23

695 79 22
                                    

Lala berjalan menelusuri koridor rumah sakit.

Sesekali menyapa para pasien, pengunjung, perawat atau dokter lain.

Masuk ke ruang staff, dan memakai jas putih itu.

"Baiklah, kemarilah."

Entah kenapa Lala langsung bersembunyi di bawah meja saat mendengar suara dokter Nafis dari luar.

Ternyata Dokter Nafis tidak sendirian.
Seorang laki-laki berpakaian hitam itu nampak membuntuti Nafis.

Sebentar, kenapa Lala seperti mengenal cara berjalan laki-laki itu?

Ah! Lala ingin berdiri dan melihat wajah laki-laki itu.

"Berhenti memintaku memotong kuku mu Alka, cobalah belajar cara memotong kuku."

Lala melotot. Alka?! Si bocah SMA yang menjadi salah satu mantannya itu?

"Siapa yang ngajarin Bang?? Papa sibuk di kantor, Abang tau sendiri 'kan? Abang sibuk sama pasien Abang. Udah cepet potongin, kemarin Alka dihukum sama guru BK lari puterin lapangan sepuluh kali."

"Aku mana tau, kalau kuku mu sudang panjang? Kau saja datang pada ku saat butuh sesuatu saja."

Alka mengerucutkan bibirnya, "abang ish."

Lala si tidak meliat, tapi sudah tau seperti apa ekspresi Alka saat ini. Dan apa tadi? Abang?

"Apa kau sudah makan?" tanya Nafis, masih memotong kuku Alka.

"Sudah. Abang, minta uang buat beli ice cream."

Lala menggelengkan kepalanya pelan. Alka belum berubah ternyata.

Ya iyalah, baru juga satu minggu? Atau lebih? Belum juga satu tahun. Masa udah berubah.

"Berhenti memakan ice cream Alka, itu tidak baik untuk gigimu. Tidak baik juga untuk kesehatanmu. Apa kau mau sakit gara-gara ice cream terus dioperasi olehku? Aku akan memotong gigimu itu dengan pisau bedah yang sangat besar!"

Alka bergidik dan wajahnya menunjukkan kalau dirinya ketakutan setalah membayangkan betapa menakutkan jika Nafis memotong giginya menggunakan gunting besar.

Masa gitu aja percaya si:)

"Tidak! Sudah Bang, Alka pergi dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak! Sudah Bang, Alka pergi dulu. Semangat kerja, Bang."

"Sebentar!"

Alka berhenti, membalikkan badannya dan menatap Nafis penuh tanya.

Nafis berdiri, lalu berjalan menghampiri Alka dan merapihkan surai Alka.

"Kemarin Rara kabur lagi. Apa kau menjemputnya?" tanyanya.

Lala menajamkan pendengarannya. Rara? Bukankah itu adalah siswi yang jatuh dari motor, pasien pertamanya (seharusnya) dan anak direktur?

"Iya," jawab Alka.

MONEY GIRL [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang