Penyesalan

20.5K 824 19
                                    

"Mita?" ucap Mama panik.

Mendengar teriakan Mita dari arah pintu depan membuat, Mama gegas melangkah menghampiri anak perempuan kesayangannya tersebut untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mas Bram dan Meira pun ikut ke depan. Aku pun tak tinggal diam ingin menyaksikan tamu yang telah menyita perhatian isi rumah ini.

"Ca-cari siapa?" tanya Mita terbata pada sosok lelaki yang berdiri di depan pintu. Namun, yang ditanya hanya diam.

Mataku membulat tidak percaya, melihat pemandangan itu. Lho itukan, Dewa kenapa dia yang datang kesini ada perlu apa? Mana Oma?

"Omay god, itu beneran oppa-oppa korea?" Meira pun tak kalah takjub melihat Dewa yang tampannya menurutku malah lebih terlihat ke arab-araban tersebut.

Terlihat Mas Bram menyikut tangan Meira, menyadarkannya dari rasa takjub. Lalu, Meira pun kembali bersikap biasa-biasa saja sambil senyam-senyum.

Ya siapa yang tidak tertarik akan ketampanan seorang lelaki yang kini tengah berdiri di depan pintu dengan setelan jas hitam tersebut. Kebanyakan wanita yang melihatnya pasti akan terposona saat pertama kali melihatnya, aku pun sempat merasa kagum, dengan pesona ciptaan Tuhan yang teranugrah pada rupanya. Namun, melihat sikapnya yang dingin membuatku jadi biasa saja.

Tidak lama kemudian Oma menyusul di belakangnya bersama Pak Bayu.

"Ibu Lastri?" ucap Meira, dan Mas Bram kaget.

"Siapa?" tanya, Mama setengah berbisik ke arah Mas Bram dan Meira. Sepertinya Mama belum mengenali sosok Oma.

"Orang terkaya di kota ini, Ma," jawab Mas Bram setengah berbisik, namun masih bisa ku dengar yang memang tidak jauh dari mereka.

Mata Mama terbelalak tidak percaya akan tamu yang datang ke rumahnya.

"Apa benar ini rumah, Bu Ratna?" tanya Oma pada penghuni rumah yang masih terlihat terkejut.

"Be-benar, Bu. Ayo mari silahkan masuk?" Seketika binar bahagia terlihat dari kedua netra, Mama. Secepat kilat ia menepuk-nepuk sofa untuk membersihkan debu yang menempel, demi mempersilahkan tamu agungnya.

Dengan tersenyum Oma pun masuk diikuti Pak Bayu dan Dewa. Lalu mereka pun duduk.

Mama, dan yang lainnya pun ikut duduk dengan terlihat salah tingkah, perasaan grogi begitu tergambar di wajah Mama.

"Naya, tolong ambilkan makananan dan buatkan minum untuk tamu-tamu agung, Mama!" ucap Mama setelah semuanya duduk.

Aku pun hanya mengangguk menuruti perintah Mama. Tidak lama kemudian aku datang dengan membawa nampan berisi tiga gelas teh plus satu toples kue kering.

"Mari, Bu silahkan diminum!" ucap Mama mempersilahkan. "Sa-saya dengar, Ibu baru saja menemukan cucu, Ibu? Apa benar?" tanya Mama penasaran sembari tersenyum.

"Benar, saya baru saja menemukan cucu saya yang hilang, dan merupakan satu-satunya pewaris tunggal seluruh harta kekayaan saya," jawab Oma santai, sembari menyeruput tehnya.

Mata Mama kembali berbinar, entah kenapa sementara yang lain pun tak kalah takjub.

"Ja-jadi, pe-pemuda ganteng ini cucu, Ibu yang baru ketemu i-itu?" Terbata Mama bertanya.

Oma hanya tersenyum, belum sempat menjawab.Tetapi, Mama semakin tersenyum lebar dan kembali bertanya.

"Siapa namanya?"

"Namanya Dewa," jawab Oma, yang disebut nama hanya mendesah dengan raut kesal.

"Ja-jadi, ma-maksud kedatangan, Ibu kesini i-ingin melamar anak saya, Mita?" Dengan susah payah Mama bertanya, sambil mengusap keringat dihidungnya.

MEMBUAT SUAMI MENYESALWhere stories live. Discover now