Quidditch World Cup (3)

56 10 0
                                    

Happy reading ♥️♥️♥️
Tekan tombol bintangnya ya ( ˘ ³˘)♥

×××

Setelah beberapa menit berjalan kaki menuju puncak bukit yang tidak tinggi,dengan satu sepatu bot tua yang berdiri tegak di puncaknya, Arthur dan Amos berdiri disampingnya dan memberi aba-aba agar semua berdiri melingkari sepatu itu.
"Anak-anak, melingkar!" Titah Arthur membuat mereka segera bergegas mendekatinya.
"Ada apa dengan sepatu tua ini?" Harry menatap aneh sepatu yang masih berdiri kokoh dihadapannya,bertanya kepada siapapun yang akan menjawabnya.
"Sst! Itu bukan sepatu biasa" sahut Fred, tiba-tiba muncul dari belakangnya.
"Itu Portkey!" Lanjut George yang berdiri disampingnya,mereka berdua segera mengambil tempat disamping ayahnya.
"Port—apa?" Lily ikut bertanya,namun Arthur menyelanya.
"Sekarang berbaring" ucapnya sambil telungkup dengan tangannya yang memegang sepatu tua.
"Apa?" Hermione sepertinya kebingungan,ia berdiri menatap Harry yang mengangkat bahunya.
"Cepat!" Amos ikut bicara karena sepatu itu memberikan reaksi,sontak anak-anak segera bergegas memegangnya,kecuali Harry yang masih bingung tanpa mengikuti perintah Arthur dan Amos,ia hanya telungkup tanpa memegangnya.
"Harry!" Lily dan Hermione langsung menegurnya ketika melihat Harry.

Harry yang terkejut akhirnya memegang sepatu itu,tak lama kemudian,cahaya secerah mentari membutakan penglihatan mereka.
Tiba-tiba,dunia serasa berputar sangat cepat, untungnya anak-anak tetap memegang erat sepatu yang awalnya bahkan tidak mereka percayai.
Cahaya hilang,namun ketika mereka membuka mata, disekelilingnya bukan lagi puncak bukit yang hijau, tetapi warna abu-abu terang seperti awan di bagian paling atas.
Lily melihat ke bawah,dia agak ketakutan kalau-kalau pegangannya terlepas,tubuhnya langsung merinding membayangkannya,tanpa sadar,tangannya diraih seseorang.
"Sekarang lepaskan!" Titah Arthur, anak-anak membelalakkan matanya.
"Apa?!" Hermione mengerutkan dahinya,tak percaya.
"Ayo!" Jawab Arthur sambil melepas genggamannya,ia ditarik keluar dari lingkaran awan abu-abu itu.
Harry,Lily,Ron,Ginny dan Hermione saling bertatapan, tanpa sadar Fred menghitung mundur.
"2" George ikut menghitung,yang lainnya memandang mereka.
"1!" Ucap mereka bersamaan,begitu pula dengan genggaman tangan mereka di sepatu itu,ikut terlepas secara bersamaan.

Lily membelalakkan matanya ketika tertarik keluar,belum lagi dia menemukan tangan yang memeganginya yang membuat dia semakin cepat turun.
Tanpa sadar,ia mencari sesuatu untuk dipegang, tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan,berbagai imajinasi menyeramkan memenuhi pikirannya.
Lily berakhir memegang tas jumbo yang entah siapa pemiliknya,tapi yang ia rasakan, sepertinya pemilik tas itu menariknya ke dalam pelukannya, menghilangkan rasa takutnya.
"Ssh" bisiknya seperti menenangkan bayi.
Tak lama,mereka terjatuh telentang di atas rumput hijau,untungnya mereka membawa tas yang melindungi punggungnya.
Tempat jatuhnya Lily dan orang yang dipeluknya jauh dari rombongan,membuat mereka tak terlihat oleh mata siapapun.
"Akh!" Orang itu mengerang kesakitan,Lily yang menenggelamkan wajahnya di dadanya segera melihat siapa yang ia tindih sekarang.
"George?! Ah! Maaf!" Sontak ia langsung bangun dan menolong George,yang ternyata orang yang dipeluknya.
"Terimakasih,tapi maaf! Sakit ya?" Lily panik melihat sahabatnya itu terus-menerus memegang pinggangnya dengan wajah yang mengkerut kesakitan.
"Tak apa-apa,ayo kita pergi" George tersenyum lebar,ia berjalan didepannya,namun Lily menghela napas dan meraih lengannya.
"Kalau kesakitan,ya bilang!" Tegurnya sambil menyuruh anak laki-laki itu menunduk karena terlalu tinggi.

"Hahaha, lihatlah Amos!" Arthur tertawa melihat anak-anak yang tumbang dan berbaring terpisah,sedangkan dia berjalan di udara bersama Amos dan Cedric dengan tenang.
Ia berjalan bersama Amos,meninggalkan anak-anak yang masih mengeluh kesakitan,tanpa sadar George dan Lily yang disampingnya,padahal dia bisa saja heboh karena hal itu.
Semua bangun dengan sendirinya,kecuali Harry yang dibantu Cedric,yang membuat mereka berjalan bersama.
Entah mereka semua benar-benar tak sadar bahwa ada George dan Lily yang terus menempel atau memang membiarkan mereka berdua.
"Wah,sepertinya kita pemeran tambahan" keluh Lily yang pelan-pelan melepas rangkulan tangan George.
"Masih sakit?" Lanjutnya menanyakan keadaannya.
"Tidak terlalu" George menggeleng pelan dan tersenyum tipis.
"Bisa berjalan?" Tanya Lily lagi,dia memegang lehernya yang sakit,George menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah,kau berat soalnya" Lily berjalan mendahuluinya,membuat George harus menyetarakan langkahnya.
"Kau lebih berat,membuat kita jatuh lebih dulu daripada yang lain" tuduh George yang berniat bercanda.
"Itu gravitasi bumi,bukan tubuhku yang berat" Lily menolak tuduhan yang tak berbobot tadi.
"Ada gravitasi bumi,ada juga berat badanmu yang menambah karena terlalu banyak memakan coklat" celetuk George, melanjutkan candaannya,membuat mereka bercanda sepanjang jalan tanpa memperdulikan tulisan besar "Quidditch World Cup" dan sapu-sapu yang terbang melewati mereka.

Two Lines-Lily PotterWhere stories live. Discover now