1| Waktu Itu

95 14 0
                                    




Assalamu'alaikum ...
Follow dulu yuk
Jangan lupa vote yaa.

~

Pernah merasakan bagaimana sakitnya hati saat mengetahui bahwa orang yang selama ini dicintai dalam diam, menjadi topik yang tak pernah bosan dibicarakan pada Sang Pemilik cinta, kini memilih wanita lain untuk dijadikan pendamping hidupnya?

Itu yang sedang aku rasakan sekarang.

Sepucuk surat undangan pernikahan darinya mampu membuatku berderai air mata. Bagaimana hatiku tak hancur, seseorang yang hampir empat tahun ini selalu ada dalam doaku, melihatnya dari balik jendela mushola sekolah, mencintainya dalam diam sejak aku duduk di bangku kelas sebelas.

Perih sekali rasanya, aku hancur oleh anganku yang terlampau jauh.

Biar aku ceritakan bagaimana aku mencintainya sedemikian rupa, hingga aku dikecewakan oleh harapanku sendiri.

Semuanya berawal dari hari itu, hari di mana aku mulai mengaguminya lewat penjelasannya tentang memuliakan wanita.

Lewat kata demi kata yang ia sampaikan di depan kelas saat sedang praktek dakwah, aku terbawa suasana hingga ucapannya masuk lebih dalam di hatiku.

"Tidaklah memuliakan wanita kecuali laki-laki mulia, dan yang menghinakan wanita pastilah laki-laki hina (HR. Tirmidzi)"

Aku masih duduk di kursiku, menyender dan berusaha fokus dengan penyampaiannya.

"Baiklah, mungkin seperti itu penjelasan dari saya, jika ada yang kurang maka itu datangnya dari saya dan lebihnya hanya ada pada Allah SWT. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh."

**

"Haura," panggilan seseorang menghentikan langkahku tepat di depan koridor.

"Iya," sahutku.

"Makalah tugas sejarah teman-teman sudah dikumpulin ke Pak Adim?" tanyanya.

"Setahuku sudah, nanti aku tanyain lagi ke Syifa, soalnya kemaren dipegang dia."

"Oh ya sudah, ditanyain sama beliau soalnya. Mari saya pulang duluan, Assalamu'alaikum." pamitnya.

"Wa'alaikumussalam."

Kupandangi kepergiannya hingga tak nampak lagi.

"Dorr!" seseorang mengagetkanku, yang sudah aku ketahui hanya dari suaranya.

"Astaghfirullahal'adzim, Syifa! kaget tau."

"Maaf deh maaf," kekeh Syifa.

"Lagian kamu ngapain bengong di sini?" lanjutnya bertanya.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, "Ngapain juga aku di sini," batinku.

"E-eh itu, kamu mau pulang nggak?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Iya, mau pulang," kata Syifa.

"Bareng yuk," ajakku.

Masih ku ingat setiap kata yang ia katakan, setiap kalimat yang ia ucapkan, setiap penjelasan yang ia jelaskan, hingga sesekali terbayang wajahnya.

"Astaghfirullahal'adzim," ucapku pelan. Aku lupa jika membayangkan laki-laki yang bukan mahromnya itu dosa.

"Kenapa, Ra?" tanya Syifa yang berjalan di sampingku.

"Nggak apa-apa," elakku. Syifa hanya ber-oh ria sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

"Eh iya, kemaren kan makalah punya temen-temen dikumpulin di kamu kan? Udah dikasih ke Pak Adim? Ditanyain tuh tadi sama ketua," ujarku.

"Maksudnya Azzam?" tanya Syifa.

"Siapa lagi, kalo bukan dia?"

"Pak Adim nanya ke dia ya? Kemaren belum sempet aku taruh di mejanya sih, soalnya yang ngumpulin cuma dikit," ujar Syifa.

"Btw, Azzam tadi praktek dakwahnya bagus ya, cocok loh dia kalo jadi ustad," jeda beberapa detik. "Kamu juga, Ra, keren tau, singkat, padat, jelas, dan menyenangkan," lanjut Syifa.

"Aku mah apa, cuma butiran debu," ucapku.

"Setidaknya butiran debu bisa membuat kemonceng jadi berguna," cetus Syifa.

Anak ini selalu saja bisa menjawab dengan filosofi-filosofi yang sama sekali tidak pernah aku duga. Kami terdiam beberapa saat, fokus berjalan menuju gerbang sekolah.

••

Azzam Zidan Asshidqi, ketua kelas juga ketua rohis yang mungkin banyak dikagumi dalam diam oleh para wanita, namun ia tak pernah menyadarinya. Aku bisa merasakan bahwa memang banyak wanita yang menyukai Azzam, bukan berarti aku adalah seorang cenayang atau sejenisnya, hanya saja...ya aku tahu.

Sebagai laki-laki Azzam memang memiliki tampang yang rupawan, ditambah lagi dengan postur tubuh yang ideal membuatnya terlihat berwibawa. Namun tetap saja, kesempurnaan hanya milik Allah, seorang Azzam pasti memiliki kekurangan yang tak diketahui oleh banyak orang.

Baiklah, sudah cukup menjelaskan tentang Azzam.

Bruk

Kubanting tubuhku di kasur dan memejamkan mataku sebentar. Sekelibat bayangan Azzam muncul begitu saja, segera aku bangun dan menuju kamar mandi.

"Azzam," lirihku tanpa sadar.

••

Suara notifikasi whatsapp terdengar beberapa kali di ponselku, aku yakin sekali pasti datangnya dari grup.

Aku mengambil benda pipih itu yang berada di atas nakas dan membuka pesan di whatsapp.

XI Arsitekture 2

Azzam
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Untuk semua yang belum mengumpulkan makalah sejarah, segera dikumpulkan ya. Terima kasih.

Lulu
wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Hafiz
wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh, siap pak ketu.

Syifa
wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Iya guys, segera ya. Kalo telat aku tinggal.

wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh.

-

"Azzam," lirihku lagi tanpa sadar.

Tanpa sadar juga, saat itu perlahan aku mulai mengaguminya dan mulai memasukkan namanya dalam doaku.

Semuanya terjadi tanpa aku sadari.

Azzam Zidan Asshidqi, seharusnya kau bahagia karena kau yang terpilih untuk aku ceritakan pada Sang Pemilik Cinta.

**

Sampai jumpa di bagian selanjutnya.

Jangan lupa baca al-qur'an yaaa.

Ada Hati Yang Dipaksa MatiWhere stories live. Discover now