Bagian 2

1.6K 154 117
                                    

Tidak pernah ada laki-laki dan perempuan yang bisa bersahabat, bukan?

***

"Pantesan ada yang rela nggak pulang dari pagi, ternyata mau dijemput pangeran." Daisy memasuki ruang kerja Raline dengan mata mengerling nakal. "Biasanya hari Sabtu gini kalau nggak ada operasi ya nempel di kasur, segala bilang ke gue kalau ada pasien mendadak suruh gue aja tangani."

Raline yang sejak tadi duduk di depan meja kerjanya sambil menatap layar komputer kini menatap Daisy bingung. "Apa sih, Dai? Kalau mau menggerutu soal kerjaan jangan sekarang deh."

"Sekalian aja menggerutunya, noh pangeran lo udah jemput di depan."

"Siapa?" Kening Raline mengernyit.

"Nevan."

Mendengar nama Nevan membuat Raline tahu maksud pembicaraan Daisy. Teman sekaligus rekan kerjanya itu sedang menggoda Raline.

"Oh, gue emang punya janji buat jenguk istrinya teman lama gue yang melahirkan di rumah sakit ini," sahut Raline acuh, tidak membiarkan Daisy menggodanya lebih jauh.

Raline berdiri dari duduknya setelah mematikan komputer. Lalu, Raline keluar dari ruangan itu tanpa menghiraukan keberadaan Daisy lagi.

"Semoga bisa balikan ya, Ra!" teriak Daisy dengan tidak tahu malunya saat Raline sudah di ambang pintu. Sialnya lagi, Nevan yang duduk di kursi tunggu depan ruang kerja Raline ikut mendengar.

"Kita nggak pernah pacaran dan nggak akan pernah, Dai." Raline memutar tubuhnya menghadap ke Daisy lagi.

Daisy hanya menunjukkan cengiran tidak berdosanya. Kenapa sih, orang-orang terdekat Raline selalu memiliki sifat yang seperti itu?

Dulu ada Sindy—sahabatnya yang sudah meninggal, ada Syanin juga dan sekarang ada Daisy. Mereka adalah orang-orang bermulut besar yang tidak bisa Raline usir dari hidupnya karena sebenarnya mereka adalah orang paling peduli terhadap Raline selain kedua orang tua Raline sendiri.

Baru saja Raline ingin berbicara lagi pada Daisy, namun sebelah lengannya langsung ditarik dari belakang oleh Nevan hingga mereka jadi bergandengan tangan. "Ayo, Ra. Teman-teman yang lain udah pada kumpul, Syanin dan suaminya juga udah disana, tadi aku ketemu mereka di parkiran."

Raline mengangguk pasrah, ikut kemana Nevan membawanya karena memang dia baru tahu dari laki-laki itulah kemarin soal istri Yurdi yang melahirkan di rumah sakit tersebut. Pastinya bukan Raline yang bertanggung jawab dalam persalinan istrinya Yurdi. Pasti dokter lain.

Raline sempat menghadap ke belakang saat Nevan menariknya untuk menuju ke ruangan istri Yurdi, Raline sempat melihat Daisy yang menatapnya seolah berkata, "Itu yang lo maksud nggak pernah pacaran sama Nevan?"

Memang, Raline menceritakan tentang Nevan pada Daisy, namun ia tidak menceritakan tentang bagaimana kesalahan dirinya dan Nevan di masa lalu. Yang Daisy tangkap, Nevan adalah pemeran utamanya, sedangkan Farel hanya mantan Raline jauh sebelum Raline bersama Nevan.

Padahal tidak begitu yang diceritakan Raline.

Daisy dan pemikiran batunya selalu bisa membuat Raline tidak bisa berkata-kata lagi.

Nevan dan Raline mungkin sekarang berjalan sambil bergandengan tangan, namun mereka sama-sama tahu bahwa masih ada sisa jarak diantara mereka. Sisa jarak yang mereka ciptakan selama sepuluh tahun belakangan.

Perlu waktu untuk mereka mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Dan, perlu usaha dari keduanya, tidak bisa hanya salah satunya.

Mereka berdua diam selama perjalanan menuju ke ruang rawat istri Yurdi.

Revoir (Tamat)Where stories live. Discover now