| 4 | Peduli? ◡̈

103 51 28
                                    

"Jangan pernah menilai seseorang dari keburukannya, karna air hujan yang jernih pun berasal dari awan yang hitam."


°°°


Bunyi bel istirahat akan berbunyi 5 menit lagi dan sekarang Naya sudah berada didalam kelas dengan kondisi seragam yang basah kuyup.

Naya ingin sekali mengangganti pakaiannya, namun ia lupa bahwa seragam ganti yang berada di loker sudah ia bawa pulang, karna pada Minggu kemarin pagi-pagi hujan, sehingga ia sampai ke sekolah dengan keadaan baju yang basah dan berakhir menggantinya dengan baju cadangannya itu.

Mengehela nafas pelan, Naya menelungkupkan wajahnya kedalam lipatan kedua tangannya.

Tak berselang lama, tiba-tiba Naya merasakan ada kain yang disampirkan kepunggungnya. Naya lantas mendongak dan menatap sang pelaku.

Melihat orang yang menyampirkan kain itu, lantas Naya menatap heran orang itu. Bagaimana tidak heran, orang yang ada didepannya sekarang adalah orang yang boleh dibilang mempunyai sikap seperti Rossa, sikap sama-sama senang ketika Naya berada diambang kesengsaraan.

"Gak usah," ujar Naya, lalu mengembalikan jaket bomber berwarna hitam itu kepada lelaki itu. Namun, lelaki itu malah kembali merapikan letak jaketnya.

"Bodoh!"

"Di bilang gak usah ya gak usah," ucap Naya, oh ayolah ia tak percaya akan kelakuan lelaki ini, pasti ada maunya.

"Tolol! Baju lo tembus pandang, gak malu lo?" cerca Langit. Awalnya ia biasa saja saat melihat Naya masuk ke kelas, namun pada saat pandangan anak lelaki di kelasnya yang dikenal bandel saling berbisik lalu secara terang-terangan menatap Naya nakal. Tanpa pikir panjang, Langit langsung mengambil jaket miliknya yang tersampir di kursinya.

"Apa?!" Naya yang merasa kaget, lantas langsung menunduk menatap pakaiannya, oh benar, Langit tidak bohong, baju seragamnya sedikit menerawang, melihat itu Naya langsung merapatkan jaket milik Langit.

"Makasih," ucap Naya.

Tanpa membalas ucapan Naya, Langit pergi begitu saja keluar kelas, bertepatan dengan itu, suara bel masuk berbunyi.

"Apa dia mau bolos?" cicit Naya pelan. Sadar akan ucapannya, Naya lantas menepuk pelan dahinya, "Bodo amat lah, mau dia bolos apa enggak, napa jadi mikirin orang aneh kaya Langit."

°°°

Mengayun-ayunkan kakinya, Naya kembali melirik ke arah kiri, berharap ia dapat melihat angkutan umum disana. Sudah hampir sepuluh menit Naya menunggu dan sedari tadi hanya baru satu angkot yang lewat, itupun penuh, alhasil Naya kembali menunggu.

Menengadahkan pandangannya ke arah langit, lantas Naya tersenyum tipis melihatnya. Oh langit bahkan sudah berubah menjadi gelap, pertanda akan datang hujan.

Angin sedikit berhembus kencang, yang membuat aroma dari jaket yang ia pakai menguar, wanginya begitu maskulin, sangat tenang dan memabukkan.

Kembali membayangkan pada saat Langit menyampirkan jaket itu kepadanya, senyum Naya terbit seketika.

"Apakah Langit udah berubah ya?"

"Jangan geer!"

Mendengar kata itu, lantas Naya segera menoleh ke arah suara dan boom ada Langit yang sedang bersandar pada tiang halte, tunggu, sejak kapan Langit disana? Bukankah hanya ada dirinya di Halte? Apakah Langit makhluk halus? Entahlah, Langit memang aneh, tiba-tiba sudah ada disana.

BUMANTARAWhere stories live. Discover now