"GAUSAH TERIAK ANJIRR! GUE DI SAMPING LOO!" Keira memegang telinga yang berdengung.

Zera tertawa geli. Ia tetap fokus menatap Gavriel. Tatapannya tidak beralih sekalipun dari Gavriel.

Semua gerak-gerik cowok itu tidak lepas dari tatapan Zera, dari mulai mengacak rambut hingga mengusap dahinya yang berkeringat. Ah rasanya Zera ingin berlari kearah Gavriel dan mengusap keringat Gavriel dengan tangannya.

"Kei, gue beli minuman dulu buat Gavriel," pamit Zera meninggalkan Keira sendiri di pinggir lapang.

Keira mendengus. "Gak doi, gak Zera, ninggalin gue semua."

Zera berjalan menuju kantin dengan senyuman yang selalu terukir di wajah manisnya. Rambut yang digerai membuat Zera terlihat semakin cantik. Tidak jarang banyak pasang mata yang melirik kearah Zera.

Zera begitu mempesona di mata cowok lain, tapi tidak berlaku bagi Gavriel. Mungkin cowok itu belum sadar saja, udah ada berlian di depan mata malah ditolak mentah-mentah.

Tangan Zera terulur mengambil minuman dingin di lemari es. Zera berjalan menuju Ibu kantin untuk membayar minumannya. Setelah selesai membayar, Zera kembali ke lapangan yang letaknya lumayan jauh.

Apapun demi Gavriel akan Zera lakukan.

"Zera makin cantik ajaa!"

"Manis banget kalau senyum!"

"Body nya mantep uyy!"

"Siti lebih mantep tuh! Lemaknya banyak gimana?!" sambar salah satu temannya.

"Yeee! Pantat! Gak Siti juga lah anjing! Gue juga pilih-pilih."

"Emangnya yang cantik mau sama lo?"

Skakmat.

Mendadak cowok sadboy itu terdiam. Mungkin sebentar lagi air matanya akan turun sederas air hujan.

Zera membalas sapaan para cowok saat dirinya melewati mereka semua. "Makasih, gue tau gue cakep. Gak usah muji mulu, soalnya gue orangnya pd. Nanti makin pd, terus banyak yang syirik."

"Sa ae lo gitar spanyol."

Zera mempercepat langkah saat dirinya sudah dekat dengan lapangan. Banyak murid yang berada di luar kelas, apa mungkin mereka juga jam kosong? Maybe.

Zera menunduk menatap minuman dingin ditangannya. Senyum di wajah cewek itu lagi-lagi terukir manis, membuat siapa saja yang melihat diabetes.

"Gue kalah cepat."

Langkah Zera terhenti, ia tersenyum miris saat melihat Gavriel yang sedang meneguk minuman dan ada Aluna juga disana. Sudah di pastikan, air itu dari Aluna. Satu hal yang membuat hati Zera terasa sesak. Gavriel mengusap rambut Aluna begitu lembut.

"Zee." Keira tidak melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan Zera yang menatap lurus kearah Gavriel dan Aluna.

"Dari kapan Aluna disana?" tanya Zera melirik kearah Keira. Daripada harus menatap Gavriel yang bersama cewek lain, dan mengakibatkan hatinya seperti tertimpa batu. Sesak. Lebih baik Zera lihat wajah sahabatnya ini, meski terlihat tengil.

Keira mencibir. "Tau tuh! Adik kelas kegatelan banget sih, gak ngaca apa ya! Lama-lama gue gedeg sama tuh anak, apalagi sama Gavriel! Setan tuh cowok!"

Mata Keira membola saat melihat Zera melangkah kearah Gavriel yang kini duduk di samping Aluna. "Zeee! Lo mau ngapain?!"

Zera mengedikkan bahunya, ia tetap melangkah kearah mereka berdua dan meninggalkan Keira sendiri. Lagi-lagi Keira di tinggal.

GAVRIELZE [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя