10. Kejutan Mendadak

22 3 0
                                    

Happy reading!
Tandai tipoo ya guys.

Sabtu pagi, Cakra sedang berolahraga di taman belakang rumahnya. Dengan kaos tanpa lengan dan celana training, Cakra melakukan push up. Otot-otot di lengannya terlihat sangat jelas. Asalnya laki-laki itu memang rajin pergi ke gym, membuat otot-ototnya terbentuk, terutama otot perut.

Setelah menghabiskan 1 jam 30 menit untuk berolahraga, Cakra masuk ke dalam rumah. Dengan keringat yang bercucuran di tubuhnya, Cakra pergi ke dapur dan mengambil minum. Cakra meletakkan gelasnya saat ponselnya yang ada di meja makan berdering nyaring.

"Gue punya kejutan buat lo," serobot Indra sesaat setelah Cakra mengangkat telepon Indra.

"Wa'alaikumsalam. Kejutan apa?" Cakra bisa mendengar tawa Indra dari seberang telepon, rupanya Indra merasa kalau disindir Cakra.

"Sorry. Assalamu'alaikum!"

"Pokoknya kejutan, tunggu aja. Nikmati kejutannya!" imbuh Indra langsung mematikan telepon.

Cakra mengangkat bahunya tak acuh, langkah kakinya membawanya ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekilas, mata Cakra tak sengaja melihat kalender. Tanggal 19 Februari, genap 1 bulan Cakra dan Tea jadian. Cakra tersenyum kecil, kemudian menepuk dahinya kencang saat menyadari sesuatu. Kenapa dirinya seperti anak ABG saja?

-----

Ting tong!

Gerakan tangan Cakra yang sedang mengusap rambut basahnya terhenti, dia mempertajam pendengarannya. Setelah 2 kali bel berbunyi, dia bergegas ke depan. Cakra tak berkedip, tubuhnya mematung sejenak. "Mah? Pah?" kagetnya. Mulut Cakra terbuka setengah, tak percaya apa yang dilihat di depannya.

"Assalamu'alaikum, anakku sing ngganteng dewe!" sapa Dewi dengan lembut. "Buka pintu aja lama banget," imbuh Dewi kesal. Matanya melirik Cakra yang masih diam memegang gagang pintu dan tak memempersilakan keluarganya masuk ke dalam rumah. "Nggak di suruh masuk, Le?" sindir Dewi.

Cakra gelagapan dan masih diliputi kebingungan. Keluarganya dari Surabaya tiba-tiba datang tanpa mengabarinya. Tumben sekali. Ada apa sebenarnya.

Cakra mengajak keluarganya, yang terdiri dari kedua orang tuanya, Santoso dan Dewi. Juga 2 adiknya, Chandra dan Hera, untuk masuk ke dalam rumah.

Hera—gadis berusia 14 tahun, yang merupakan anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya di keluarga itu langsung memeluk kakak sulungnya dengan erat. "Mas, kangen," rengeknya.

Melihat tingkah manja sang adik, Chandra ber-cih pelan. "Kangen pasti ada maunya," cibir Chandra membuat kepalanya terkena lemparan bantal. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Hera.

"Bentar-bentar, ini kenapa kalian nggak ngabarin Mas kalau mau ke Solo?" heran Cakra. Biasanya mereka akan mengabari dirinya tepat satu hari sebelum berkunjung. Hal itu juga menghindari zonk jika dirinya sedang tidak berada di rumah.

Dewi menggeser tubuhnya mendekati Cakra setelah berhasil mengusir Chandra ke sisi sofa lain. Dewi meraih kedua pipi Cakra, memaksa Cakra terus menatap dirinya. "Kamu udah punya pacar?"

Dewi melepas tangannya saat Cakra meronta karena tidak bisa berbicara dengan bebas, mulutnya menjadi seperti ikan koi. "Nggak ada," jawab Cakra. Matanya bergerak-gerak tak nyaman. "Eh, ada kue lapis Surabaya," elak Cakra. Tangannya di tepuk Dewi dengan keras, tidak memperbolehkan Cakra makan sampai laki-laki itu menjawab dengan jujur.

Cakra memejamkan matanya erat. Ini semua pasti gara-gara Indra yang memberi informasi. Sekarang dia jadi tahu kejutan apa yang dimaksud Indra.

Mata Cakra bergulir ke arah Santoso yang terlihat tidak peduli dan terus memakan keripik singkong di pangkuannya. "Pah...."

More and More [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang