[ Prom-ily ]

4.4K 642 23
                                    



"I'm not sure I want to go to prom. I'm not sure I want to share you with anyone." Sam


(6th flashback flies)

Jakarta, Februari 2006

Aku membolak-balikkan lembar halaman buku berjudul Princess Lessons karangan Meg Cabot yang aku pinjam dari lemari buku milik Gania di kamar gadis itu sehari setelah kami selesai ujian akhir. Buku berwarna merah muda dengan gambar mahkota yang besar di tengah halaman cover-nya terlihat eye catching untuk dibaca, dan jadilah sore hari yang lumayan mendung ini aku habiskan untuk membaca buku ini di sofa ruang televisi yang tidak menyala sembari menyelonjorkan kedua kakiku, hari yang sempurna untuk bermalas-malasan.

Buku yang berisi mengenai segala hal-hal berupa perintilan yang dijadikan satu kesatuan paket untuk dikemas dalam satu tubuh seorang wanita yang akan menjadi seorang putri kerajaan ini benar-benar ditulis dengan detail—really, really a book that will guide you to be a proper princess with behavior. Dimulai dari cara membuat dirimu cantik dengan merawat setiap inci tubuhmu, etika cara berdiri, cara duduk, cara menyapa orang terlebih ada perbedaan untuk menyapa anggota kerajaan dan rakyat biasa, cara berbicara, cara makan yang anggun, cara berpakaian sampai mengembangkan karakter seorang putri raja. Meskipun aku tidak begitu membutuhkannya untuk bisa menjadi seorang putri, tapi ini bisa dicontoh untuk bisa belajar menjadi wanita yang berkelas. Lagipula mempelajari etika bukan hanya untuk para bangsawan atau putri raja, tapi untuk kita semua.

Buku merah muda ini juga sebenarnya menjadi salah satu bagian dari series buku-buku The Princess Diaries, namun aku hanya menonton versi film-nya saja yang dimainkan oleh aktris kesukaanku—Anne Hathaway. Buku karangan Meg Cabot yang aku baca hanyalah The Mediator, since I prefer fantasizing with a century hottie ghosts like Jesse. Anyway, hari ini malam prom, perpisahan para siswa-siswi satu tingkat di atasku, yang seharusnya bisa aku hadiri sebagai pasangan Kak Malik berhubung yang memegang undangan Prom kali ini hanya Kak Malik dan seharusnya aku bisa mendampinginya malam ini, namun naas, aku justru dicampakkan sebelum malam Prom bisa aku hadiri dengan seorang pasangan. Memang tahun depan juga angkatanku akan melangsungkan malam Prom karena itu sudah menjadi tradisi sekolahku tapi hanya di tahun ini kemungkinan untuk bisa menjadi Prom King and Queen bisa terwujud, secara aku memiliki kekasih, yang sekarang sudah menjadi seorang mantan kekasih. Dan entah di tahun depan aku bisa membawa pasangan atau tidak ke pesta Prom-ku sendiri. Ghava dan Gania masih beruntung karena mereka berdua masih memiliki kekasih yang juga memiliki undangan Prom yang bisa mereka hadiri malam ini, jadilah aku berleha-leha di atas sofa saja dengan buku merah muda ini like tomorrow I would be picked up to the Kingdom of Genovia.

"Anak gadis, dari pagi kamu nggak gerak-gerak," seruan suara Mama datang dari arah dapur. "Kamu nggak bosan emang?" tanya beliau yang datang membawa bunga-bunga kering yang terbungkus koran di dalam pelukkannya.

Aku bangkit dari posisi santaiku dan duduk bersila di atas sofa. Mama sudah meletakkan bunga-bunga kering itu di atas meja dan membuka lilitan koran yang menyelimuti bunga-bunga itu. "Emang lagi bosan banget, Papa kemana sih, Mam?" tanyaku karena sejak pagi aku memang tidak melihat beliau, padahal ini hari Sabtu seharusnya beliau lebih sering terlihat di rumah.

"Papa ada urusan di luar, mungkin selepas Magrib sampai di rumah," Mama meraih gunting berwarna hijau dari atas meja dan mulai memotong tangkai-tangkai kecil pada bunga kering yang dibawanya.

Aku memperhatikan Mama yang mulai serius memotong tangkai-tangkai kecil untuk merapikan setiap tangkai pada bunga. "Itu bunga apa aja, Mam?" aku menunjuk bunga-bunga kecil berwarna putih kecoklatan dengan tangkai-tangkai keringnya yang berwarna coklat. Aku sering melihat bunga-bunga kecil itu terselip diantara buket bunga, atau memang mereka hanya sejenis saja?

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now