kesepakatan

447 71 11
                                    

Naruto punya om Masashi kishimoto. Saya cuma pinjam, semoga om kishi ngebolehin.

Warning! Cerita ini mengandung unsur drama, typo, ooc, lelet update dan berbagai kekurangan lainnya.
Jika ada kesamaan itu adalah unsur ketidak sengajaan.
Sumber inspirasi; drama korea.

Rate; T aja.

Gendre: Time Travel.

Umur karakter.

Naruto 25

Hinata 20

Karakter akan bertambah seiring dengan jalannya cerita.







"Eh?!"

Hinata mengerutkan alisnya melihat Naruto yang kini masih berenang di dalam air.

Kenapa lelaki itu tidak menghilang?

"Hinata? Kenapa tidak terjadi apa-apa?"

Naruto juga bingung, ia berenang ke tepian.

.

.

.

"apa yang mereka lakukan?"

"Entahlah."

Dua lelaki berambut riven hanya memperhatikan dari jauh.

.

.

.

Jika sudah seperti ini apa lagi yang bisa di lakukan? Hinata sangat bingung. Jika bukan dari air sungai, apa mungkin air hujan?

Perempuan yang tengah berbadan dua itu memandang langit malam yang bertaburan bintang yang tidak menampakkan ciri-ciri akan hujan.

Negeri ini memang tengah memasuki musim kemarau.

"Hinata..., Sebaiknya kau masuk..., Tidak baik terlalu lama di luar."

Hinata menghela nafas, ia mengikuti Naruto yang masuk kedalam bangunan di samping kuil.

"Kenapa kenapa kau selalu tersenyum?"

Tanya Hinata yang bingung melihat wajah Naruto yang nampak ceria seharian ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang gundah.

Naruto mengulum bibir, Menahan senyum. Tidak mungkin dirinya mengatakan jika dirinya senang tidak jadi pulang kan? Naruto malu untuk mengaku. Dia tidak mau terlihat seperti anak kecil.

"Memangnya aku tidak boleh tersenyum?"

Hinata tidak menangggapi ucapan Naruto. Ia tengah berpikir.

"Apa mungkin air hujan?"

Lirih Hinata yang langsung di mengerti Naruto.

"Mungkin saja."

"Tapi saat ini sedang musim kemarau."

"Kalau begitu kita tunggu musim hujan."

Naruto menyahut dengan enteng. Sungguh lelaki itu tidak menyadari dimana ia berada saat ini. Kesalahan satu patah kata saja bisa di hukum mati.

"Aku akan kembali ke istana. Dan aku tidak tahu harus ku apakan dirimu"

"He?! Apa maksudnya? "

"Aku tidak bisa membawa mu. Terlalu berbahaya...."

"Karena wajah ku?"

Hinata mengangguk mendengar perkataan Naruto.

"Aku bisa membantu..., Percayalah padaku."

Hinata menyipitkan matanya. Arah pembicaraan Naruto?

"Aku akan membantumu mengungkapkan siapa dalang dari pembuahan Putera mahkota.... Mungkin karena alasan itulah aku ada di sini.... Mungkin setelah itu aku bisa kembali...."

' Tapi aku takut....'

Batin Hinata, ia tidak berani mengambil resiko. Suaminya saja yang ahli dalam Medan pernah bisa gugur. Lalu bagaimana dengan lelaki yang duduk di depannya ini?

"Aku akan baik-baik saja...."

"Suamiku juga pernah berkata seperti itu. Tapi lihat apa yang terjadi?"

Naruto tersenyum, ia mengerti kekhawatiran Hinata.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa dengan berdiam diri aku akan baik-baik saja? Orang-orang itu telah melihat wajahku, pasti cepat atau lambat mereka akan menemukan aku...."

Benar juga apa yang di katakan Naruto. Tapi hati Hinata masih bimbang.

"Mereka yang menghampiri aku, atau aku yang menghampiri mereka? Itu sama saja kan?"

Sepertinya memang tidak ada pilihan lain, bukan begitu Hinata?

.

.

.

Sasuke menghampiri Naruto yang baru saja selesai dari sungai untuk membersihkan diri.

Naruto masih sedikit takut melihat penampakan Sasuke yang menurutnya sedikit menyeramkan dengan pedang yang selalu terikat di punggung.

"Aku tidak tahu kau siapa, dan apa hubungan mu dengan Puteri.... "

Naruto tidak mengerti apa maksud dari perkataan Sasuke. Lelaki itu sangat misterius dan menyeramkan. Tidak bertanya atau berbicara dengan santai. Lalu Naruto harus menanggapinya seperti apa?

"Kami tidak sengaja bertemu...."

"Jika kau berniat jahat, aku sarankan kau mundur dari sekarang, sebelum pedangku menebas lehermu."

Sasuke berbicara di balik giginya yang terkatup. Sungguh, melihat wajah yang serupa dengan wajah sahabatnya membuat perasaan lelaki berambut riven itu sedikit bergetar. Entah emosi atau perasaan hangat?

Naruto menenggang lehernya sendiri. Belum apa-apa sudah terasa nyilu...

"Aku tidak sengaja menolongnya..., Aku bersumpah.... Waktu itu aku menemukannya mengambang di sungai. Tidak lebih...."

Yang Naruto ucapkan benar adanya, walaupun kejadian itu di masa depan.

Sasuke bisa membaca kalau lelaki berambut pirang itu menyembunyikan sesuatu. Tapi hati kecilnya mempernyai.

"Karena kau sudah terlibat. Maka kau tidak bisa lari.... Kau harus membantu mengungkapkan siapa pembunuh putera mahkota...."

Tegas dan tidak bisa di bantah.

"Aku? Bagaimana cara nya?"

"Kau akan menjadi putera mahkota, dan kita akan tahu siapa yang akan mencoba membunuh mu."

Wajah Naruto memucat. Sasuke bercanda kan? Dirinya di jadikan umpan pancing?

"Kau takut?"

Tanya Sasuke dengan nada mengejek.

Entah kenapa sedari kecil Naruto tidak bisa menerima ejekan dari sahabat riven yang menyebabkan. Harga diri yang setinggi langit tidak ingin runtuh begitu saja.

"Aku? Takut? Tidak mungkin. Aku akan membantu. Tapi aku tidak membantu mu. Aku membantu Puteri Hinata...."

Sasuke hanya tersenyum miring mendengarnya....

TBC....

Minggu 15 February 2021

Nyicil aja update nya.... Maafkan karena kedepannya mungkin update pendek-pendek.  Untuk ngembaliin mood harus nulis walaupun sebait.😂

Semoga kita semua selalu di berikan kesehatan jiwa dan raga.... Amin.

Waktu Dan (Cerita) CintaWhere stories live. Discover now