1 2 : New Manager

2.5K 594 85
                                    

Lisa masih belum boleh pulang ke dorm. Kata Dokter kondisi Lisa sangat lemah yang mana berada di rumah sakit lebih memudahkan Lisa apa bila tiba-tiba tubuhnya drop lagi.

Jennie dan Rose kembali ke dorm untuk beristirahat, karena tak mungkin jika mereka semua berada di rumah sakit untuk menjaga Lisa.

Bianca pergi sekitar 10 menit yang lalu, katanya ingin menjemput Somi yang sejak tadi baru ada kabar.

Sekarang Jisoo hanya berdua dengan Lisa yang masih belum siuman dari pingsannya. Wanita itu terlihat tenang dengan mata yang terpejam.

"Lisa-ya," panggil Jisoo pelan, ia berharap Lisa segera bangun dan mengatakan semuanya. Semua yang Lisa rahasiakan tentang penyakitnya.

Sekitar 5 menit kurang beberapa detik, kelopak mata Lisa berkedut yang menandakan akan segera terbuka, dan benar saja.

Mata Lisa menatap lurus ke atap kamar rawatnya yang berwarna putih, cahaya lampu sedikit membuatnya menyipit karena merasa silau. Lalu tak lama ia menoleh ke arah Jisoo yang duduk di samping brankarnya.

"Eonnie," seru Lisa pelan, suaranya terdengar parau.

"Em, jangan banyak berpikir, kau berada di rumah sakit. Kau dirawat dan aku sedang menjagamu," Jisoo menjelaskan. "Tak perlu ada yang dipertanyakan lagi."

Tapi Lisa tak menurut. Ia melontarkan sebuah pertanyaan. "Kenapa aku berada di rumah sakit."

Mendengar itu, Jisoo jadi terpancing untuk menanyakan sesuatu. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kami?"

Lisa menggeleng pelan. "Aku tidak pernah menyembunyikan apapun dari kalian."

"Tentang penyakitmu." Kata Jisoo.

Kedua alis Lisa mengerut. "Penyakitku? Apa aku sakit?"

Jisoo langsung tegap. "Kau... Tidak tahu kalau kau sakit?"

Lisa menggeleng lemah. Tangannya meraih tangan Jisoo untuk ia genggam. "Eonnie, aku sakit apa?"

Jisoo jadi merasa bersalah. Ia menggeleng seraya tersenyum kecil, terlihat sangat tulus seperti senyuman kakak untuk adiknya yang sedang sakit. "Tak usah dipikirkan, tidak begitu parah."

Lisa percaya, ia tersenyum juga.

"Sebaiknya kau tidur saja," ucap Jisoo. Lisa menurut dengan memejamkan matanya.

Sementara Lisa tidur, kepala Jisoo dipenuhi dengan banyak pertanyaan yang memusingkan.

Lisa tidak pernah merahasiakan soal penyakitnya karena ia juga tak tahu kalau ia sedang sakit?

Kalau begitu rambut rontok Lisa bukan karena kemoterapi, karena wanita itu sama sekali belum melakukan pengobatan tersebut?

Seperti yang Jisoo duga. Beneran terasa janggal.

Pintu ruang rawat Lisa diketuk beberapa kali, kemudian masuk Dokter Yira bersama satu orang perawat. Dokter perempuan itu tampak tersenyum ramah pada Jisoo dan minta izin untuk mengecek Lisa.

"Lisa terlalu sering di cek," celetuk Jisoo. Karena memang Yira sering kali masuk ke kamar Lisa dengan alasan ingin mengecek keadaan Lisa. Perawat yang datang bersama Yira juga selalu menyuntikan sesuatu ke selang infus Lisa yang Jisoo tak tahu itu cairan apa.

Lisa belum genap 7 Jam dirawat di sana. Tapi dokter Yira sudah 4 kali berkunjung dan menyuntikan sesuatu di infus nya Lisa.

"Ya, kondisinya sudah sangat parah, jadi kami harus memberikan perhatian ekstra." Kata Dokter Yira.

Kalau boleh memilih, Jisoo lebih memilih tak percaya. Tapi ia bukan dokter atau lulusan kedokteran yang mengerti dengan sistem pengobatan. Ia tak bisa menyangkal begitu saja tindakan Yira.

Perawat yang menyuntikan sesuatu di infus Lisa sudah selesai mengerjakan pekerjaannya. Kemudian Yira dan perawat tersebut berpamitan untuk mengecek kamar-kamar yang lain.

Jisoo duduk kembali di kursi semula, di sebelah brankar Lisa.

Kalau memang benar ada yang tak beres, dan hal itu sampai menyakiti Lisa, Jisoo berjanji tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan membalasnya.

Ditatapnya wajah tenang Lisa, lama kelamaan Jisoo merasa kalau kantuk sudah datang. Ia menutup mulutnya yang menguap, lalu melipat kedua tangannya di atas brankar Lisa, dan meletakan kepalanya di lekukan tangannya itu. Kemudian tak lama Jisoo mulai tertidur.

×××

Somi menyisir rambutnya sambil mematut diri di cermin rias. Sejak pulang sekolah tadi ia berada di gereja Bintang--gereja bawah tanah yang pernah ia datangi bersama Bianca--untuk memanjatkan doa. Saking khusyuk nya ia sampai tak sadar kalau langit sudah menggelap.

Sekarang ia sudah berada di dorm setelah Bianca menjemputnya di gereja Bintang.

Di dorm tidak ada siapa-siapa, Bianca sempat cerita kalau Lisa masuk rumah sakit setelah pingsan. Namun tak menjelaskan lebih lanjut alasan apa yang membuat wanita itu pingsan.

Sudut bibir Somi naik kala ia melihat pantulan dirinya di cermin, terlihat sangat berseri. Setelah berdoa di Gereja Bintang, ia merasa semua beban dalam dirinya hilang begitu saja.

Suara langkah kaki yang terdengar jelas membuat Somi menghentikan kegiatannya menyisir rambut. Sepertinya member lain sudah pulang dari rumah sakit.

Gadis itu berdiri meninggalkan meja riasnya, selepas meletakan sisir di tempat semula ia keluar dari kamar dan menyambut Rose juga Jennie yang baru kembali.

"Bagaimana keadaan Lisa Eonnie?" Tanya Somi. Rose yang kebetulan kamarnya bersebelahan dengan Somi hendak membuka pintu, tapi tak jadi karena Somi bertanya.

Raut Rose yang terlihat murung membuat Somi makin bertanya-tanya. Ada apa?

"Dia tidak baik-baik saja." Kata Rose.

"Memangnya dia sakit apa?"

"Kanker."

Mata Somi sedikit melebar. Terkejut.

"Aku mau istirahat, selamat malam Somi." Ujar Rose sebelum masuk ke dalam kamarnya.

Somi masih berdiri di depan kamarnya, tertegun dengan berita tentang penyakitnya Lisa. Tapi tiba-tiba Rose berteriak marah. Bukan padanya, entah marah pada siapa.

Somi memberanikan diri membuka pintu kamar Rose setelah mengetuknya. Ia menyembulkan kepala di sela-sela pintu yang terbuka.

"Ada apa Eonni?" Tanya nya.

Rose mengambil buket bunga yang ada di atas tempat tidur juga lembaran-lembaran sticky note yang bertebaran di atas kasur. Tapi ada yang lebih membuatnya marah dari pada orang yang masuk begitu saja ke kamarnya, lipstick nya patah tak berbentuk.

Tak perlu pusing memikirkan siapa pelakunya. Buket bunga itu tertuju pada Jisoo, sudah pasti pelakunya adalah Jung Soogun.

"Dasar bajingan!" Maki Rose. Ia mengambil ponselnya dan menelepon Bianca. Kemudian menelepon polisi.

Selagi Rose sibuk dengan emosinya, Somi memilih untuk pergi ke dapur untuk mengambil set mask yang sengaja ia simpan di kulkas. Biar ketika dipakai akan menimbulkan rasa dingin yang menyegarkan kulit.

Kala Somi sampai di dapur, ia melihat Jennie yang jongkok sambil menahan sakit pada perutnya. Wajahnya terlihat merah dengan keringat yang mengucur deras sampai ke leher.

Somi sama sekali tak berniat untuk mendatanginya. Bahkan sampai tubuh Jennie tumbang dan tergeletak di lantai dapur, Somi malah mematikan lampu dan meninggalkannya pergi begitu saja.

Satu yang Somi harapkan.

Semoga Jennie tidak pernah bangun lagi.

×××

YUHUUU DOBEL UPDATE

SOMI MAKIN MEMBAGONGKAN AJA NIH KEKNYA

MAKASIH UDAH MAMPIR

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN

SIYU NEXT BAB

Last Member | ft. BLACKPINKWhere stories live. Discover now