7. Air Terjun Jumog & Candi Cetho

22 3 0
                                    

Happy reading😙
Tolong tandai tipo😊
Sebelumnya mohon maaf bila ada kesalahan tempat dan penjelasan. 🙏

Baru kali ini Cakra merasa dirinya lebih bersemangat. Setelah salat subuh tadi Cakra mulai bersiap-siap. Bibirnya sedari tadi tak berhenti bersenandung riang selama mempersiapkan keperluannya untuk pergi bersama Tea. Cakra sendiri tidak paham kenapa dirinya merasa bersemangat. Bahkan sejak selesai salat subuh tadi Cakra mulai bersiap-siap.

Cakra sekali lagi mengecek barang bawaannya. Sebenarnya tidak banyak, hanya saja dia tidak ingin ada satu barangpun yang tertinggal. Cakra beralih ke depan rumah—memanasi mobilnya sebelum dibawa pergi, agar tak ada masalah nantinya.

Di rumahnya sendiri ini, hasil dari keringatnya, Cakra merasa sangat nyaman. Rumah satu lantai yang di dalamnya terdiri tadi 3 kamar tidur, dua diantaranya ada kamar mandi dalam, dan yang satu ada di luar kamar. Dari depan ada ruang tamu kecil, ruang keluarga, tempat makan, dapur, tempat laundry, dan taman. Dia sengaja membangun rumah yang luas, agar keluarganya saat datang dari Surabaya merasa nyaman.

Cakra mengecek jam di pergelangan tangannya. Jam 7 pagi. Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalam mobil, Cakra mulai melajukan pajero sport miliknya. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 5-7 menit dia sudah sampai di rumah Tea. Ya, sedekat itu ternyata. Cakra baru tahu saat mengantar Tea semalam.

Cakra mengambil ponselnya, menelepon Tea. "Halo, Assalamu'alaikum! Ren, saya sudah di depan rumah kamu." Setelah mendapat jawaban dari Tea, Cakra mematikan sambungan telepon. Laki-laki bersweter hitam itu membuka pintu mobil, menunggu Tea di depan gerbang dengan tangan dimasukkan ke dalam celana.

Tak lama kemudian, terlihat Tea keluar dari rumahnya. Perempuan itu mengenakan kaus putih dilapisi kardigan bermotif garis-garis warna hitam putih. Di tangannya, Tea membawa dua buah tas. Tas selempang dan tote bag yang berisi baju untuk jaga-jaga dan bekal.

"Ayo, Mas!" ajaknya semangat.

Cakra menahan lengan Tea membuat perempuan itu mengernyit heran. "Saya mau ketemu orang tua kamu dulu. Izin bawa anaknya pergi," ujar Cakra kalem, berbeda dengan jantung Tea yang langsung berdetak tidak karuan.

"Ayah sama Bunda nggak ada di rumah, Mas. Lagi ada acara. Tapi aku udah izin 'kok tadi," ujar Tea meyakinkan Cakra. Ya walaupun tadi dia harus di interogasi panjang lebar oleh Bunda-nya. Dan akhirnya dia bisa mendapatkan izin setelah memasang wajah melas pada Ayah-nya.

Cakra mengangguk ragu. Kemudian menggiring Tea memasuki mobil. "Pakai seatbelt-nya," perintah Cakra yang diangguki Tea.

Mobil mulai melaju, membuat Tea semakin tidak sabar untuk melihat air terjun. "Nanti mampir ke supermarket dulu ya, Mas!"

"Mau beli apa?" tanya Cakra. Dia membawa mobilnya berhenti di salah satu supermarket.

"Cuma beli camilan, biar nggak bosan. Mas Cakra mau sekalian beli?" tawarnya.

Cakra tak menjawab, laki-laki itu mengeluarkan dompetnya. Mengambil 3 lembar uang berwarna merah dan menyerahkannya pada Tea. "Ini," sodornya.

Tea mendorong tangan Cakra, menolak uang yang diberikan Cakra. "Eh, nggak usah, Mas. Biar pakai uang aku aja," tolaknya.

Cakra tak menyerah, dia terus memaksa Tea menerima uangnya. Karena Cakra tidak bisa dibantah, akhirnya Tea mengambil uang tersebut. Setelahnya dia turun, memasuki supermarket seorang diri, meninggalkan Cakra yang memilih menunggu di dalam mobil.

Setelah membeli beberapa camilan dan minuman, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tidak banyak obrolan di dalam mobil. Cakra lebih fokus menyertir, dan Tea fokus dengan camilan miliknya. "Berapa lama perjalanan, Mas?" tanya Tea setelah lama bungkam.

More and More [Segera Terbit]Where stories live. Discover now