12. HARI YANG PENUH KEJUTAN

8.9K 1.7K 256
                                    

Happy Valentine's day!
Budaya kita bukan ngerayain valentine, tapi ngasih vote dan komen di lapak BreeZ😁



Nyaris saja ponsel Kiran menempel di telinga Zayn, saat tiba-tiba dari arah belakang wanita itu merebutnya. Membuat pria itu berbalik karena terkejut. Dilihatnya bagaimana Kiran telah memunggunginya seraya menyahut panggilan.

"Ya, Hans? Aku sedang berada di apartemen Zayn. Ada apa?"

Zayn mendengkus, mendudukkan tubuhnya di sofa. Dipandangnya Kiran yang beranjak menjauhinya, sehingga tidak ada satu pun kata yang bisa didengar. Sepertinya, calon mantan istrinya itu memang sengaja merendahkan suara.

Tidak lama Kiran kembali mendekati. Wanita itu mengulurkan ponsel padanya.

"Pengacara kamu, mau ngomong sama kamu."

"Ngapain?" Zayn mengulurkan tangan untuk menyambut ponsel dengan enggan.

"Nggak tau." Kiran mengangkat kedua bahunya, kemudian duduk di seberang Zayn. Diaturnya napas yang masih memburu, sebab dari terburu-burunya dia saat hendak merebut ponsel dari Zayn tadi.

"Yes, Bro?" Zayn menyapa Hans.

"Ngapain dia ada di tempat lo?" Suara Hans terdengar gusar.

"Nggak usah dipikirin kenapa Kiran ada di sini." Zayn melirik sekilas ke arah Kiran, yang sepertinya penasaran dengan percakapannya dan Hans.

Akhirnya Zayn memutuskan bangkit dari duduknya, dan beranjak menuju balkon.

"Lo sendiri, ngapain nelpon dia?" Zayn bertanya, saat yakin Kiran tidak mengikutinya sampai ke balkon.

"Ada sedikit urusan, mengenai percepatan pengadilan perceraian. Dia udah create surat pencabutan gugatan. Katanya mau dia submit."

Zayn berdecak, menatap Kiran yang masih duduk di sofa, sedang menatapnya di kejauhan dengan raut cemas. Sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukannya mengenai Kiran. Adanya jabang bayi di perut Aubree, membuatnya semakin yakin bahwa rujuk bukan hal yang tepat. Lagi pula, ini yang Kiran mau.

"Lo pastiin aja, supaya surat itu nggak sampai ke pengadilan. Gue udah ga bisa rujuk sama Kiran. Sama sekali nggak bisa." Zayn menekan suaranya, tanda ketegasan.

Tidak lama percakapan itu selesai. Kembali Zayn menghampiri Kiran, yang segera bangkit begitu dirinya mendekat.

"A-ada apa dengan Hans?" Kiran bertanya terbata.

Zayn menghela napas, meyerahkan ponsel pada Kiran. "Jangan submit surat pencabutan gugatan itu, Kiran. Aku sudah tidak bisa lagi sama-sama sama kamu," ujar Zayn, dengan suara selembut yang dia bisa.

Kelembutan, yang justru membuat tangis Kiran pecah di hadapannya. Namun, sedikit pun, tidak diulurkannya tangan untuk mendekap wanita itu. Tidak, karena meski hatinya patah mendengar tangis dia yang pernah dicintainya sepenuh hati, Zayn tidak mau memberi sebuah harapan.

Sepeninggalan Kiran yang akhirnya pergi meninggalkannya dengan berat hati, Zayn merasa kosong. Bahkan sampai akhirnya dirinya jatuh tertidur dan bangun keesokan paginya, dia masih merasa kosong.

Ada relung-relung pada bagian hatinya yang masih mendamba sebuah kehangatan. Yang tidak bisa didapatkannya lagi dari Kiran, dan belum bisa direngkuhnya dari Aubree. Zayn kesepian, bahkan di antara dua wanita yang mendambanya.

Menjelang sore di kantornya hari ini, Pram tiba-tiba menjulurkan kepala dari pintu ruang kerjanya yang terbuka.

"Bagaimana kelanjutan mengenai gedung itu?" tanya Zayn pada anak buahnya itu.

FROM A TO Z, I LOVE YOU - (COMPLETED - TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang