Kebenaran yang menjengkelkan

89 15 0
                                    

Happy reading ♥️♥️♥️

×××

Author POV

Lily,Fred dan George membawa Harry ke rumah sakit,tak lama setelah Lily mengobati beberapa lecet di tangan Harry yang mungkin terlalu keras memegang sapu terbangnya yang membeku,Ron dan Hermione datang menjenguk.
"Harry!" Seru mereka berdua yang langsung terkejut melihat wajah pucat Harry.
"Tenanglah,kalian berdua,anak itu mungkin sedang berjalan ke arah putih-putih" celetuk Fred yang membuat Lily dan Hermione menatapnya tajam,sedangkan George menyembunyikan wajahnya,entah kenapa.
"Diamlah" ucap Lily yang kesal,ruangan kembali hening sebelum tiga anak laki-laki seumuran dengannya memenuhi ranjang Harry.
Anak itu Seamus,Dean,dan Neville,yang membuat gaduh sebenarnya hanya Seamus yang diganggu Fred dan George,kali ini Lily angkat tangan.
"Dia jatuh karena apa?" Tanya Neville yang sedari tadi diam.
"Dementor kan?" Jawab Hermione cepat,dia benar-benar tak memberikan orang lain kesempatan menjawab,bahkan disaat seperti ini.
"Ohh" respon singkat Neville sambil mengangguk-angguk mengerti.
"Pucat sekali" Ron yang melihat wajah Harry yang memucat, bibirnya memang tak terlihat merah seperti biasa lagi.
"Tentu saja,dia jatuh dari ketinggian sekitar lima belas meter" "untung saja Lily mengambilnya" "tapi aneh juga,kau kan perempuan,tenaga mu memang kuat seperti itu?" Jawaban George membuat Ron mengangkat jempolnya menandakan ia mengerti.
"Perempuan tak boleh kuat?" Timpal Lily pada George,dia menaikkan alisnya sembari tersenyum,membuat George tiba-tiba menutup matanya.

Harry mengerang,dia pelan-pelan membuka kedua matanya, tersenyum lebar menatap wajah teman-temannya yang juga ikut tersenyum.
"Harry!" Hermione berseru kegirangan,mengingat ini adalah rumah sakit,dia langsung menutup mulutnya.
"Bagaimana? Menang?" Tanya Harry yang mengambil kacamata bulat miliknya di nakas meja.
"Pertanyaan pertama? Benar?" Lily memutar bola matanya,padahal tadi ia sudah menyombongkan diri kalau dia yang menyelamatkan Harry (dengan bantuan Dumbledore).
"Yah..ini bukan salahmu,kau jatuh dan Dumbledore marah,poinnya memang lebih banyak Hufflepuff" jelas Fred,tapi mata Harry menatap George yang matanya masih tertutup.
"Iya,jangan salahkan dirimu,salahkan saja Lily,aku juga menyalahkannya" celetuk George yang masih terpejam,Lily ingin melawan,tangannya mengepal erat.
"Tapi Harry,janji jangan terkejut" "kau terjatuh dari sapu terbang mu dan.." "...sapunya menabrak pohon Willow penghancur" Ron mengeluarkan sesuatu dari bawah ranjang,sesuatu yang diselimuti oleh selimut putih,saat dibuka,itu ternyata patahan sapu Nimbus 2000 milik Harry,semua orang di sana memasang wajah bersalah pada Harry.
"Ya...tidak apa-apa" gumam Harry yang mengambil sepotong patahan sapu terbangnya.
"Kau sudah tak apa-apa?" Tanya Lily pelan, ia menatap Harry dengan khawatir.
"Tidak,aku tidak jatuh juga kan?" Wajah Harry langsung berubah,seakan menghilangkan rasa sedihnya saat menatap sapu terbangnya.
"Iya,kau tidak jatuh" jawab Hermione sambil tersenyum tipis melihatnya.
"Seseorang membantuku" ucap Harry sambil tersenyum lebar,membuat semua yang memandangnya ikut tersenyum,apalagi Lily yang tahu jika orang itu adalah dirinya.
George membuka satu matanya,mencari Lily di tempatnya, tersenyum lebar melihatnya juga tersenyum,dia bahkan hampir tertawa karena nya.

×××

"Lilyyyy" Draco memeluk erat anak perempuan didepannya yang terlihat kelelahan.
Sedangkan Lily malah menghela nafas berat,membuat Draco harus mengeceknya dan melepas pelukannya.
"Kenapa?" Tanyanya tanpa bersalah,dengan memasang wajah polos yang sepertinya banyak orang yang belum melihatnya.
"Aku harus mengurus dua bayi laki-laki yang seumuran,mereka saling benci,belum lagi pelajaran Professor Snape yang memuakkan,aku akan terjun saja" gumam Lily dengan nada tidak jelas,dia menatap ke bawah dari menara astronomi, lama-kelamaan dia merinding juga.
"Tak jadi" gumamnya lagi,Draco yang memperhatikan Lily berjalan ke samping menara astronomi lalu kembali ke pelukannya kebingungan.
"Mau di jatuhkan?" Tanya Draco yang berniat bercanda dengan Lily.
Lily menjawabnya dengan gelengan kepala di lehernya, membuat ia kegelian.
"Terus mau apa?" Tanyanya lagi sembari menunggu Lily memperlihatkan wajahnya.
"Makan" jawab Lily cepat,tangannya menunjuk ke tangga,mungkin dia ingin ke Great Hall.
"Kalau makan disana kita tak bisa bersama" tambah Draco yang tidak mau melepasnya.
"Terus dimana?" "Disini" jawab Draco yang langsung mendorong Lily ke tembok didekatnya,mengunci Lily yang menatapnya polos.
"Kita masih remaja loh,lagipula-" baru saja Lily ingin menyebutkan bahwa ia lapar,tapi perutnya sudah membuat pernyataan sempurna yang membuat Draco mundur beberapa langkah.

Two Lines-Lily PotterWhere stories live. Discover now