Mikasa tersenyum getir.

"Itu pun kalau dia ibu muda yang cantik. Mempesona. Mungkin mendapatkan suami yang baru, kalau tidak, dia akan menanggung semuanya seorang diri. Itu lah yang aku maksud, pilihan wanita kalau tidak menikah ya menjadi wanita yang independen. Maka aku mau kamu juga berpendidikan, sama hal nya dengan kakakmu. Kendati kelak dia akan menjadi kepala keluarga, yang menanggung beban lebih banyak. Kita tidak tahu tentang masa depan. Masalah apa yang akan membawa kita ke dalam keterpurukan. Itu juga salah satu alasan kenapa anak muda zaman sekarang enggan menikah. Resiko yang harus diambil sangat lah besar.

"Menikah bukan selalu perihal cinta, namun juga komitmen serta kedewasaan berpikir. Kehidupan setelah menikah bukan hanya untuk satu hari, melainkan seumur hidup.

"Kalau kamu mau menikah, pastikan pasanganmu benar-benar orang yang tepat. Karena---menikah satu kali dalam seumur hidup. Jangan sampai terjadi perceraian, apa artinya janji suci kalau begitu. Pacaran saja."

Mikasa nyenyat. Entah lah, seperti ada pukulan keras mengarah kepadanya. Kemudian Mikasa menyeruput air putih, dari gelas yang sendari tadi dia pegang.

"Jika kamu merasa belum dewasa jangan dulu menikah. Ibu juga menjelaskan hal ini kepada Levi. Syukur lah, dia sudah mengerti tanpa aku jelaskan lebih banyak. Karena dia lebih dewasa dibanding dirimu. Di usiamu yang begitu, kamu belum belajar lebih banyak tentang kehidupan. Aku berkata demikian karena memperingati mu, sejatinya dalam hidup, akan selalu ada asam garam yang akan kamu lalui di masa depan. Terlebih kamu pernah dijodohkan dengan seorang laki-laki. Siapa tahu kamu minat menikah di usia dini. Ibu dan Ayah, cukup keras memikirkan hal ini. Kalau pun itu Eren, aku yakin dia sudah dewasa untuk memahami. Tetapi kamu, kami belum sepenuhnya percaya.

Kamu paham apa yang ibu maksud, kan?"

Mikasa menyugar rambut, namun masih meninggalkan anak-anak rambut di dahinya. Dia merasa pesan moral yang Agatha sampaikan membuat batinnya terkoyak. Bisa dibayangkan dan bisa dipahami oleh Mikasa. Namun sejujurnya dia tidak pernah berpikir sejauh itu, dulu ... Dia hanya tahu bahwa, Eren adalah cinta sejatinya, jika mereka menikah kemudian hidup bersama, dia pasti akan bahagia. Sangat klise.

"Kalau berpikir demikian, bukan kah menikah terkesan mengerikan? Lantas apa yang selama ini kita ketahui, bahwa menikah akan membawa kebahagiaan---adalah bohong? Kalau begitu caranya untuk apa menikah? Toh sama saja, bahkan kita bisa mencari sumber kebahagiaan lain, kan?"

"Aku tidak bisa menyebut pernikahan membuat kita tidak bahagia. Tetapi kita juga tidak boleh naif. Masalah dalam pernikahan sangat kompleks. Dan faktor terbesar adalah kejenuhan. Pasangan kita bisa meninggalkan kita kapan pun mereka mau. Kecuali diluar kehendak mereka, karena ajal. Coba kamu bayangkan, berpuluh-puluh tahun kamu akan hidup bersamanya. Kamu pikir pernikahan akan selalu harmonis? Tidak. "

Agatha terkekeh seperti orang mabuk. Untuk yang pertama kali Mikasa melihat sosok Agatha yang seperti kawan sebayanya. Mereka mengobrol seperti tiada batas di antara mereka. Sangat dari hati ke hati. Namun pancaran netra Agatha seolah mengandung kebencian. Figurnya yang anggun dan lemah lembut, sirna.

"Jangan kan untuk kesalahan yang besar. Kesalahan yang kecil saja akan membuat kamu sangat membencinya, sifat pasanganmu akan nampak setelah menikah. Jadi jangan terlena."

"Ah--sekarang aku mengerti kenapa di zaman modern ini, tingkat kelahiran dan pernikahan kian rendah. Alasan pasangan kita meninggalkan kita karena mati, aku tidak bisa menyanggah, tetapi jika alasannya karena mencintai orang lain, bukan kah itu menjijikan?!"
Mikasa menghela napas. Sedikit emosinya tersulut.

"Oleh karena itu aku memberi tahumu. Terlalu banyak kemungkinan di dunia ini, Mikasa---semua bisa saja terjadi. Tapi ... Satu hal yang perlu kamu ketahui, ibu berbicara demikian bukan berarti menakut-nakutimu untuk menikah. Tidak sama sekali. Aku dan Ayah mu salah satu buktinya. Pernikahan kita bisa bertahan selama ini. Tidak selalu hal buruk yang akan menghampiri hidup kita, hal menyenangkan justru lebih banyak akan kita rasakan.

Forbidden ColorOù les histoires vivent. Découvrez maintenant