Alex terdiam. Bagaimana bisa Devile tau jika dirinya suka terhadap Chaca? Padahal Alex sudah berusaha menyembunyikan kenyataan hati itu dari siapapun. Tapi sekarang? Kenyataan itu terbongkar.

"Etdah ternyata Selera lo kek gituan Lex?" Sambar Risky.

"Gue juga nggak nyangka." Sambung Devile lagi.

"Gue nggak suka dia." Elak Alex berbohong.

"Nggak usah boong gue liat lo pas nembak Chaca tapi di tolak sama tuh cewek karna Chaca suka sama Langit." Kata Devile memojokkan Alex.

Langit berdeham keras membuat semua orang terdiam termasuk Devile yang sedari tadi mencibir kepada Alex.

"Maap bos." Celetuk Devile merasa bersalah.

"Lo sih vil." Tuding Risky.

"Etdah malah nyalahin gue. Lo juga ikut ikutan dukung." Bantah Devile tak terima.

"Udahlah. Kalian bukannya nyelesain masalah malah nambah masalah." Celetuk Bima pedas.

"Ya ya kita salah." Jawab Devile akhirnya merasa bersalah.

Setelah mengakhiri perselisihan kecil yang sengit tadi, kelima cowok itu memutuskan untuk pergi keluar membolos. Ide pertama muncul dari Risky, ia yang paling bosan dengan pelajaran Sejarah. Jadilah mereka sepakat membolos siang ini.

##

"Gimana keadaan nyokap lo?"

El terhenyak lantas terbangun dari tidurnya di kursi ruang tunggu pasien. Kedua matanya yang berat pun dipaksa terbuka agar ia bisa melihat siapa yang bersuara itu.

"Raka. Alhamdulillah operasi mama gue berjalan lancar. Cuma mama butuh istirahat total. Makanya gue nunggu disini biar gak ngeganggu." Terang El masih agak terkantuk kantuk.

Raka beranjak duduk di samping El. El pun tak memberontak. Ia membiarkan Raka duduk di sampingnya.

"Btw thanks ya Raka." Ujar El diiringi senyumnya.

Raka mengulumkan senyum atas perkataan El yang baru saja keluar dari bibir pinknya. Di lanjut mengacak pelan rambut pirang El.

"No problem." Jawab Raka singkat.

"Thanks lo udah bantu operasi mama gue. Kalo nggak ada lo mungkin mama nggak bisa di operasi sekarang."

"Iya El. Sante aja kali."

Sontak El memeluk tubuh Raka yang terbalut hoddie hitamnya. Raka tak memberontak malah justru merapatkan pelukan.

"Lo nggak usah alay pake nangis segala."

"Gue nggak nangis." Elak El padahal ia sudah menangis sejadi jadinya di balik pelukan Raka.

"Nggak usah boong. Lo nggak jago bohong."

"Gue cuma terharu sama suasana."

"Sampai kapan lo bakal nolak gue?"

Perkataan Raka barusan berhasil membuat El membelalakan matanya. Mengapa Raka malah membahas hal itu? El melepaskan pelukannya dari Raka.

"Lo masih berharap?" Kata El sambil menatap manik mata Raka.

"Kalo gue nerima bantuan lo dan itu bikin lo kira gue kasih harapan. Gue bakal ganti uang lo. Gue nggak mau lo anggep gue kasih harapan sama lo." Lanjut El.

"Gue nggak berharap. Gue cuma nanya. Siapa tau hati lo bisa berubah. Kalo emang lo nggak suka nggak usah di jawab. Gue tau kalo hati lo itu udah ada yang menempati. Dan itu pasti bukan gue. Jadi gue nggak berhak buat berharap."

Langit AntarexWhere stories live. Discover now