| 2 | Sadar diri ◡̈

134 60 77
                                    

Happy Reading Yeorobun, jangan lupa vote and komen ya!☻

°°°

"Dia menarik, namun mustahil untuk dimiliki."

°°°

"Selamat sore pak Salim," sapa Naya ceria, kepada Pak Salim pemilik kedai soto yang lumayan besar itu.

"Sore Naya," jawab pak Salim sambil tersenyum hangat.

Setelah itu, Naya langsung menyimpan tasnya di loker, lalu mengganti pakaian seragam sekolahnya menjadi pakaian seragam kedai soto Pak Salim.

Hidup itu keras, dan itu memang nyata. Naya bekerja paruh waktu disini, yaitu dari sore sampai jam 10 malam. Meskipun bayarannya tidak terlalu banyak, namun gaji itu cukup untuk biaya SPP dan biaya kehidupan sehari-harinya.
Meski kadang Ibu Naya selalu meminta uang bahkan di setiap harinya itu, terkadang membuat Naya harus merelakan uang untuk membayar SPP nya di berikan kepada ibunya, sehingga lagi lagi Naya harus menunggak biaya kepada sekolahnya.

Selain bekerja di Kedai Soto, Naya juga bekerja pada hari Sabtu dan Minggu waktu pagi, Naya mengajar di rumah salah satu tetangganya yang mempunyai siswa SMP, namanya Bu Tesa. Namun, seiring berjalannya waktu, murid bimbingan semakin bertambah banyak, sudah jelas Ibu Tesa yang merekomendasikan kepada para ibu temannya. Beruntungnya Ibu Tesa mau berbaik hati dengan menjadikan rumahnya sebagai tempat les.

Dengan langkah sigap, Naya memberikan setiap pesanan Soto kepada para pelanggan.

"Selamat menikmati," ucap Naya, sambil tersenyum hangat kepada pelanggannya itu, namun senyum itu tidak bertahan lama, karena yang ada dipannya sekarang adalah Langit, iya Langit Attharendra, makhluk licik yang bersembunyi dibalik tubuh dewa.

"Apa lo liat-liat?" sungut Langit sambil menatap remeh ke arah Naya.

"Eng-gak kok." Sial, Naya merutuki dirinya sendiri, yang malah merasa gugup di depan Langit.

"Halah, gue juga tau kalau Bos kita itu ganteng, pake banget. Tapi sorry aja nih ya, gue takutnya kegantengan Langit bakalan luntur kalau diliat sama cewe udik kaya lo," sarkas Gibran.

Langit memang tidak datang sendiri, ia datang bersama dua sahabatnya yaitu Gibran dan Fardan. Mereka mulai bersahabat pada saat duduk di bangku sekolah dasar, sudah lama sekali bukan?

"Jadi ganteng nya gak permanen ya? Kasian. Udah tau jelek, masih aja ngelunjak!" ujar Naya asal ceplos, setelah itu Naya langsung melengos pergi, meninggalkan Langit yang masih menganga karna kaget akan ucapan Naya.

Pfft

Fardan dan Gibran yang melihat itu berusaha menahan tawanya.

"Lo jelek bos," ucap Fardan, sambil terus mengelus bahu Langit, seolah merasa kasihan kepada Langit, pasalnya baru kali ini ada yang menyebut seorang langit.

Langit hanya diam, sambil terus menatap tajam ke arah Naya yang perlahan pergi menjauh.

"Gilaa Dan, setelah berabad-abad akhirnya baru ada yang bilang si Bos jelek, mantap. Hahahah." timpal Fardan.

"Diem Lo berdua, berisik!" sinis Langit.

"Fiks Langit baperan." cibir Fardan.

Setelah itu, Gibran tiba-tiba menyanyikan sebuah lagu kartun yang ada Televisi, tepatnya kartun si kembar seiras.

"Langit oh Langit kenapa engkau baperrr?"

"Macem Mane aku tak baper? Naya ejek aku, Naya ejek akuuu."

BUMANTARAWhere stories live. Discover now