[ The Lion and The Mouse ]

4.2K 675 14
                                    


"There is nothing I would not do for those who are really my friends. I have no notion of loving people by halves, it is not my nature."Jane Austen.


(4th flashback flies)

Jakarta, Februari 2006

Dua hari lagi adalah hari ulang tahunku yang ke-17, dan hari ini baru saja Kak Malik mengakhiri hubungan kami dengan alasan dirinya yang ingin fokus untuk melanjutkan studinya ke German, tepat di bulan kesepuluh kami menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih, lelaki itu justru mengakhirinya. Ini bahkan belum sampai di minggu untuk malam Prom, dan sudah dapat dipastikan dengan fakta ini kalau aku tidak akan datang di malam pesta perpisahan itu seperti pasangan-pasangan lainnya.

Kedua mataku masih memandang punggung tegap Kak Malik yang mengenakan seragam tim basketnya berwarna putih dan biru bernomor punggung 11, di tangan kirinya terpasang sebuah sport wristband berwarna merah yang aku sadari kalau hari ini baru saja dia kenakan, sebelum-sebelumnya saat main basket mana pernah anak lelaki itu menggunakan aksesoris pelengkap yang sedang ngetren digunakan anak-anak sekolah bahkan untuk mereka yang bukan masuk ke dalam tim basket. Sebenarnya aku dan Kak Malik bisa saja dinobatkan sebagai sepasang kekasih yang digemari oleh anak-anak lainnya karena kami berdua sama-sama memiliki prestasi di bidang yang berbeda, lain dengan Gania dan Kak Luki yang lebih digemari karena paras mereka berdua yang terlihat cocok untuk bersama. Karena ini pengalaman pertamaku dalam menjalin sebuah hubungan romansa anak remaja, aku sedikit bingung bagaimana aku harus bersikap. Melihat dulu setiap Gania dan Kak Luki bertengkar, Gania akan menjadi seorang wanita yang melow dan puitis dengan menuliskan berbagai kalimat-kalimat yang yaa... aku pun malas membacanya, di laman sosial media miliknya. Dan apa aku juga harus seperti itu? Memang ada perasaan tidak nyaman dalam hatiku sekarang bahkan saat melihat Kak Malik pergi begitu saja barusan, apa rasa ini yang disebut dengan patah hati?

Masih berdiri termenung di sudut koridor sekolah tepat di bawah tangga yang memisahkan gedung kelas Sosial dengan kelas Sains, aku bisa melihat siswa-siswi sedang menonton pertandingan basket di lapangan basket luar, jadi isi sekolah seketika sepi bahkan koridor dan kelas-kelas terasa kosong. Gania sedang menonton Kak Luki di luar sana, sebelumnya aku bersama dengannya menonton pertandingan para kekasih kami dan juga Ghava yang kini ada di tim berbeda karena ini adalah pertandingan antar kelas, kemudian Kak Malik digantikan oleh orang lain dan mengajakku berbicara di sini, untuk mengakhiri hubungan kami.

Setelah menghembuskan napas berat karena isi pikiranku tiba-tiba saja kosong dan tidak bisa memikirkan apapun bahkan untuk kembali ke lapangan basket saja aku mendadak tidak minat, aku memilih untuk mendekati kursi kayu yang ada di depan kelas di samping tangga, duduk menghadap ke gerbang sekolah jauh di depan sana, terlihat ramai dari koridor dekat gerbang sampai suasana riuh di luar sana karena pertandingan yang sepertinya semakin seru. Mengeluarkan MP3 Player berwarna merah muda dari kantung seragam kemejaku, dan memasang handsfree ke kedua telinga kemudian mkutekan tombol play untuk akhirnya aku bisa mendengar alunan suara Chrissie Hynde menyanyikan lagu I'll Stand By You yang sudah berputar pada detik ke-48 ketika aku menekan tombol play, menemaniku duduk terdiam seorang diri di kursi panjang ini. Sepertinya aku harus belajar dari hari ini kalau patah hati itu tidak menyenangkan, mungkin bisa saja aku memilih untuk menangisi perpisahanku dengan Kak Malik hanya sepertinya lebih baik aku memilih untuk merenung saja di sini, mendengarkan lagu dari kotak merah muda yang sudah aku isi dengan deretan lagu-lagu kesukaanku pada memory-nya agar semua perasaan tak nyaman dan tidak mengenakan di dalam hatiku bisa menghilang dengan cepat.

Masih melihat ke arah pintu masuk sekolah yang menampakkan anak-anak sekolah ini masih sibuk menonton pertandingan basket di sana, seorang siswi dengan celana olah raga dan kemeja sekolah yang terlihat konstras itu berlari menyusuri koridor kelas-kelas anak Sosial yang ada di bagian kanan, dia datang dari arah gerbang gedung sekolah. Aku sempat melirik ke arahnya yang seperti sedang memanggil-manggil seseorang, menyebarkan pandanganku untuk mencari tahu siapa yang panggil olehnya, aku melepas salah satu handsfree dari telinga kananku dan bisa mendengar suara siswi itu memanggil namaku.

Tell No Tales | CompletedWhere stories live. Discover now