Kinsfolk

7.9K 1K 51
                                    


"I don't understand how a world that makes such wonderful things could be bad." — The Little Mermaid


Jakarta, November 2018.

Mataku terbuka setelah bunyi alarm clock yang ada di meja samping tempat tidurku membangunkan aku yang sedang menikmati alam bawah sadar. Semalam setelah bersih-bersih, aku mematikan ponselku dan dengan cepat lompat ke atas tempat tidur, tak membutuhkan waktu yang lama setelah aku membaca doa sebelum memejamkan mataku, aku jatuh pulas.

Ini masih pukul lima lewat lima, memang sudah waktunya aku bangun karena biasanya ini waktu ibadah Subuhku sebelum langit dengan cepat berubah warna menjadi lebih terang, namun karena hari ini aku sedang berhalangan aku hanya berbaring di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarku. By the way... semalam hujan deras, apa kabar hari ini? Dengan gerakan cepat aku menyingkirkan bedcover berwarna abu-abu tua yang senada dengan seprai dan sarung bantal gulingku, aku melompat turun dari atas kasur setelah sedikit mengulat dan meregangkan tubuhku, aku mendekati jendela dan menggeser tirainya untuk mengintip sedikit cuaca di luar sana. Langit masih gelap, rintikan gerimis tipis masih berjatuhan dan seketika membuatku menghembuskan napas lelah. Sudah pasti akan banyak genangan di jalanan nanti dan memberi sedikit kegaduhan kepada para Jakartans dengan barisan mobil-mobil kami dan suara klakson yang bergantian memekakan telinga a.k.a macet di mana-mana, membayangkannya saja sampai bisa terdengar kegaduhan jalanan nanti.

Karena sudah kepalang sedikit kesalbenar-benar hanya sedikit, melihat rintikan gerimis masih berjatuhan dari langit pagi ini, lebih baik aku segera pergi mandi agar bisa berangkat ke kantor lebih awal untuk menghindari drama kegaduhan jalanan. Mencoba membersihkan pikiranku dengan mengisi hal-hal baik dengan menggunakan cara paling ampuh yaitu memikirkan hal-hal menyenangkan seperti salah satunya 'makan siang enak' hari ini. Hari ini aku akan merecoki Kala untuk mengajaknya makan siang di luar, perutku ini sedang ingin sekali makan ayam Korea dengan bumbu pedasnya, membayangkan sepiring red drumsticks membuatku lebih semangat lagi untuk memulai hari ini.

Tepat pukul 6 selesai dengan urusan bersih-bersih, aku sudah rapi dan siap berangkat. Sebelum benar-benar meninggalkan apartemenku yang tenang ini, aku mencuci piring-piring kotor di wastafel yang belum sempat aku cuci semalam, itu bahkan bekas sarapan pagiku kemarin, aku tahu itu terlihat jorok tapi tolong mengerti bahwa waktuku terbatas kemarin terlebih yang ada di dalam kepalaku hanya segera sampai di atas kasur dan melupakan segala keriuhan hari kemarin. Mengecek isi kulkasku yang hanya terisi sekotak susu Greenfield putih, sebotol besar Cola yang isinya kurang dari setengah, seplastik wortel yang belum sempat aku pindahkan ke dalam wadah, sekotak timun yang sudah diserut dan diairi dengan air gula buatan Nana minggu kemarin, dan sisanya hanya botol-botol saus dan kecap, sepertinya aku butuh belanja dan memenuhi kulkasku ini. Memilih menutup lagi pintu kulkas tanpa membawa apapun dari dalam sana, aku berjalan mendekati mesin kopi sembari melakukan panggilan telepon. Mengisi mesin kopiku dengan kopi kapsul yang aku ambil di rak kecil samping mesin kopi dan menuang air ke dalamnya, aku menunggu cairan kopiku jadi sembari menunggu dering panggilanku terjawab.

"Good morning," sapaku setelah panggilanku terjawab pada dering kelima, dengan nada malas-malasan yang aku sengajai agar orang di seberang sana menjadi kesal.

Terbukti dengan suara dengusan itu terdengar dan membuatku menahan tarikan ujung-ujung bibirku "Assalamualaikum," tegasnya.

"Waalaikumussalam, Nana apa kabar?" Aku membalik tubuh untuk meraih cangkir kopi yang ada di meja kabinet dekat dengan kompor.

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now