Berada di atas lereng menjadi keuntungan bagi para pemanah itu, tetapi mereka tetap memanjati pepohonan supaya lebih sukar untuk dideteksi. Bagaimanapun juga, karena terlalu fokus pada kaki pengunungan, di mana orang-orang Johnny seharusnya muncul, mereka tidak menyadari Mark yang menyelinap di belakang.

Begitu Mark berada lebih dekat, ia bisa mendengar suara mereka lebih jelas. Gemeresik dan bisikan lembut. Anggota mereka tidaklah banyak. Kurang dari dua puluh pria tampak bertengger di pepohonan, sedang selusin lagi memijak tanah. Beberapa dari mereka membawa pedang, tetapi tidak satu pun tampak ahli menggunakannya. Lagi pula, apa yang bisa ahli pedang lakukan di tengah penyergapan? Sangat sedikit. Namun, seorang ahli pedang bisa melakukan banyak hal kepada sekelompok pemanah yang punya sedikit pengalaman dalam pertempuran jarak dekat. Mark tersenyum pada diri sendiri, merasakan bobot pedang Renjun di sisinya. Apabila ia bergerak melawan, mereka dipastikan mati sebelum bisa meloloskan panah.

Tapi, kau di sini tidak untuk melawan para pemanah. Kau di sini hanya untuk Donghyuck.

Mark mengambil napas, berusaha menenangkan diri, menekan adrenalin dan insting yang berusaha mendorongnya ke dalam pertempuran. Ia sudah pernah melakukan ini sebelumnya, berkali-kali. Ia pernah berada dalam penyergapan, juga pernah mengacaukan berbagai penyergapan. Kunci satu-satunya adalah dengan menyembunyikan aroma, memastikannya tak lolos sedikit pun. Dan kunci untuk menyembunyikan aroma adalah tetap berpikir jernih, sesuatu yang kebanyakan Alpha tidak bisa lakukan, terutama di dalam sebuah pertempuran. Beberapa Alpha berpikir bahwa tindakan tersebut adalah sesuatu yang tidak terhormat. Ini cenderung menguntungkan posisi Markㅡkeengganan para Alpha menyembunyikan aroma mereka. Apabila mereka enggan melakukannya, mereka kemungkinan tidak percaya akan ada Alpha yang mau melakukannya. Hal ini membuat para Alpha mudah dibodohi, sesuatu yang Mark pelajari berulang kali selama pertempuran dengan para bajingan penentang hukum yang terkadang menyerang perbatasan. Mungkin ia tidak tahu banyak tentang tradisi perang masyarakat Eo, atau tanggapan mereka terkait penyembunyian aroma, tetapi ia memercayai kemampuannya. Di seluruh dunia, tidak ada yang lebih pandai dari masyarakat Lembah dalam hal menyembunyikan aroma.

Pada penghujung jalur, di mana sungai menggali peristirahatan ke dalam perut gunung, seorang penjaga tampak memindai hutan, mencari tanda kedatangan Johnny. Mark menanti hingga angin berembus, menampar batang pepohonan dalam belaian tak sabar, dengan kayu yang berderak dan mendedas sehingga menutup suara langkah Mark seiring ia meninggalkan punggung si penjaga. Begitu berada di balik sesemakan, Mark akhirnya mendengar suara pria yang menculik Donghyuck di saat ia hanyut terbawa arus sungai.

Mark hanya mengingat suaranya. Ketika mereka di tengah hutan, berlari demi menyelamatkan diri, ia tidak punya kesempatan untuk melihat pria yang mengejar mereka. Ia mengingat aksen dan caranya bicara ketika ia menyumpah setelah Donghyuck mengatakan sesuatu dalam bahasanya. Kini, ketika pria itu melangkah ke bawah cahaya, berseragam selayak komandan alih-alih penjaga biasa, Mark melihatnya dengan jelas.

Pria itu berwajah kurus dengan sudut-sudut tajam nan kasar, selayak batu yang dipahat tergesa. Ia tidak tinggi, tidak juga berisi, tetapi para pria di sana mendengar kata-katanya bagai anggur putih yang mengalir. Pria itu adalah pemimpin, jelas, dan ialah yang memimpin orang-orang ini untuk menembus perbatasan ke kerajaan Mark, juga menculik pasangan Mark.

Mark ingin melihat pria itu tewas sebelum malam ini, tetapi ia tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan. Lagi pula, ia hanya punya satu.

Di mana kau, matahariku?

Seakan menjawab panggilannya, ia merasakan aroma Donghyuck; samar dan aneh, bagai sebuah titik warna di tengah-tengah penyergapan siang kelabu. Aroma itu hanya bertahan sebentarㅡDonghyuck, juga, pasti berusaha untuk menyembunyikannya, tidak ingin orang-orang ini tahu apa yang ia rasakan. Takut. Marah. Putus asa. Mark menahan gejolak aromanya yang ingin menenangkan lelaki itu. Para pemanah mulai merasa resah, berisik, sebelum akhirnya mendadak kembali hening. Sejenak, seolah segala tanda kehidupan lenyap. Keheningan janggal memenuhi tanah terbuka itu. Bahkan burung pun tidak berkicau. Hanya ada keheningan dan suara busur yang ditarik, kuat dan tegang. Sejenak, hanya itu yang terdengar.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarWhere stories live. Discover now