31. Masalah ( Dua )

Start from the beginning
                                    

"Waalaikumsalam." Sahut El parau.

"Gimana operasi mama lo?" Tanya orang yang menelpon El.

"Belum selesai bang."

"Lo yang sabar ya Love. Gue bakal doain operasi mama lo lancar dan semoga cepet sembuh. Ntar kalo udah selesai kabari gue ya Love."

"Iya bang makasih doa nya."

Telpon itu dari Langit. El senang jika Langit perduli padanya. Peduli pada mamanya. Hal ini memberi sedikit rasa tenang bagi El.

"Ya udah bye bye. Wassalamualikum."

"Waalaikumsalam. "

Lega rasanya Langit masih menyakan keadaan mamanya. Bagi El semua akan lebih tenang jika Langit perduli kepadanya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam perasaan El. El yakin Langit tadi sedang ada masalah. Kentara sekali dari suaranya. El jadi merasa khawatir.

"Kakak kenapa?"

"Nggak kenapa kenapa kok Hana."

"Beneran kak?"

"Iya beneran. Ya udah shalat dhuhur yuk!"

"Ayo kak."

El harap semua akan baik baik saja. Semoga ketakutannya hanya sebuah ilusi yang tak akan pernah menjadi nyata. Semoga saja....

##

"Jadi lo punya adek Lang? Kok kita nggak pernah tau." Tanya Devile saat mereka telah sampai di kelas.

"Iya Lang. Lo emang sengaja sembunyiin itu dari kita?" Sambung Risky.

"Ngapain sih lo sembunyiin?" Imbuh Alex.

Langit memilih diam. Pikirannya sangat kacau sekarang. Mengapa masalah datang silih berganti? Pertama masalah Raka, masalah El, dan sekarang masalah masa lalunya tentang Awan.

Tanpa sepatah kata apapun, Langit langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelasnya. Sementara teman temannya mengerutkan alis mereka bingung.

"Ada yang di sembunyiin sama Langit nih pasti." Celetuk Risky.

"Iya. Gue yakin bos lagi ada banyak masalah yang dia sembunyiin sendirian." Sambung Devile.

"Kita harus satuin lagi Mars ama Langit. Apapun caranya. Kita gak boleh pecah belah.  We are forever." Kata Alex mantap diikuti anggukan dari temannya yang lain.

##

Masalah memang akan datang pada setiap manusia bukan? Lantas apa manusia pantas untuk merasa Tuhan tak adil? Tidak! Tuhan itu adil hanya saja manusianya yang terlalu tidak bersyukur dan sabar.

Langit menghela nafas beratnya. Masalah lagi masalah lagi. Ini memang kesalahannya telah menyembunyikan rahasia ini terlalu lama. Ranti benar semua akan ada akibat dalam suatu sebab.

"Lo yang sabar Lang." Kata sebuah suara menyapa Langit hangat.

"Makasih Ran." Jawab Langit.

Ranti tersenyum hangat seperti biasa. Perlahan cewek manis itu mendekati Langit yang kini masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Tanpa persetujuan apapun, Ranti memeluk tubuh Langit hanya sekadar untuk menenangkan cowok itu.

"Gue yakin semua bakal balik ke semula." Hibur Ranti.

"Gue harap gitu."

Langit merapatkan pelukan Ranti. Saat ini Ranti lah yang bisa membuatnya agak tenang. Langit tak tau ia harus apa sekarang? Menjelaskan pada Mars? Sudah terlambat. Mars sudah terburu marah kepadanya. Ini memang kesalahannya.

Langit AntarexWhere stories live. Discover now