7. DUA GARIS TAK TERDUGA

10.7K 1.6K 297
                                    

"Sepertinya, kamu hamil, Cantik ...."

Perkataan Nenek Amika yang terus berdengung di telinganya sejak siang tadi, membuat langkah Aubree terhenti di depan sebuah apotek malam ini. Jiwanya bergelut, untuk melanglah masuk dan membeli alat tes kehamilan, atau menganggap ucapan nenek tua itu sebagai angin lalu.

Lagi pula, bagaimana mungkin dirinya hamil? Hanya Zayn satu-satunya pria yang menyentuhnya. Dan Zayn mandul!

Tetapi, lagi. Omongan Nenek Amika begitu meyakinkan. Tangan Aubree perlahan bergerak menyentuh bagian perutnya, merunduk, dan menatap bagian yang terlihat rata.

Ketika mual tiba-tiba terasa mendesak, Aubree tidak lagi mencegah langkahnya untuk masuk. Dengan sedikit canggung, dia membeli testpack, kemudian segera berlalu dari apotek.

Di kamar kos-nya, Aubree termenung di ujung ranjang. Pada tangannya testpack yang tadi dibeli tergenggam. Rintihan tangis keluar dari bibirnya. Tidak boleh ada yang mendengar nestapanya malam ini.

Sekali lagi dilihatnya betul-betul garis dua yang terpampang di benda pipih itu. Tidk percaya rasaya. Bukankah Zayn mandul? Apa yang terjadi kalau memang benar pria itu mandul? Dia pasti akan berkelit, membiarkannya memutuskan apa yang harus dilakukan sendirian. Apa Zayn membohonginya?

Membayangkan hal itu saja, sudah membuat Aubree gemetar. Hanya Zayn yang pernah menyentuhnya. Bayangan tentang orangtuanya pun bergolak di pikiran. Apa yang harus dikatakannya pada mereka,  saat perut semakin membesar, tanpa ada ayah dari sang calon bayi?

Tetapi Aubree tahu, dia tidak boleh hancur sehancur-hancurnya. Dia harus melakukan sesuatu. Setidaknya Zayn harus tahu, entah apa pun nanti reaksinya.

Cepat diraihnya ponsel pada ranjang, menggulir layar ponsel, dan bersyukur saat melihat nomor Zayn masih ada di sana. Untungnya, dia tidak gegabah langsung menghapus nomor pria itu. Untung ....

Aubree merapatkan ponsel ke telinga, menanti dengan cemas saat panggilannya tidak juga direspon. Sepertinya Zayn tidak akan mengangkat telepon dari nomor asing. Ada sedikit penyesalan karena telah meminta pria itu menghapus nomor teleponnya. Siapa yang tahu, kejadian tak terduga ini akan terjadi?

Hampir saja Aubree meletakkan ponsel karena putus asa, saat tiba-tiba sahutan terdengar.

"Aubree?" Sapaan itu terdengar berat, membuat perempuan itu berdebar.

"Za-Zayn ...." Aubree menyahut dengan gemetar. Zayn langsung tahu kalau dirinya yang menelepon. Sudah pasti, pria itu juga tidak menghapus nomor teleponnya.

"Ya, Aubree. Apa kamu baik-baik saja?"

Tidak. Aubree sedang tidak baik-baik saja.

"A-Apa aku mengganggu?"

"Tidak!" Zayn menyahut cepat di seberang sana. "Aku justru lega kamu menghubungiku. Aku menanti kamu menghubungiku."

Aubree menggigit bibir bawahnya sendiri, menarik napas sebelum berkata, "A-Aku ...."

Sialnya, jantung yang berdegup dan kesedihan mendadak melesak masuk ke hatinya. Membayangkan bagaimana reaksi Zayn benar-benar membuatnya Aubree serba salah.

"Aubree, apa aku sudah merusak semangat hidupmu?" Pertanyaan Zayn terdengar sayup-sayup. Nyaris tak terdengar. Meaki tidak yakin, Aubree merasa ada penyesalan yang terselip di sana.

"Zayn ...." Aubree mendesah, lelah menahan tangis sepanjang panggilan telepon. "Apa kita bisa bertemu? Di kedai kopi waktu itu?"

Tanpa diduga Zayn menyahut dengan cepat, "Aku akan tiba di sana dalam setengah jam."

***

Cokelat panas, hujan, alunan 'Berawal Dari Tatap' milik Yura yang memanjakan telinga, kursi dan meja dekat lemari berbentuk kubikel telepon yang sama waktu itu.

FROM A TO Z, I LOVE YOU - (COMPLETED - TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang