46. MENJADI TAMENG

Start from the beginning
                                    

"Jangan sentuh barang apapun yang ada di mobil gue ini." Pertegas Jenaro. Dan perintah tersebut ditanggapi Raka penuh tekanan. Geraman beserta urat-urat di permukaan lehernya keluar. Tatapan tajamnya menghunus sosok Jenaro yang terlihat tenang menatapnya.

"Terus kursi yang lagi gue dudukin ini juga gak boleh gue sentuh?"

"Sebenarnya sih gak boleh."

Raka mendelik hingga dua bola matanya nyaris mencuat keluar. "Ya kan gue gak mungkin melayang, njing!"

"Bisa aja. Lo kan titisan setan."

"Sialan juga ya anaknya Om Guiza," ucap Raka tak habis pikir. "Om sama Tante mungut lo di mana sih? Asli, ngeselinnya gak ada obat."

Jenaro hanya memaksakan senyum sebelum menyuruh Raka mengenakan sabuk pengaman. Diliriknya sekali lagi ke arah Galan yang masih setia merebahkan punggungnya ke sandaran kursi. Posisinya tetap tak berubah. Menandakan cowok itu memang tidur beneran.

"Akibat ngomel mulu jadinya kecapekan. Untung sepupu. Canda sepupu."

"Akibat goblok mulu jadinya nyesel. Untung sepupu. Canda sepupu." Raka membalikkan perkataan Jenaro membuat cowok berhoodie hitam itu mendengus kasar. Raka tertawa puas sedang Jenaro lagi memikirkan caranya untuk membungkam mulut lebar Raka.

"Gimana rasanya mempertahankan cewek yang nyatanya main api di belakang lo? Kecewa gak, Ro?" tanya Raka yang sudah tahu betul jawabannya. Kalau saja Jenaro sejak awal mendengarkan omongannya Galan, mungkin sepupunya itu tidak akan sesakit ini saat mengetahui fakta mencengangkan yang sulit untuk dimaafkan.

"Makanya jangan bebal tuh kepala. Jadinya sia-sia aja penantian panjang lo demi Jessica. Eh taunya tunangan lo udah gak perawan. Mana masih muda."

"Oh, atau lo nyesel karena gak pernah nyicipin Jessica sampe udah ketauan gini?" Raka serta mulut nyablaknya sangat ingin Jenaro timbun dengan semen.

"Bisa diam gak lo?" Jenaro jengah. Kupingnya panas mendengar nama cewek itu kembali disebutkan. Otaknya terlalu mengempul seusai aksinya di lapangan. Jenaro sedikit merasa iba saat melihat Jessica beruraian air mata sekaligus lega setelah berhasil mengungkapkan perasaannya pada Oife.

"Lo punya banyak celah buat dibacotin, Ro."

"Diam!"

"Mantan tunangan lo pernah open BO gak sih?" tanya Raka penasaran.

Jenaro menoleh kilat kemudian menjitak jidat Raka sekuat-kuatnya, "Ngomong sama lo mesti pake bahasa alien ya, Ka. Emang bangsat."

"Canda sayang."

"Najis!"

➖➖➖

Sepuluh menit berlalu Oife tidak kunjung memasuki halaman rumah. Cewek itu diam di luar pagar yang tertutup sembari menatap empat kantong plastik di tangannya. Ketahuilah jantungnya belum membaik, masih berdebar kencang. Seseorang yang tadi berdiri di hadapannya sepenuhnya memenuhi ruang di kepalanya. Hangat yang menyebar di pipinya pun terasa jauh lebih menggoda daripada bubur yang dia makan.

Jenaro jelas jauh berbeda dari sebelumnya. Emosian, galak dan kasar tidak lagi menggambarkan pribadi cowok itu. Jenaro mampu menahan diri walau sempat terjadi percekcokan yang membuatnya pusing tujuh keliling.

"Kalo dianya kalem gitu kan makin kelihatan ganteng," gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Siapa yang lo bilang ganteng?" Jessica muncul dengan memakai celana pendek sepaha juga baju tali spaghetti. Pakaiannya benar-benar sangat seksi menurutnya. Penampilan yang hampir saja membuat barang bawaannya jatuh ke tanah. Oife tercengang sesaat sebelum senyum sinis hadir di satu sudut bibirnya.

JENARO Where stories live. Discover now