31. Malu

85.7K 8K 728
                                    

Happy Reading!

Ravindra dan Naresha sama-sama menatap panik ke arah pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ravindra dan Naresha sama-sama menatap panik ke arah pintu. Tristan berdiri dengan polosnya dia ambang pintu. Posisi pasutri yang sangat intim itu sangat tidak pantas dipertontonkan oleh bocah seperti Tristan. Ravindra buru-buru menjauh dari Naresha, sedangkan Naresha langsung duduk di ujung ranjang sambil merapihkan bajunya dan juga rambutnya yang sedikit berantakan. Naresha berdeham gugup.

"Ta-tadi..."

"Gak ngapa-ngapain." sergah Ravindra cepat.

Tristan menggaruk tengkuknya, anak kecil itu bingung situasi macam apa yang terjadi saat ini.

"Itu, ada banyak orang di luar, gedar-gedor pintu kayak orgil. Aku jadi takut..." ungkap Tristan. 

Ravindra segera turun dari kasur dan pergi untuk melihat orgil yang di maksud Tristan. Naresha juga ikutan keluar kamar sambil merangkul Tristan. Perempuan itu duduk di hadapan televisi, sedangkan Tristan kembali memainkan ponselnya.

"ANJIM LAMA BANGET LO BUKAINNYA!" seru Gevano.

Oh, ternyata orgil yang dimaksud Tristan adalah teman-teman Ravindra. Gak salah sih.

"Pegel aing gilak!" ujar Arka sambil menyalakan motornya dan memasuki rumah Ravindra dengan seenaknya. 

"Geblek, siapa yang bolehin masuk?" tanya Ravindra datar.

"Hantu penunggu rumah ini, bro." jawab Gevano ngaco. Cowok itu sontak tertawa keras.

"Gaib banget lo," sahut Mamet dari belakangnya.

"Bang, numpang nongki. Tempat biasa di grebek polisi," ujar Arka menjelaskan.

Ravindra berdecak kesal, biarin aja dah. Gak bisa dibilangin mereka. Cowok itu berjalan malas, memasuki rumahnya. Dia menyuruh semua temannya untuk nongkrong di depan teras rumah saja. Karena mereka pasti akan merokok, takutnya Naresha gak sengaja nyium bau rokok.

"Eh, minjam gitar dong Rav!" ujar Gevano tiba-tiba. Dia menarik kursi dan langsung mendaratkan bokongnya disana.

Ravindra mengiyakan. Dia menatap sebentar ke arah Naresha yang duduk di sofa ruang tamu, namun yang ditatap langsung menunduk. Mungkin malu. Ravindra tersenyum miring, lalu dia masuk ke kamar untuk mengambil gitar.

Tristan langsung keluar rumah untuk melihat teman-teman abang iparnya. Bocah itu nemplok di pintu kayak cicak.

"BUSET, ANAKNYA RAVINDRA UDAH SEGEDE INI?" tanya Arka heboh. Dia berdiri dari kursinya dan menatap Tristan dengan tatapan menelisik.

"Eh gila! Anaknya mirip Naresha cok, gak ada Ravindra Ravindranya," ujar Gevano, ikut-ikutan bego.

Mamet menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu dia memukul kepala kedua temannya.

"Pada govlog 'kan! Ngotak dikit napa, sih!" kata Mamet kesal.

"Sakit koplak!" ringis Gevano sambil mengelus-ngelus kepalanya.

RAVINDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang