Ide Dari Pesan Sialan

7.9K 497 1
                                    

Mendengar handle pintu kamar ditekan, buru-buru aku kembali menyembunyikan kartu ATMnya ke bawah bantal dan berpura-pura merapikan rambut yang sedikit memang berantakan. Ternyata Mas Bram yang masuk, ia mengernyitkan dahi melihat tingkahku, wajahnya masih nampak kesal, sementara aku masih dengan pura-pura menunjukkan wajah bersalah.

Dengan cepat ia mengambil handuk yang menggantung dan berlalu masuk ke kamar mandi. Aku bernafas lega, untung saja tidak ketahuan, dan membuatnya curiga.

Ah, Mas Bram andai saja sikapmu tidak seperti itu aku juga tidak akan menjadi seperti ini, tetapi kau yang dulu memulai permainan. Baiklah, Mas akan kuikuti permainan kalian.

Sembari menunggu salat Asar aku merebahkan diri di samping Rania, sembari memikirkan rencana kedepannya. Harus siap dengan hal besar yang akan terjadi dalam rumah tanggaku, antara bertahan atau pergi, kelak akan menjadi sebuah pilihan yang harus kujalani.

Kepala terasa begitu pening memikirkan semua itu, hingga akhirnya aku pun tertidur.

Azan Asar membuatku terjaga, aku segera menuruni ranjang menuju kamar mandi untuk berwudu, lalu menunaikan kewajiban empat rakaat. Dalam sujud panjang, aku berdoa semoga Tuhan memberi jalan terbaik atas semua masalah ini.

Usai salat, kulihat Rania masih tidur. Aku tidak melihat Mas Bram, ah mungkin lagi di depan sama Mas Fatir, pikirku.

Dengan gerakan pelan aku keluar kamar, meninggalkan Rania. Di depan kamar kulihat suasana masih nampak sepi, lalu menuju dapur.

"Eh, Naya, sini?" ucap Mbak Risa sembari mencuci sayurannya.

Aku tersenyum. "Iya, Mbak. Jadi kita mau masak apa, Mbak?" tanyaku sambil mengupas bawang.

"Tumis cumi asin, sambal ikan tongkol sama bening bayam. Kamu ada ide buat menu lain?" tanya Mbak Risa.

Aku menggeleng, "Ikut Mbak aja."

Kami pun masak bersama, Mbak Risa membersihkan sayur bayamnya, aku menyiangi ikan tongkol sama cuminya. Rasanya menyenangkan kerja sama seperti ini, ditambah Mbak Risa orangnya baik.

Rasanya aku ingin sekali menceritakan permasalahan rumah tanggaku padanya, karena aku yakin Mbak Risa adalah orang yang bisa di percaya.

"Mbak ...." Ragu aku berucap.

"Iya kenapa, Nay?" tanya Mbak Risa masih sibuk dengan pekerjaannya.

Belum sempat aku melanjutkan kalimatku, tiba-tiba Mas Bram memanggilku.

"Dek, itu Ranianya bangun nanyain Mamanya."

"Ya udah kamu urus, Rania dulu sana gih!" ujar Mbak Risa.

Aku hanya mengangguk, lain kali saja kuceritakan sekarang aku menemui Rania dulu.

Tiba di kamar kulihat Rania sudah duduk di sisi ranjang sambil ngucek matanya.

"Eh anaknya, Mama udah bangun." Aku mengangkat tubuh mungilnya lalu mencium keningnya.

"Ma, mau pipi," ucapnya dalam gendonganku.

"Rania, mau pipis?" tanyaku. Ia hanya mengangguk, dan akupun mengajaknya ke toilet.

Usai mengurus Rania aku kembali ke dapur, kulihat di sana ada Mama. Aku tidak mungkin menceritakannya dekat, Mama.

"Duh, Mantu, Mama rajin banget sih," puji Mama. "Mau masak apa? Sendirian aja, Nayanya kemana?" tanya Mama.

"Eh, Mama ini, Ma mau masak sayur bening sama tumis cumi asin, dan sambal ikan tongkol," balas Mbak Risa.

Aku pun berjalan mendekat, tetapi mereka tidak menyadari keberadaanku.

"Naya, gak bantuin kamu?" tanya Mama lagi.

MEMBUAT SUAMI MENYESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang