2 | Seperti Inikah?

60 12 0
                                    



Assalamu'alaikum ...
Follow dulu yuk
Jangan lupa vote yaa.

Selamat membaca

~

Irama darbuka terdengar nyaring di telingaku, mendengarnya membuatku selalu ingin menyenandungkan sholawat pada Rasulullah.

Seringkali aku bertanya dalam hati, adakah cinta itu benar nyata? Ataukah hanya sekedar pengakuan saja?

Kadang aku lalai dalam mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah. Aku terlalu sibuk mengejar cinta manusia, hingga lupa bahwa cinta Allah dan Rasul-Nya lebih berharga.

Hari itu aku memperhatikan setiap geraknya dalam memainkan darbuka. Sepertinya, jari jemari Azzam sudah sangat lincah menari-nari pada alat itu.

Sekali lirikan, kemudian menunduk. Melirik lagi, kemudian menunduk lagi. Namun pada lirikan ketiga, mataku terkunci, pandangan kami bertemu.

Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...

Dan ya! Kami saling memutus pandangan. Istighfar selalu aku gumamkan namun...ahh, setan tak pernah kehabisan akal untuk menggoda. Tapi bukan berarti aku pasrah begitu saja, harusnya aku lawan, karena sesungguhnya godaan setan itu lemah, caranya saja yang banyak.

Kutinggalkan Azzam dengan permainan darbukanya, pergi mencari Syifa yang sedari tadi menungguku di taman sekolah.

Ini bukan jam kegiatan belajar-mengajar. Sebenarnya, waktu sekolah sudah berakhir satu jam yang lalu, namun terkadang aku sengaja berlama-lama di sekolah-mencari kegiatan. Entah untuk ekstrakurikuler ataupun sekedar main.

"Syif," panggilku.

"Lama banget, katanya ke mushola cuma sebentar," keluhnya.

Aku terkekeh. Tadinya memang hanya ingin mengambil wudhu saja, tapi pesona Azzam membuatku jadi sedikit lama di sana. "Maaf deh, tadi ada sesuatu."

"Sesuatu apaan?"

"Kepo," ucapku.

Aku hanya berusaha menyembunyikan tentang perasaanku pada semua orang. Malu yang aku rasakan jika ada yang tahu, karena cinta ini belum sepantasnya ada.

••

Lembaran kertas yang terdapat gambar detail kuda-kuda berserakan memenuhi meja belajarku. Dari gambar tersebut harus kugambar ulang dengan skala 1:50 di buku gambar yang berukuran A3.

Segelas air putih yang sempat terabaikan...segera aku minum hingga habis, selesai juga pekerjaanku. Hanya tinggal membereskan meja agar kembali rapi.

Satu fakta tentangku, aku sangat menyukai rapi, tapi aku sedikit malas untuk rapi-rapi. Hanya jika memang sudah sangat berantakan dan menganggu mataku saja...baru kemudian aku bereskan. Hahaa.

Sebuah notifikasi whatsaap muncul di layar ponselku, ternyata pesan dari Azzam. Hatiku berkata, mengapa harus dia? Aku sudah berhasil untuk tidak selalu memikirkannya, tapi melihat namanya muncul di notifikasi, hatiku kembali mengingatnya.

Walau berat rasanya membuka chat dari Azzam, tapi aku buka juga. Aku berpikir, mungkin ada sesuatu yang penting.

-
Azzam

Assalamu'alaikum, Ra.
lembaran contoh gambar kontruksi kuda-kuda masih lebih nggak? Punyaku ilang soalnya.

Wa'alaikumussalam, masih Zam. Ada di sekolah, di kolong mejaku.

Oh, okeh. Untung aku masih di sekolah. Makasih ya.

Yoo, sama-sama.
-

Azzam tak mungkin mengirim pesan padaku jika bukan menanyakan hal penting. Di kelas, aku menjadi sekretaris, yang sering kali di suruh oleh guru mem-fotocopy lembar-lembar gambar untuk contoh siswa mengerjakan tugas.

Padahal hanya chatting seperti itu, tapi rasanya sudah berbunga-bunga. Mengapa hati mudah sekali mencintai? Bergetar hebat walau hanya sekali tatap, terus terngiang hingga lelah sendiri memikirkannya.

Dan memang begini rasanya hal sepele yang dilakukan oleh orang yang dicinta adalah hal yang istimewa. Seperti inikah dimabuk asmara?

**

Sampai jumpa di bagian selanjutnya.

Jangan lupa baca al-qur'an.

☺️

Ada Hati Yang Dipaksa MatiWhere stories live. Discover now