52 : I'm Just Too Embarrassed To Be Afraid

903 131 24
                                    

Selamat membaca

.

.

.

.

.

Senja yang masih sama. Duduk di sebuah kursi dengan pakaian rumah sakit yang sama sekali buka gayanya.

Dari balik jendela kamar lantai khusus di rumah sakit ini, mata tajam seorang Jang Tae Young yang sudah terlatih menarget musuh kini hanya menatap jalanan di bawah sana dengan kelebat orang-orang diterotoar.

Satu minggu penuh. Kegiatan yang tidak berubah dan selalu seperti ini. Membosankan sekali.

Piring buah masih ada dalam pangkuan. Tae Young melirik iba pada sebuah pisau yang tergeletak di piring. Bayangan kembali terbuka hanya karena pisau itu, dia pernah mengalah untuk seseorang setelah berdebat tentang mengupas apel.

Kebiasaan dan argumen yang berbeda terkait mengupas buah apel memang menjadi momen yang tak terlupakan apalagi saat Sang Mi, Stop!

Tae Young menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha mengusir kenangan dan bayangan yang mampir saat rasa rindu melanda dirinya.

Tidak, ini hanya tentang rasa rindu yang terlalu egois. Pagi tadi Sang Mi masih ada dan wanita itu meminta izin padanya untuk menghadiri pemakaman Ji Eun tapi belum juga matahari terbenam.

Rasa rindu sudah begitu melekat, hingga ia merasa dirinya benar-benar gila karena merindukan wanita itu.

"Sejak kapan ayah berdiri di sana?"

Tae Young sadar dengan kehadiran seseorang dalam ruangannya meski derap sepatu dan pintu berusaha diminimalisir oleh sang pelaku 'Ayahnya'.

"Bagaimana keadaanmu hari ini?" Tanya Direktur Jang mengalihkan topik pembicaraan.

"Masih sama dan sepertinya keinginan ayah akan segera terkabulkan. Aku akan mati."

"Tae Young..."

"Tak usah khawatir, aku akan langsung masuk ke neraka tanpa melihat ibu di surga."

Direktur Jang menghela napas. Keras kepala dan angkuh, itulah sifatnya yang di duplikat oleh putranya sendiri.

Kini dia sendiri mengalami kesulitan untuk menahan diri agar tak mengimbangi sifat itu yang notabene adalah sifatnya sendiri.

"Direktur Jang."

Seseorang telah memanggil namanya. Direktur Jang menegang dan memutar badan tergesa. Dia memberikan tatapan tajam pada seorang Dokter Profesor yang lebih muda darinya baru saja memanggil namanya.

Demi Tuhan, Direktur Jang kesal karena Dokter Profesor bernama Kim Sabu itu melupakan janji yang mereka buat untuk berbincang diluar saja.

"Tolong bicarakan di sini Kim Sabu. Jangan sembunyikan apa pun." Tae Young berbicara pelan dari sofa kebesarannya.

"Tae Young..."

"Yang menjadi pasien di sini, aku atau ayah?"

Skakmat. Direktur Jang kembali menghela napasnya di iringi dengusan.

Sabar, dia harus mengendalikan emosi dirinya dari orang yang sama-sama keras kepala sepertinya. Terlebih saat ini Tae Young berada dalam kondisi yang tak akan bisa di ajak bertarung.

Kim Sabu mulai menjelaskan analisa yang ia dapatkan pada kondisi Tae Young saat ini. "Kami belum bisa memastikan dengan baik. Penelitian masih terus di lakukan oleh beberapa ahli biologi terbaik."

My Forced Marriage [END]Where stories live. Discover now