Aya mengedarkan pandangannya pada jalanan yang terlihat renggang akan kendaraan. Banyak sekali kendaraan pribadi yang berlalu lalang namun tidak untuk kendaraan umum. "Udah jam segini lagi mana ada angkot jam segini." Aya melirik jam tangannya menunjukan pukul 10:30."Jalan aja kali ya?." Tanya Aya pada dirinya sendiri. "Iyadeh jalan aja daripada nenek khawatir."
Aya mengambil jalan pintas agar cepat sampai kerumahnya namun sekarang jalannya terlihat sangat menyeramkan dan sepi. Sepanjang jalan Aya berdoa dalam hati agar agar tak berjumpa dengan hantu apapun itu jenisnya.
Di ujung jalan dibawah lampu jalan yang remang terlihat dua pemuda tengah berjalan kearahnya dengan keadaan sempoyongan.
Tak ayal jika sekarang Aya merasa takut ia seorang gadis dan sekarang Aya sedang sendirian. Sangat mengerikan jika kalian berada diposisi nya sekarang.
Saat hendak memutar haluan Aya merasakan jika tangannya di cekal oleh seseorang. "Mau kemana gadis cantik." Tanya salah satu pemuda yang terlihat matanya memerah.
Aya dapat mencium bau yang menyengat dari badan mereka ingin rasanya ia muntah sekarang. "S-saya m-mau p-pulang." Aya meruntuki dirinya kala menjawab dengan gugup. Bodoh ya bodoh.
"Temenin kita dulu bisa kali." Ucap yang satunya dengan senyum yang Aya tidak mengerti maksudnya.
"Maaf saya harus pulang, Permisi." Aya berusaha melepaskan cekalan tersebut namun tak kunjung dilepas hanya semakin dikuatkan.
"Mau kemana buru buru amat sih."
"Lepasin tangan saya atau saya teriak sekarang."
"Mau teriak? Silahkan toh gak bakal ada yang denger."
Benar kata mereka percuma saja jika Aya berteriak tidak akan ada orang yang mendengar nya karena ini sudah larut dan jalanan ini jarang dilalui karena rawan.
Aya menendang masa depan pemuda yang memegang tangannya hingga terlepas lalu berlari. "Bangsat kejar dia jangan sampai lepas." Kata pemuda yang tadi ditendang berusaha mengejar walau dibawah sana terasa sangat nyeri karena tendangan Aya yang sangat kencang.
"Berenti woi." Sekarang mereka sudah sadar dari mabuknya tentu saja Aya berusaha berlari lebih cepat lagi.
Entah sekarang Aya pasrah pada dirinya sendiri karena yang bisa menyelamatkan nya sekarang hanya dirinya untung-untung jika ada bantuan dari orang lain.
Dari jauh terlihat lampu yang berjalan mendekat sudah pasti itu seorang pengendara atau dewa penyelamat nya Aya bernafas lega kala cowok itu menyuruh dirinya untuk menaiki motornya.
Lalu pergi meninggalkan dua pemuda yang sekarang tengah mengumpat karena mangsanya yang terlepas.
***
Akbar mengendarai motornya dengan kecepatan rata rata melewati beberapa ruko yang sudah tutup namun banyak juga ruko ruko yang masih buka terutama cafe karena banyak anak muda yang masih nongkrong disana.Akbar membelokan motornya di ujung jalanan yang terlihat sepi. Akbar menyukai walau kadang jalanan sepi banyak bahaya tapi Akbar selalu melewati nya sejauh ini ia baik baik saja melewati gang gang sepi atau rawan.
Dari jauh Akbar melihat seorang gadis tengah dikejar dua orang pemuda Dangan baju yang acak acakan dan terlihat kacau.
Akbar menambah kecepatan nya kala melihat gadis itu adalah Aya. Wajahnya terlihat dipenuhi keringat dan pucat. "Naik." Ucapnya saat sudah berada didepan Aya.
Aya langsung naik ke jok belakang motor. Akbar langsung menjalankan motornya dengan kecepatan penuh meninggalkan jalanan yang gelap dan sepi.
Melihat sekeliling yang lumayan ramai Akbar menepikan motornya didepan ruko yang masih buka. Aya yang merasa motornya terhenti langsung turun. "Kenapa turun?." Tanya Akbar.
"Gak papa gue pulang sendiri aja."
"Gue anter sampe rumah." Aya menggeleng. "Kenapa? Ini udah malem gak baik anak gadis keluyuran apalagi lo sendirian. Kalo Lo ketemu sama mereka lagi gimana atau bahkan lebih parah."
Aya bergidik jika ia bertemu dengan mereka lagi dan membayangkan hal hal buruk menimpa dirinya apalagi jika lebih parah maka ah sudahlah Aya tak mau mengingat kejadian yang menimpanya tadi.
Tapi jika Aya dengan pria asing ini apakah aman bahkan Aya saja tidak tahu dia siapa.
Dibalik helm full face yang ia kenakan Akbar tersenyum melihat Aya dengan raut wajah takut dan tak percaya pada dirinya. siapa sangka Aya yang galak yang ia tahu akan sangat menggemaskan jika sedang ketakutan.
"Gue gak sebejad mereka Lo tenang aja dan lo tinggal kasih tau arah rumah Lo sekarang daripada kemaleman." Aya menarik nafasnya lalu perlahan mengangguk.
Lagi lagi Akbar tersenyum. "Naik." Aya kembali naik pada jok belakang motor nya.
Senyuman Akbar tak pernah luntur saat ini apalagi saat Aya dengan tak sengaja memeluk dirinya. Akbar mendengar Dengkuran kecil yang berasal dari balik punggung nya ia yakin jika gadis itu sudah tertidur pulas dengan punggung Akbar yang dijadikan sandaran.
Sebelum Aya tertidur pulas dipunggung tegap Akbar ia sempat memberi tahu Alamat rumahnya jadi dengan mudah Akbar mengendarai motornya kemana arah ia pergi.
Akbar menghentikan motornya didepan rumah yang bercat orange terlihat sederhana namun memberikan kesan indah apalagi didepannya terdapat tanaman hias yang berjejer rapi, dan ada juga yang digantung seperti bunga anggrek dan lainnya.
Akbar turun dari motor nya dengan perlahan agar gadisnya tidak terbangun.
Sampai sini Akbar sudah mengklaim jika Aya adalah gadisnya sekali lagi G A D I S N Y A.
Akbar mengetuk pintu rumah beberapa kali dengan pelan agar tidak menggangu pemilik rumah dan para tetangga.
Saat hendak mengetuk pintunya sudah terbuka menampilkan wanita paruh baya dengan daster rumahan yang ia kenakan. "Kamu siapa? Dan cucu saya kenapa." Pekik Miranda.

ANDA SEDANG MEMBACA
BILBERYY
Fiksyen RemajaCerita tentang percintaan gue yang harus Jatuh cinta dengan orang yang sama dengan Sahabat sendiri?? Oh no, bukan satu hal yang mudah!! Mampir yuk baca cerita gue yang super duper rumit Jangan lupa vote dan komen nya guys!! Selamatt membaca