•12. Demam ☃•

24 3 1
                                    

Haı, aku balık lagııı. Makasih yang stay dong cerita ını😭

Yuk, cus baca 🤗✈

"Demam adalah pancaran neraka, janganlah mencaci demam karena ia mencuci dosa-dosa anak adam."

-HR. Bukhori & Muslim-

※※※※※

Seorang gadis terbangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya dengan mata sedikit terbuka, kamar ini tampak asing untuknya. Setelah sholat shubuh tadi, ia tertidur kembali karena rasa pusing menjalar hebat dikepalanya.

"Ayah," gumamnya pelan, ia semakin mengeratkan selimutnya yang membalut tubuhnya yang terasa dingin.

"Ayah, Sheren nggak kuat."

Gadis itu terus saja menggumamkan Ayahnya, matanya memejam, tubuhnya menggigil hebat.

"Hei, bangun, Nak." Tepukan tangan di pipinya membuat matanya perlahan terbuka, meski terasa berat.

"Umi," panggilnya lemah, badannya sudah tidak mampu lagi untuk sekadar duduk bersandar di ranjang.

Umi Aisyah mengelus kepala Sheren yang tertutup hijab, ia menatap Sheren teduh. Tadi pagi, ia sempat mengompres, namun panasnya belum mereda. Sejujurnya, ia sedikit ragu untuk mengabari keadaan Sheren kepada Shaka, melihat Sheren seperti ini membuatnya mau 'tak mau harus menghubunginya.

"Hamzah lagi ke sini, kita akan bawa kamu ke rumah sakit," ujar Umi Aisyah membuat Sheren bernapas lega.

Gadis itu meneteskan air matanya tanpa terisak, sungguh kepalanya semakin pusing. Umi Aisyah 'tak henti-hentinya mengelus puncak kepala Sheren yang terbalut hijab dengan lembut, membuat Sheren sedikit tenang.

"Assalamu'alaikum, Umi." Hamzah langsung masuk setelah mengucap salam, netra matanya menatap Sheren yang memejamkan matanya, dapat ia lihat, wajah gadis itu tampak pucat dan hidung sedikit memerah.

Umi Aisyah menginstruksikan kepada Hamzah supaya membawa Sheren ke mobil yang sebelumnya sudah disiapkan. Keadaan darurat, Hamzah hanya pasrah dengan perintah Uminya.

Pintu IGD tertutup rapat, Shaka sudah sampai duluan ke rumah sakit. Mata pria setengah paruh baya itu terpancar kekhawatiran yang mendalam.

"Om," panggil Hamzah kepada Shaka, lelaki itu memberi senyuman tipisnya saat Shaka menatapnya.

"Sebaiknya Om Shaka sholat dulu. Tenangin pikiran Om, InsyaAllah Sheren baik-baik aja, dia anak kuat," ujar Hamzah kepada Shaka.

Shaka menganggukkan kepalanya sebagai balasan, tanpa mengeluarkan suaranya. Hamzah menghela napasnya pelan. Keduanya sama-sama menatap pintu IGD, berharap supaya cepat terbuka.

Shaka berdiri dari duduknya. "Om ke mushola dulu."

Tanpa bersuara lagi, pria setengah paruh baya itu melenggang pergi menuju mushola yang ada di rumah sakit meninggalkan Hamzah yang terduduk sendiri. Umi Aisyah pamit ke mushola sejak tadi, dan menyuruh Hamzah menjaga Sheren bersama Shaka.

Pintu IGD terbuka, tampaklah seorang dokter yang baru saja melepas makser medisnya. Hamzah berdiri, melangkah mendekati sang dokter yang tampak menghela napasnya pelan, ia waswas.

"Alhamdulillah, pasien hanya kelelahan, dan pasien harus banyak-banyak makan makanan sehat, terutama sayur."

"Dan pasien akan dipindahkan ke ruang inap," lanjutnya.

......

Hamzah bersyukur dalam hati. Ingin sekali masuk ke dalam, tetapi ia sadar jika itu salah. Hamzah tidak mau seruangan dengan yang bukan mahramnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggunya saja di depan kamar inap Sheren yang tepat di samping IGD.

Mulutnya tak hentinya berdzikir kepada Allah. Sampai akhirnya, suara Umi Aisyah terdengar. "Hamzah, gimana keadaan Sheren?"

Hamzah sedikit tersenyum. "Kata dokter cuma kelelahan aja sama banyak-banyakin makan sayur."

"Udah boleh masuk?" Hamzah mengangguk pelan. "Boleh, Umi, Hamzah mau masuk tapi-"

Umi Aisyah terkekeh pelan, bersyukur sekali ia mempunyai anak seperti Hamzah. "Ayo masuk," ajaknya.

Hamzah tersenyum kikuk. "Kamar Sheren di sini, Umi," ujar Hamzah.

Keduanya melangkah pelan memasuki kamar inap Sheren dengan hati-hati. mereka mendekati Sheren yang berbaring lemah di atas brankar dengan selang yang ada dihidungnya sebagai pernafasan dan juga infus yang tertancap indah ditangan gadis itu. Matanya terpejam dengan bibir yang tidak sepucat tadi.

"Om Shaka ke mana, Ham?" tanya Umi Aisyah dalam keheningan.

"Tadi Hamzah suruh ke mushola, Umi." Wanita berjilbab navy tersebut mengangguk. Lalu mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Shaka jika putrinya sudah dipindahkan di ruang inap.

●○●○●○●○

Zalfa menggigit kukunya sambil mondar-mandir tidak jelas. Ini sudah kesekian kalinya ia berpikir apa yang ia lakukan kepada Sheren waktu itu. Seingatnya, ia hanya mendorong gadis itu, tapi mengapa gadis itu sampai parah kondisinya.

"Ah, kepalaku bisa pecah gara-gara mikirin ini!" pekiknya kesal.

"Kak, sholat, yuk!" Ketukan pintu kamarnya berhasil membuat ia melangkah malas mendekati pintu dan membukanya. Dilihatnya, Athira sudah cantik dengan mukena direngkuhannya, gadis itu tersenyum menatapnya.

"Aku lagi halangan, Ath, kamu sendiri gak papa?" tanya Zalfa, dibalas anggukan oleh Athira.

Sepeninggal Athira, Zalfa terduduk diam di atas kasur kecilnya. Pikirannya masih tertuju pada gadis berambut merah yang bernama Sheren itu.

Ia tersenyum tipis, pasti itu hanya akal-akalan Sheren saja. Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya. Niatnya ingin mencari udara segar di sekitaran pesantren.

Zalfa duduk di tepi danau tepat di belakang pesantren. Tempat ini adalah tempat favoritnya dari dulu saat ia nyasar karena pertama kali menginjakkan kakinya di sini.

"Apa aku jahat, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Tangannya mengambil kerikil lalu melemparkannya ke danau hingga menghasilkan bunyi. "Ih, bodoamat. Lagian, siapa suruh mau ngerebut calon suami aku," lanjutnya.

"Zalfa?"

Zalfa menoleh. "Kenapa, Fur?"

Furqon mengalihkan pandangannya menghindari kontak mata Zalfa. "Saya daritadi nyariin kamu. Kamu disuruh ke dapur buat bantuin masak-masak karena Umi sedang ke rumah sakit."

"Iya." Setelah Zalfa pergi ke dapur, Furqon mengerutkan keningnya bingung.

"Aneh banget," gumamnya.

●○●○●○●○

Wohooyyy😭
Gilak. Ngetik gini aja sampe hampir dua minggu, parah😭
vote yoo🦉

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SHEREN : Albi NadakWhere stories live. Discover now