28. The other side

Start from the beginning
                                    

"Gue janji." Sahut El mantap diikuti senyumnya.

"Uhuk uhuk!! Kok gue batuk ya." Seru suara lain yang tiba tiba saja muncul.

"Sama vil, rasanya gue juga pengen muntah." Sambar yang lain.

Langit dan El yang tersadar akan kehadiran teman teman Langit, dengan cepat keduanya melepas genggaman tangan masing masing.

"Muntah aja." Sahut El keki.

"Nggak ada yang larang." Sambung Langit dingin.

"Lagian kalian ngapa sih malah pegang pegangan tangan kek gitu. Ini tempat umum woi. Udah berani lo bos buka bukaan di depan umum soal El?" Alex menyambar cepat bagai kilat.

"Salut gue. Lo gercep amat bos. Udah go publik?" Sambung Mars.

"Pj dong bos." Devile angkat bicara lagi.

"Lo mau apa?" Tanya Langit yang benar benar di luar dugaan semua orang termasuk El yang sudah melotot.

"Jadi di traktir ini?" Devile masih belum percaya dengan pertanyaan Langit.

"Iya! Lo mau bakso, soto, mie ayam, seblak, pizza, sate, atau apapun gue bakal beliin buat kalian. Kalo perlu sekedai kedainya sekalian." Ucap Langit diikuti senyumnya.

Teman teman Langit dibuat melongo dengan fenomena di depannya. Langit berkata panjang dan di ikuti senyuman? Itu adalah hal langka yang jarang sekali mereka temui. Biasanya Langit jarang sekali berbicara terlalu panjang dan ramah. Ia sering dingin tanpa ekspresi.

"Beneran lo mau traktir kita?" Mars masih belum percaya.

"Buruan sebelum gue berubah pikiran." Langit kembali berkata sambil terkekeh.

"Siap bos. Makasih. Boleh nambah kan ya?" Devile yang paling semangat.

"Iya, SEPUASNYA. Sampe tuh perut lo lo pada kenyang."

"Asekk. Baik bener dah nih bos gue." Bima bersuara.

"Sering sering gini dong bos. Jan dingin mulu kek Es batu." Devile bergurau.

Menatap mereka sesenang ini membuat El jadi senang. Rasanya El tak pernah membayangkan akan sedekat ini dengan cowok cowok kocak itu. Bohong jika El tak menyukai pemandangan di depan matanya ini.

##

"GUE BENCI SAMA LO LANG!" Seru suara cowok yang kini ada di depan Langit dengan suara tinggi.

Cowok itu sepertinya sangat murka dengan Langit. Sementara Langit masih memandangi cowok itu mencoba memberi kesempatan pada cowok itu untuk berbicara.

"GUE UDAH ANGGEP LO TEMEN TAPI APA YANG GUE DAPET? LO HANCURIN GUE TANPA LO NYENTUH GUE." Kata cowok itu lagi dengan suara keras dan penuh penekanan.

"KENAPA LO NGELAKUIN ITU LANG?"  Cowok di depan Langit masih sangat marah kepada Langit sehingga nada bicaranya tak bisa di kendali.

"KENAPA LO BUNUH IRIS?"

Langit kali ini memberi reaksi atas perkataan cowok di depannya. Perkataan cowok itu barusan berhasil membuat Langit tak paham.

"MAKSUD LO APA RAKA? GUE GAK BUNUH IRIS. DIA YANG BUNUH DIRI WAKTU ITU. BUKAN GUE YANG BUNUH DIA. LO SALAH PAHAM RAKA!" Pekik Langit.

"Lo bunuh dia Lang. Dia mati karena lo." Raka masih frustasi di depan Langit.

"Dia bunuh diri. Dan gue gak ngapa ngapain dia." Elak Langit.

Raka tertawa hambar. Lantas kembali fokus menatap Langit sengit. Langit memilih diam. Ia ingin meluruskan permasalahan yang membuat Raka membencinya.

Langit AntarexWhere stories live. Discover now