Bagian 7

1K 131 73
                                    

Sejak Freya datang ke kafe dekat makam Sindy, Raline jadi lebih banyak diam.

Freya mendominasi obrolan. Sesekali perempuan itu bertanya sesuatu pada Raline, namun hanya dijawab seadanya oleh Raline.

Gerald pun sama, dia juga lebih banyak diam. Sepertinya dia risih dengan Freya.

Hanya Bagas dan Nevan yang bisa masuk ke obrolan perempuan itu. Dua laki-laki itu menanggapi dengan senyum ramah.

"By the way, Ra, arti nama kita mirip loh." Freya menatap Raline lagi, berusaha membawa Raline ikut masuk ke obrolannya.

"Oh ya?" Raline bertanya sok antusias.

Freya mengangguk mantap. "Arti nama kita itu dewi yang cantik. Ah, senangnya kalau cantik gue disamain sama lo."

Raline hanya tertawa canggung. Tidak tahu harus menjawab seperti apa.

"Ngomong-ngomong, kenapa lo kuliah di Paris kemarin, Ra? Kenapa nggak di Aussie bareng kita?" tanya Freya.

"Kita?" beo Raline.

"Iya, kita. Gue dan Nevan."

Satu fakta yang baru Raline ketahui lagi. Freya dan Nevan sudah kenal lama, sejak mereka kuliah.

"Gue kuliah jurusan arsitektur di UI juga awalnya bareng Nevan, terus ternyata di Aussie kita bareng lagi," lanjut Freya.

Demi apapun Raline tidak ingin mendengar lebih banyak tentang mereka. Dan, rasanya Raline ingin berkata pada Freya kalau ia tidak ingin tahu tentang itu. Tentang mereka berdua.

Merasa dirinya diacuhkan oleh Raline, Freya menatap Nevan bingung. Bingung harus bagaimana ia mendekatkan diri dengan Raline.

Nevan sadar maksud raut wajah Freya. "Raline kalau nggak suka sama orang emang gitu, langsung ditunjukin sama dia," canda Nevan.

"Apaan sih, Nev?!" sahut Raline tidak suka. Sebetulnya ada rasa tidak enak pada Freya karena Nevan menebak isi otaknya dengan tepat.

Padahal sedari tadi Raline mati-matian menahan ekspresinya agar tidak terlalu ketara jika ia risih dengan keberadaan Freya.

"Kamu cemburu, ya?"

Sial. Pertanyaan yang dilontarkan Nevan berhasil membuat pipi Raline merona.

"Demi apapun lo kayak anak remaja yang baru kenal cinta, Ra." Bagas menertawakan Raline.

"Bacot deh, Gas. Lo juga gitu sama Syanin kemarin, lo pikir gue nggak tau?"

Bagas kalah telak. Dia memang bucin.

"Kamu udah sayang sama aku ya, Ra?"

"Bisa diam nggak sih, Nev?!"

Raline kesal karena Nevan kini tertawa puas sehabis menggodanya. Ditambah lagi, laki-laki itu sempat melihat rona merah alami di pipi Raline.

Bisa-bisa Nevan besar kepala. Pasti dia sudah GR.

Freya berdeham demi menetralkan suasana kembali. Setelah itu dia membuka suara, "Nev, gue udah lama nggak ke toko kue Tante Naura. Kapan nih lo ajakin kesana lagi?"

"Kesana sendiri aja kali Frey, lagian lo udah akrab sama mama," balas Nevan.

Mendengar percakapan Nevan dan Freya membuat pikiran Raline terbang kemana-mana. Tentang Naura—Mama Nevan yang akrab dengan Freya.

Raline jadi takut.

Dulu, Naura selalu menjodoh-jodohkan Raline dengan Nevan meski tidak secara langsung karena ia tahu hanya Raline satu-satunya perempuan yang dekat dengan anaknya.

Revoir (Tamat)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن