🏳️‍🌈 Chapter 20

126 17 3
                                    

Teh hijau yang baru terteguk dua kali sayangnya harus diabaikan lagi. Mulutnya masih bisu, memerintah sepasang mata untuk mengawasi gerak gerik seorang gadis hingga duduk didepannya seperti sekarang, Saat ini.

"Apa yang salah? Kenapa menatapku begitu?" Yiren bertanya sambil membuat gigitan kecil di bagian ujung roti isi karyanya sendiri, kakinya tak lupa disilang karena itulah namanya kebiasaan. Rasanya tidak enak jika tidak dilakukan.

"Kau! Bukankah pesawatmu berangkat hari ini? Jam enam Yiren! Kau sudah terlambat satu setengah jam"

"Aku membatalkannya appa" Gadis itu menjawab sambil sesekali mengunyah sarapannya hingga hancur, jari telunjuk dia letakkan didepan mulut "Dan tolong jangan bertanya lebih lanjut"

"Kau benar-benar tidak bisa ditebak sayang" Yiren tersenyum bodoh menanggapi penuturan sang ayah, masih tak menyadari jika dibelakangnya berdiri sesosok pria yang menatap meminta penjelasan "Ah, Baekhyun"

"Baekhyun?" Yiren bergumam, dan penampakan ketua mafia itu sangat menggoda matanya. Apakah pria itu memoles semacam riasan di wajahnya? Kenapa semakin hari rupanya semakin em sialan!

"Ekhm" dan ayahnya juga sangat sialan. Yiren kembali duduk seperti semula menatap sang ayah. Suara tapak kaki yang sangat berantakan membuat semua orang menoleh, disana Chanyeol tampak berantakan dengan darah dimana-mana. Dia telah dikeroyok, sepertinya. Dan memang sebuah dugaan besar.

"Chanyeol!" Yiren berteriak sedangkan Baekhyun berlari untuk menopang tubuh pria Park itu, membawanya untuk duduk di salah satu sofa lalu berjongkok.

"Siapa?"

"Aku benar-benar tidak tau"

"Apa?" dering ponsel dari saku Chanyeol mengambil perhatiannya, pria Park itu meraihnya lalu dengan cepat direbut hingga berahli ke tangan Baekhyun "Ya"

"Hyung...Kapten? Ah tepat" mata Baekhyun melirik Seojun.

"Yiren, bukankah kau harus mengambil obat?"

"Ah benar, aku akan segera kembali" gadis itu pergi sedikit berlari. Saat ayahnya sengaja memancing agar dirinya tidak tau, Baekhyun sudah menggenggam satu pistol di tangan kiri, dua di saku belakang dan satu lagi di saku depan.

"Pelurunya penuh" Ucap tuannya dan pria bermata sipit mengangguk kemudian pergi tergesa.

"Tuan, apa anda benar membiarkannya pergi sendirian?"

"Kurasa tidak masalah, Baekhyun bisa mengurusnya" ucap Seojun yakin.

Tepat dua puluh meter di depan sana seorang pria bertubuh sangat tinggi berdiri membelakangi Baekhyun, serius dia hanya sendiri?

"Apa masalahmu?"

Lucas, entah kemana dia setelah sambungan ponsel terputus tadi. sialan, rasanya sakit sekali saat kepala bagian belakangmu dipukul menggunakan balok kayu.

"Tidak-tidak, jangan sekarang" Baekhyun memegangi kepalanya yang mulai terasa basah, kepalanya pusing jadi dia terjatuh sambil mencengkram rambutnya.

"Kerja bagus Lucas" pria itu mengucapkan rasa terima kasihnya dengan melepaskan lakban dan tali dari tubuh pria blasteran yang dia tawan di balik semak-semak "Oh ya, Ini peringatan bagi kalian untuk tidak mencari gara-gara"

"Mencari gara-gara apa maksudmu?"

"Jangan usik Jia, dia milikku sekarang" satu tepukan keras di kepala Lucas sebelum dia pergi.

"Hei! Katakan dengan jelas sedikit! Dan kapten?!"

"Suruh putri Seojun untuk membawanya kembali, SEN-DI-RI."

I AM A PSYCHOPATHWhere stories live. Discover now