| 11 | Surat Misterius ◡̈

66 18 12
                                    

Happy Reading'-'

-----

"Hanya menyukai, untuk masalah memiliki saya masih sadar diri."

°°°


Langit malam tak kalah indah dengan langit diwaktu lainnya, apalagi dengan banyak bintang yang bertaburan menemani sang bulan. Meski terkadang tanpa ada bintang namun bulan itu tetap bersinar ikut menerangi sang langit gelap dan langit saja tetap indah walau tanpa bintang, ya walaupun tidak bisa ditolak langit lebih indah jika ada bintang.

Begitu banyak bintang di langit, namun tetap saja fokus kita masih bisa tertuju pada satu bintang. Begitu banyak manusia, namun hanya beberapa orang yang kita sayangi, seperti keluarga, sahabat, teman dan kekasih mungkin. Tapi itu bagi orang lain, tidak bagi Naya, untuk sekarang hanya keluarganya saja yang ia sayangi. Bagaimana tidak, Naya tidak mempunyai teman apalagi sahabat, lalu apa? Kekasih? Naya merasa geli dengan hal itu, dia belum pernah memikirkan itu. Bukan berarti Naya tidak pernah menyukai seseorang, Naya masih sama seperti remaja lainnya. Naya hanya menyukai, untuk masalah memiliki Naya masih sadar diri. Masih banyak kekurangan Naya untuk menjalin hubungan seperti itu, lagian dirinya juga tidak ada waktu untuk hal itu, apalagi kalau cuma untuk main-main, hanya akan mendapatkan kesakitan saja.

"Hai," sapa seseorang yang baru saja duduk disamping Naya, yang sedang menunggu kendaraan umum yang lewat.

"Eh, hai Regan," jawab Naya, sambil tersenyum kecil menatap sekilas Regan yang ada disampingnya.

"Baru pulang?" tanya Regan.

"Iya, tadi rame banget di kedai," ujar Naya sambil sesekali menyelipkan helaian rambutnya kebelakang telinganya, karena terhempas oleh angin jalanan.

"Hehe, sabar ya, hidup itu emang pahit, tapi tenang aja, gak selamanya bakal gitu kok," ucap Regan, menatap tepat dimanik Naya.

"Iya kah?" tanya Naya, sedikit ragu akan perkataan yang diucapkan Regan.

"Kenapa? Gak percaya Nay? Jangan gitu. Tuhan itu adil, tiap orang pasti punya waktu kapan mereka harus bahagia dan bersedih. Gak ada yang namanya bahagia keterusan ataupun sedih yang menaun, semua pasti bakalan datang kalo emang udah waktunya," cerca Regan, tersenyum geli akan ucapannya sendiri, oh ayolah ini bukan Regan sekali. Regan yang dikenal oleh teman-temannya adalah Regan si pembuat onar. Berkata bijak membuat dirinya terkekeh sendiri.

Naya tidak merespon ucapan Regan, Naya terlalu asik dengan setiap kata yang diucapkan Regan. Melihat sama sekali tidak ada respon dari Naya, membuat Regan dibuat bingung, "apa ucapan gue ada yang salah?" tanya Regan, dalam hatinya.

"Emm, maap ya, gue terlalu so tau ya, gak usah terlalu dipikirin ucapan orang aneh kek gue," ucap Regan, sambil menggaruk tengkuknya yang gak gatal.

"Eh enggak kok Regan, makasih ya." Naya membenarkan letak tasnya.

"Hah? Makasih buat?" Bingung Regan, pasalnya ia sama sekali tidak merasa melakukan apapun.

"Ucapan kamu," ujar Naya, laku tersenyum kecil setelahnya.

"Oalah, Iya," ucap Regan, masih sedikit tidak nyaman, akan ucapannya barusan.

Melihat kearah jam ditangannya, terlihat jam sepuluh lebih dua puluh menit, yang berarti sudah hampir dua puluh menit ia menunggu bus.

Kembali mengarahkan atensinya pada Regan, "kamu sekolah dimana Regan?"

"Di SMA Cendrawasih, tetanggaan tuh sama sekolah lo," jawab Regan, lalu setelah itu Regan dengan tiba-tiba Regan mengulurkan tangannya kearah Naya. Naya lantas bingung menatap tangan Regan dan wajahnya bergantian, "apa?" tanya Naya.

BUMANTARAWhere stories live. Discover now