Raja menggeleng lucu. Pria kecil itu beralih menatap Raffa. "Raja Minta maaf, Papa," cicitnya.

"Dimaafkan! Ayo, Ly! Kita ke taman ngurus anak kit—anak gue." Raffa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ia memilih meraih kunci motornya di saku celana, kemudian naik ke atas motornya. "Dadah Bintang, dadah Boby!" Raffa melambaikan tangannya seraya tertawa.

"Najis gue!" Boby bergidik ngeri.

Lily diam beberapa saat, gadis itu akhirnya memilih meraih tas miliknya dan memakai sandalnya kembali. Setelahnya, ia duduk di jok belakang dengan Raja yang berada di antara Raffa dan juga Lily.

"Siap? Cus, ngeeeng!" Raffa melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Ingin rasanya Lily bilang pada Raffa, bahwa dirinya masih sangat kecewa dengan Raffa.

Namun, Lily juga tidak bisa jika terus-terusan bertahan pada rasa kecewanya itu. Yang ada, dirinya dan Raffa malah akan semakin jauh seperti dulu, nanti.

Dan juga, dulu Raffa tidak pernah meminta Lily menunggunya. Lily yang terlalu percaya diri untuk menunggu Raffa.

Lily juga yang harus menelan rasa kecewanya sendiri.

Andai saja dulu Lily tidak melakukan kesalahan, mungkin, Raffa tidak akan kembali ke Amerika. Mungkin juga, Raja tidak di sini.

Selang beberapa menit, Raffa berhasil memarkirkan motornya tepat di kawasan taman yang tengah ramai.

Lily langsung turun bersama Reja. Pria kecil itu berdiri dengan tangan yang dituntun oleh tangan Lily. "Tante, mau itu!" Raja menunjuk ke arah tukang kerak telor.

"Ayo, Tante! Raja mau itu!" Raja terus menerus menghentakkan kakinya meminta antar pada Lily.

Raffa turun dari motornya. Cowok itu meraih sebelah tangan Raja, kemudian membawa Lily dan Raja untuk berjalan ke arah penjual kerak telor.

"Mang, Mang, Raja mau satu, ya!" Raja langsung memesan saat sudah sampai di sana.

"Busyet, baru nyampe udah pesen aja lo, Tong!" Raffa mengacak puncak kepala putranya yang saat ini sudah terlepas dan berdiri di depan gerobak.

Raffa melirik ke arah Lily. "Mau cilok, gak?"

"Mau beliin?" tanya Lily.

Raffa mengeluarkan dompetnya. Cowok itu memberinya uang sepuluh ribu. "Nih, irit-irit, ya!"

"Kirain ngeluarin dompet mau ngasih yang merah."

"Jadi Isteri gue dulu, nanti gue kasih yang merah." Raffa mendaratkan tangannya di puncak kepala Lily. Kemudian, tangannya bergerak mengacak puncak kepala gadis itu. "Sana jajan."

Lily menganggukkan kepalanya. Setelahnya, gadis itu memilih berjalan ke arah pedagang cilok.

Raffa berjongkok, cowok itu memberikan uang pada Raja. Setelah itu, ia mengacak puncak kepalanya. "Papa nunggu di sana, ya? Nanti kalau udah langsung samperin Papa. Jangan kelayapan."

"Masa cuman segini? Raja mau itu juga!" Raja menunjuk ke arah penjual batagor.

Namun, tatapan Raffa bukan terfokus ke arah penjual batagor, ia malah terfokus pada sosok mantan manusia yang tengah tercengir lebar ke arahnya.

"Kenapa harus ketemu di sini, sih? Padahal gue udah tenang banget gak ketemu mereka," gumam Raffa.

"Kenapa, Pa?" tanya Raja.

"Jangan ke sana, Nak! Nanti kamu ketemu sama mantan manusia. Yang satu suka lompat-lompat mana pake baju itu-itu aja, diiket pula ujung sama ujungnya kayak sosis yang masih di segel."

Gengsi dong 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang