45 - Untitled

Mulai dari awal
                                    

👣👣👣

Di dalam supermarket, Mr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam supermarket, Mr. R terus mencari keberadaan Ruwi secara diam-diam. Dimulai dari lantai satu, naik ke lantai dua, kemudian ke lantai tiga, kedua mata elang Mr. R bergerak liar di setiap sudut dan rak yang berjejeran. Supermarket ini terlalu besar untuk Mr. R yang sedang berusaha sendirian mencari keberadaan seorang gadis. Harusnya tadi dia mengajak David.

"Mr. R." Suara perempuan terdengar memanggil dari arah belakang.

Lelaki itu langsung menoleh ke kanan dan mendapati Ruwi sudah berjalan mendekat. Gadis itu terlihat baik-baik saja, Mr. R berasumsi bahwa memang tidak terjadi hal buruk. Setelah melihat lebih dekat, Mr. R menyadari kalau kedua mata cokelat milik Ruwi terlihat sangat sayu seperti habis menangis. Apa kau baik-baik saja, Ruwi?

"Apa Mr. R ngikutin aku ke sini?" Ruwi curiga. Pertanyaannya berhasil menarik Mr. R dari lamunan.

"Aku berbelanja," jawab Mr. R senormal mungkin. Tangannya kemudian mengangkat keranjang belanja sebagai bukti. Sebelum masuk supermarket, Mr. R memang sudah memikirkan adanya kemungkinan akan bertemu Ruwi secara tak sengaja. Dan, nyatanya tebakannya tak meleset. Keranjang belanja yang dia bawa bisa menjadi alibi kuat agar Ruwi tidak menaruh curiga.

"Aku juga sedang belanja kebutuhan bulanan." Ruwi tersenyum tipis. Prasangkanya langsung hilang.

"Sendirian? Kenapa gak sama temanmu yang waktu itu?" tanya Mr. R penasaran. Selama mengawasi diam-diam, ia yakin tadi Ruwi pergi bersama Mila. Tapi sekarang ia mendapati gadis itu sendirian.

"Mila? Tadi aku sama Mila, tapi dia harus pulang duluan karena ada keperluan mendadak," jelas Ruwi yang langsung ditanggapi Mr. R dengan anggukan samar.

Lirikan mata Ruwi otomatis beralih menatap keranjang belanja yang dijinjing 'stalker'-nya itu. Di dalamnya berisi banyak mie instan dari berbagai merek, tak ada yang lain lagi.

"Untuk apa beli mie sebanyak itu?" tanya Ruwi tiba-tiba.

"Untuk makan hari ini dan besok," jawab Mr. R sekenanya.

"Kenapa hanya makan mie instan? Seenggaknya makan nasi dan sayur. Apa di lingkungan tempat tinggal Mr. R gak ada penjual sayur?" tanya Ruwi lagi.

Mr. R mengangguk saja. Dengan wajah keheranan, ia tetap menjawab, "ada, tapi aku gak bisa masak."

"Kalau gak bisa masak, tinggal beli saja, ada banyak warung makan di kota ini yang menjual sayur dan lauk-pauk. Terus-terusan makan makanan instan itu gak baik untuk kesehatan," ujar Ruwi sedikit kesal. Vegetarian sepertinya merasa terganggu saat mendengar ada orang yang memiliki pola makan tidak sehat.

Diamnya Mr. R membuat Ruwi sadar akan ucapannya. Sedetik kemudian gadis itu merasa salah tingkah. Tidak seharusnya dia berucap demikian pada orang yang belum lama ia kenal.

"Kemarin aku pergi menemui ayahmu." Pria jangkung itu segera mengganti topik sembari mengambil dua buah kotak sereal yang tersusun rapi di sebelahnya. Ekspresi Ruwi seketika berubah begitu Mr. R menyinggung hal itu.

"Dia baik-baik saja," lanjutnya memberitahu meski Ruwi tidak bertanya.

"Kapan kamu akan mengunjungi dia lagi?" tanya Mr. R kemudian.

Ruwi diam tak menjawab. Setelah mengetahui fakta bahwa sang ayah adalah seorang pembunuh bayaran, Ruwi merasa tidak sanggup berhadapan langsung dengan beliau. Rasa benci, marah, dan kecewa selalu bergenderang di dadanya. Tidak mudah bagi Ruwi untuk bisa memahami situasi yang dialami ayahnya di masa lalu. Bagaimanapun juga membunuh manusia demi uang adalah perbuatan yang sangat buruk.

"Beberapa hari ini aku sibuk kuliah dan kerja, aku gak punya waktu untuk menjenguknya ke Lapas." Ruwi mulai berjalan, berpindah ke rak yang menyediakan berbagai macam pasta gigi dan sabun mandi.

Mr. R mengikuti dari belakang. Selama beberapa menit, pria yang belum diketahui nama aslinya itu mengamati aktivitas Ruwi yang sibuk memilah produk-produk yang tersusun di rak. Mr. R tahu gadis itu sedang berusaha menghindar dari topik yang dia angkat.

👣👣👣

Organisasi pembunuh bayaran Animals cukup terkenal di kalangan kaum elite maupun mafia di Indonesia. Meski hanya beranggotakan 4 orang, organisasi ini mampu menyelesaikan misi dengan rapi tanpa meninggalkan jejak. Salah satu anggotanya adalah Lingga Permanaㅡayah Ruwi. Dia menggunakan nama samaran 'Harimau' selama melakukan pekerjaannya.

15 tahun lalu, riwayat Animals harus tamat setelah Lingga memberikan laporan tentang kejahatan organisasi itu ke Badan Intelijen Negara, sekaligus menyerahkan diri sebagai salah satu pelaku yang terlibat. Tiga anggota Animals mendapat vonis hukuman mati, sedangkan Lingga diberikan keringanan hukuman. Namun, hukuman itu justru menyiksanya. Dia harus mendekam dipenjara selama hidupnya dengan perasaan bersalah dan penuh penyesalan.

Hanya itu yang diketahui Mr. R mengenai masa lalu Lingga, selebihnya ia tidak tahu pasti karena yang bersangkutan pun tidak menceritakan detailnya. Yang jelas, masa lalu yang dimiliki Lingga sangatlah kelam.

"Ayahmu rela mengkhianati organisasinya, dan menyerahkan diri ke polisi demi melindungi mu. Dia melakukan itu karena dia tidak ingin kamu mati," tegas Mr. R diakhir ceritanya.

Ruwi tersenyum getir. Dia tidak lagi menangis, air matanya seolah terkuras habis karena terlalu sering melakukannya.

"Jadi itu alasan kenapa Ayah meninggalkanku sendirian di hutan." Ruwi mulai paham sekarang. Semua tanda tanya mengenai masa lalunya sudah terjawab, meski didapat dari orang lain bukan ayahnya langsung.

"Ayahmu juga memutus hubungan keluarga dengan mu karena dia gak mau kamu dicap sebagai anak seorang pembunuh oleh masyarakat," ucap Mr. R yang membuat Ruwi menghentikan langkahnya. Lelaki itu memperhatikan Ruwi dari samping.

Selama beberapa detik, keadaan hanya diisi oleh suara air yang berjatuhan di atas payung yang melindungi tubuh dua orang itu. Ruwi menghela napas panjang dengan kepala menunduk dalam. Jujur, Ruwi mengalami kesulitan antara harus membenci ayah kandungnya atau tidak. Sulit juga untuk berpura-pura tidak tahu mengenai perbuatan ayahnya di masa lalu.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore ketika keduanya tiba di depan indekos. Ruwi dikejutkan dengan adanya Zaidan dan Vano yang berdiri di pelataran, menatap Mr. R dengan ekspresi bingung. Dua cowok itu langsung berjalan mendekat, tak peduli dengan gerimis yang akan membasahi pakaian mereka.

"Siapa lo?" tanya Vano ditujukan pada Mr. R. Zaidan yang berdiri di sampingnya juga penasaran dengan hal itu.

Pertanyaan yang diajukan untuk Mr. R justru membuat Ruwi gugup. Selama ini dia memang belum menceritakan kepada Zaidan dan Vano mengenai pertemuannya dengan Mr. R, dan juga tentang ayah kandungnya yang berada di penjara karena menjadi pembunuh.

"Jawab, woi! Lo siapa? Kenapa lo bisa jalan berdua sama Ruwi?" imbuh Zaidan.

Mr. R justru tersenyum lebar. Tanpa berniat menjawab pertanyaan kedua cowok itu, Mr. R beralih menatap Ruwi yang masih diam membeku.

"Ini belajaan kamu," kata Mr. R sembari menyerahkan dua kantong belanja yang sedari tadi dia bawa. Ruwi segera mengambil alih menggunakan kedua tangannya.

"Makasih, udah anterin aku pulang." Ruwi berkata kikuk.

Tangan kanan Mr. R kemudian terulur untuk mengelus puncak kepala Ruwi dengan lembut. Tak hanya Zaidan dan Vano saja yang kaget atas aksi Mr. R itu, Ruwi sendiri pun nampak sangat terkejut.

"Sampai jumpa besok. Aku pergi dulu," pamit Mr. R seraya tersenyum tipis. Sebelum benar-benar berpaling, Mr. R menatap dua cowok di depannya secara bergantian.

.
.
.
.
.

Love,
Arama 🐾

STALKER - Beside Me [REVISI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang