu. Sebuah seruan muncul dari arah hutan di depan, suara yang saling kejar satu sama lain. Seorang pria memanjat turun dari pohon, busur di punggungnya berayun ketika ia menjejak tanah. Ia berbalik untuk menyerukan hal yang tidak Mark pahami. Sesuatu terasa aneh. Ini terlalu singkat, berakhir bahkan sebelum sempat dimulai.

Sang komandan, si wajah tajam dengan manik sedingin kristal, pun berbalik. Wajahnya tampak lebih tajam, dengan manik yang tampak lebih dingin. Ia berjalan menuju tanah terbuka. Mark mengikutinya dari balik sesemakan. Di sana, ia melihat tas-tas berisi perbekalan, panahㅡkayu dengan bulu gelap di ujungnyaㅡterikat membentuk tandan dengan benang-benang berwarna di atas tanah, seorang pria pemegang peta yang seketika mendongak ketika sang pemimpin memasuki tanah terbuka, dua penjaga yang berdiri di masing-masing sisi sebuah pohon, dan, di antara mereka, berlutut di atas salju, terikat dan duduk tegak, sangat indah dan megah, Donghyuck dari Pulau Selatan.

Mark nyaris menyentakkan napas ketika melihat lelaki itu. Kedua bibir Donghyuck tampak begitu pucat. Terdapat memar di bawah mata kirinya, menodai lekuk tulang pipinya, berikut darah kering yang mengotori dagunya. Seseorang memberikan Donghyuck sebuah jubah, bukan miliknya maupun milik Mark, yang beraroma janggal, seperti aroma sosok yang tidak pantas untuk sekadar menatap Donghyuck.

Sejenak, ia berharap Donghyuck akan mendongak dan menatap ke arahnya, mengunci tatapan mereka berdua. Apa yang Donghyuck lakukan lantas menatap kepala suku Eo dan mengeluarkan seringai congkak hingga Mark menganggap pria itu akan meninjunya.

Pria itu tidak meninju Donghyuck, melainkan menarik tali di lehernya, membuatnya jatuh dengan kedua tangan masih terikat di balik punggung sehingga tidak bisa melindunginya.

"Apa yang kau lakukan?" pria itu menyalak. "Apa yang telah kau lakukan?" ulangnya.

Donghyuck mendongak. Apabila ia kebingungan, ia tidak menunjukkannya. Ia lantas tertawaㅡDonghyuck tertawa di depan wajah pria yang menggenggam tali di lehernya, sungguh tindakan yang gilaㅡdan mengangkat dirinya bangkit hanya untuk kembali ditarik jatuh.

"Bagaimana kau bisa memperingatkan mereka?" Si pria bertanya, lagi, dan Donghyuck mengeluarkan batuk kecil. Tali di lehernya mulai terasa kencang.

"Ternyata berhasil." Donghyuck terdengar begitu yakin hingga Mark tidak tahu apakah ia hanya menggertak atau berkata jujur. "Kau seharusnya mengikatku ke dalam peti dan mengirimku ke perkemahan utamamu, Ceann dari Panji Merah yang terhormat."

"Mungkin itu yang harus kulakukan sekarang. Aku memang tidak berhasil membunuh tuan muda Clairs, atau pangeran Lembah, tapi aku mendapat pangeran muda lain yang bisa kujadikan kawan bermain dalam perjalanan pulang. Katakan, Pangeran Donghyuck, apa benar ayahmu menyogok orang-orang Lembah untuk mencarikanmu suami? Apa aku juga akan menerima uang apabila aku memutuskan untuk menjadikanmu milikku?"

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now