26

37 3 0
                                    

Mereka masih berkutat pada tugas mereka. Farras yang ingin mencari angin pergi ke baklon.

Dua kursi bermaterial besi putih yang saling berhadapan  di apit oleh meja. Ada rak tanaman empat susun yang terbuat dari besi berdiri kokoh di pojok kanan pagar pembatas. Rak itu di isi tanaman berpot hitam dengan berbagai jenis. Ada bunga begonia, geranium, pansy, klady red star dan sebuah bonsai yang ada di rak terbawah pinggir sebelah kanan.

Bonsai itu  yang menarik minat Farras.

Bonsai yang tergolong langka dan sulit di dapat. Dia pernah mencari bonsai itu untuk memenuhi keinginan Milady. Tapi dia tidak menemukannya di manapun. Dia juga datang ke Jepang untuk bisa mendapatkan bonsai tersebut, tapi dia keduluan oleh orang lain. Diapun akhirnya pulang dengan tangan kosong dan membeli bonsai dengan jenis lain untuk dibawa pulang. Milady tidak kecewa ketika dia mengabarkan kalau dia tidak bisa membawa pulang bonsai incarannya, tapi dia merasa kecewa pada dirinya sendiri sebab dia gagal memenuhi keinginan wanitanya.

Farras bergerak ke rak tanaman dan menekuk sebelah lututnya.

Bonsai Azalea wolfgang putz.

Tamanan yang harganya bisa mencapai miyaran rupiah ini hanya sangat susah dijumpai dan hanya orang tertentu yang memilikinya. Farras menyentuh kelopak bunga Azalea yang berbunga lebat itu yang tingginya hanya sekitar 8 cm.

Farras terggelam dalam kenangan bersama Milady. Hanya sesaat. Setelah itu dia mulai menelaah lebih jauh tentang gadis yang sedang ada di ruang tengah apartemen. Kenapa ada-ada saja hal yang berkaitan dengan Seoul  secara tidak langsung sering menuntunnya pada memorinya tentang istrinya.

Seoul  pasti bukan orang biasa. Hanya orang yang bergelimang harta yang tidak sayang untuk menghamburkan uangnya untuk memuaskan hasrat berkebunnya.  Dia harus mencari tahu.

Di dalam ruangan.

“Sorry, aku lupa membawakan minuman untuk kalian. Aku akan ke dapur dulu.”

Seoul bangkit lalu masuk ke dapur.

Dia menarik kabinet bawah, mengambil beberapa gelas dan menuangkan jus jeruk kemasan ke dalam gelas. Aktivitas nya terhenti sejenak ketika derap langkah sepatu Farras mampir di kupingnya. “Balkonmu sejuk sekali.”

Seoul menuang di gelas yang lain. Dia malas meladeni Farras. Tangannya kembali menuang di gelas yang ketiga dan mendiamkan lelaki yang masih tampil prima dan gagah di usianya yang sudah berkepala empat.

“Tapi aku tertarik pada salah satu  tamananmu. Bisakha kau memberinya untukku.”

Seoul membuang kotak kemasan jus itu tempat sampah. “Aku tidak berniat membaginya dengan siapapun.”

Seoul mengangkat nampan.

“Aku bisa membayarnya kalau kau tidak rela memberiku secara cuma-Cuma.”

“Aku tidak sedang kekurangan uang. Om bisa membelinya di tempat lain.” Seoul melewati Farras.

“Mendiang ibu Aksa menyukai bonsai yang kau miliki itu.”

Seoul memaku dirinya. Remasan di pinggir nampan mengetat.

“Kau harus memberinya padaku,” tandas Farras tenang. Memerhatikan punggung Seoul.

Wanita yang Ku Cintai (End) Where stories live. Discover now