Harus!

89 13 0
                                    

Happy reading ♥️♥️♥️

×××

Author POV

Paginya,semua murid pergi ke asramanya masing-masing.
Lily mengabaikan Draco saat ia pergi,padahal dia sampai ikut dan menunggu di depan lukisan nyonya gemuk yang sedang kosong,tak berani masuk,dia hanya duduk di tangga,menunggu Lily benar-benar bicara padanya.
"Anak muda? Kenapa disini?" Lukisan laki-laki berbaju prajurit berjongkok di tempat nyonya gemuk,ia bertanya pada Malfoy.
"Ah,tidak! Kesal melihatmu!" Jawaban penuh dengan amarah dilontarkan dari mulut Draco yang kecil,membuat perahu itu menghentakkan tongkat besinya melihat punggung Draco yang menghilang menuruni tangga.
"Sabar,lebih baik aku masuk kembali ke asrama,mengganggu beberapa anak" ucapnya sambil mengendarai kudanya memasuki ruang santai Gryffindor.

Sedangkan,didalam sana ada Harry,Lily,Ron,dan Hermione yang duduk di kasur Ron,kamar laki-laki memang kosong jika siang.
"Sirius Black di Hogwarts,apa yang akan dia lakukan?" Ron menjemur handuk putihnya yang basah.
"Membunuhku" jawab Harry dan Lily bersamaan,wajah mereka benar-benar kusut.

"Oh,ayolah! Dumbledore ada disini,dia tidak akan bisa mengalahkannya!" Timpal Hermione yang kesal karena berpuluh-puluh kali mereka berdua mengatakan itu.
"Ya ya,terus saja bicara seperti itu,mereka tidak akan tenang" "malah suaramu menyakiti telingaku" ucap Ron sambil membuka jendela,surat terbang ke arah Lily,tepat dibawah kakinya,sedangkan Hermione bersiap-siap untuk melempar bantal ke arah Ron.
"Surat?" Harry menaikkan alisnya bingung,Lily mengangguk sambil membuka surat itu,dia tahu tulisan tangan milik siapa di kertas itu.
"Malfoy,kan?" "Hm" "dia benar-benar cinta padamu ya? Bodoh" gumam Harry sembari mendecih kesal.
Hai?
Lily?
Ada apa? Ada yang salah? Apa aku yang salah? Tidak kan? Bisa kita bertemu? Nanti malam,di Astronomi tower.
Kuharap kau datang.

Draco Malfoy.
Lily menutup suratnya,memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Kenapa? Dia yang membantu Sirius?" "Tidak heran" Tuduhan Harry membuat Lily membelalakkan matanya,tapi dia tak bisa mengatakan apapun,dia sedang tidak bergairah.
"Lily? Kemana?" Ron dan Hermione yang tadinya tanding bantal,langsung menatap punggung Lily yang turun ke tangga,entah dia akan diam di ruang santai atau malah keluar darinya.
"Biarkan saja,paling bertemu dengan bonekanya"
"Boneka?" "Malfoy" Hermione bertanya pada Harry,tapi anak itu malah menyelimuti dirinya sambil menggumamkan nama Malfoy,itu agak kasar pikir Hermione.
"Sepertinya bukan Malfoy deh bonekanya,itu Li-" candaan Ron terhenti ketika ia melihat mata Harry menusuk tulangnya dan sikutan tangan Hermione.

×××

Lily POV

Kenapa sih Harry? Dia selalu saja menuduh Draco sesuatu yang buruk.
Itu kasar,walaupun kadang aku memang membencinya.
Aku menendang sebatang pohon yang tergeletak di rumput,tak sengaja memasukkannya ke danau,tapi aku tak peduli.
Pikiranku sedang kacau memikirkan tentang Sirius Black itu,aku bahkan tidak ingin berbicara pada siapapun kali ini,tak peduli itu guru atau bukan,bahkan Draco sekalipun.
Hubunganku dengannya memang baik-baik saja,tapi hubungannya dengan teman-temanku yang tidak baik.
Dia selalu mengejek Harry,Hermione,dan Ron,tidak,hampir semua anak diejek nya,dari yang kuat seperti Fred dan George,sampai yang lemah seperti Neville,membuatku sangat merasa bersalah pada mereka.
Harusnya aku memang bicara dengannya,tapi bukan hari ini.
Hari ini aku hanya ingin diam dan diam.

Aku duduk di atas rumput hijau yang mulai mendingin karena ini bulan November,melempar beberapa batu kecil untuk menghentikan keheningan di siang bolong dan mulai menatap tangan kananku yang mengeluarkan bunga cantik,itu bunga Lily,sama seperti namaku dan nama ibuku.
Ketika aku mencoba mengingat wajah ibuku yang ku lihat di beberapa mimpi dan di cermin tarsah yang ditemukan Harry,suara berisik datang dari semak-semak seperti di malam hari aku kabur dari rumah Paman Vernon,membuatku diam tanpa menyingkirkan bunga dari tanganku.
"Siapa?" Ucapku pelan, mengarahkan tongkat sihir milikku ke arah semak-semak.
Hewan berwarna hitam muncul dari sana,aku otomatis berteriak,saat aku membuka mataku,aku mengenalinya.
Itu anjing hitam yang ku sebut Grim,kali ini dia terlihat diam,tidak menggertakkan giginya yang tajam.
Pelan-pelan aku mendekatinya,dia pun langsung meletakkan kepalanya di tanganku yang terjulur ke arahnya,aku tersenyum hangat menatapnya.
"Kamu kesepian ya?" Tanya ku saat ia menghamburkan diri ke pelukanku,anggukan kecilnya membuatku senang.
"Sepertinya kamu animagus" aku memang merasakan beberapa mantra sihir yang dipelajari beberapa tahun terakhir ini,mata hitam bundar kecil yang dikelilingi warna kuning kotor menatapku tak percaya,belum lagi dia melihat tanganku yang mengeluarkan bunga,membuatku langsung membuangnya.
"Ah,maaf" "Maukah kamu memperlihatkan wujud asli mu?" "Kalau tak mau tak apa-apa,aku juga belajar animagus" sekarang matanya semakin besar,dia benar-benar tak percaya atau tak mengerti sih?
"Lily!" Suara berat ini! George! Anjing itu langsung pergi meninggalkanku sendiri,agak kaget,tapi itu tak apa-apa,perasaanku menjadi baik tiba-tiba,tak tahu kenapa.

Two Lines-Lily PotterOnde histórias criam vida. Descubra agora