Bab 4

159 10 0
                                    

Remi    menarik sebelah kabel. “Bro, Fika dari tadi ngomong sama loe. Loe dikasih coklat sama dia.” Aksa menoleh datar ke Remi, lalu memindahkan matanya ke coklat coklat Tobleron putih yang di ikat pita merah di ujungnya. Kemudian melirik Fika yang tampak mengharap dia mau menerimanya.

Aksa memasang headset yang terlepas itu ke kupingnya seraya  mengembalikan pandangannya kembali pada jendela kaca.

Fika kecewa. Remi yang tahu penolakan lewat penolakan Aksa itu langsung berkata, “Pemberian loe di tolak. Jadi mending dari pada mubazir lebih baik kalo –“ Fika sudah mengambil coklat itu dengan tangkas. Remi gagal mendapatkan coklat gratis. Dia mencibir santai, “Loe tuh kalo ngasih yang ikhlas. Tuh coklat buat Aksa kan? Jadi itu dah punya dia dan berhubung dia nolak jadi coklat itu buat gue selaku temennya.”

“Engga ada ya yang kaya gitu. Nih coklat buat Aksa bukan buat loe,” ketus Fika.

“Dasar pelit.”

“Bodo amat!”

Seoul yang tiba-tiba saja masuk ke sela-sela meja dan bangku di depan meja Aksa. Membius perhatian Remi. Segerombolan murid  lelaki  yang tadi ada di belakang kini ada berkerumun di dekat Fika yang tengah kesal pada Seoul yang sepertinya mengincar gebetannya.

“Hai, Aksa. Aku Im Seoul.” Tangannya terulur. Tapi remaja dingin itu tidak memperdulikan nya. “Aku Remi,” serobot Remi menjabat tangan halus gadis itu. Itu menarik kecemburuan anak-anak lelaki lain yang gagal menjabat tangan gadis itu. Seoul yang walau sedikit kecewa tapi tetap memamerkan senyum yang melelehkan hati Remi. Jabatan itu terlepas. Fika segera menarik lengan Seoul hingga tubuh Seoul setengah memutar. “Loe jangan berani-berani deketin dia.”

Seoul menyergit. “Memang kenapa?” Bak gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Tapi para murid laki-laki malah seperti melihat malaikat yang sedang ditindas oleh setan. Johan yang insting pahlawan nya terpanggil merenggut lengan Fika hingga cengkramannya terlepas. “Loe jangan berani bersikap kasar sama dia. Kalau enggak loe bakal berurusan sama gue,” ancam Johan kesal.

Fika menyentak  tanagn Johan cepat. Dia maju. “Loe pikir gue takut,” tantangnya pongah.

Ganjalan sudah diurus oleh Johan yang berdebat sengit dengan Fika. Seoul menatap Remi yang berseri-seri dengan dada berdebar karena bisa berhadapan dengan gadis secantik Seoul. “Remi boleh aku minta tolong?”

Remi secara otomatis mengangguk senang. “Boleh. Sangat boleh.” Kata-katanya berubah baku.

“Serius boleh?” tanya Seoul penuh harap.

Remi mengangguk cepat. Seperti ayam mematuk beras. Dia rela ngelakuin apapun demi bidadari tak bersayap ini. Bahkan kalau Seoul suruh dia memanjat pohon berduri dia bakal lakuin.

“Aku kurang nyaman duduk nyaman duduk di belakang, aku ingin duduk di samping Aksa.”

Remi seperti dijatuhkan dari lantai sebelas.”Apa?” tanya pelan. Pudar sudah harapannya. Seoul sepertinya mengincar temannya. Dulu dia selalu kalah dari Johan karena rupa mantan temannya  yang ganteng. Dia menjadi pangeran di sekolah sebab belum ada yang menandingi dia. Tapi sekarang Seoul sepertinya menyukai Aksa yang notabene nya adalah cucu dari pemilik sekolah ini dan siswa yang berprestasi.

“Bisa tolong pindah tempat duduk,” ulang Seoul.

Remi mengangguk tidak rela. Ini bentuk pengorbanan cinta. Dia akan melakukan pedekate dengannya nanti. Dia akan bersaing dengan Aksa secara sehat. Lagipula temannya ini sepertinya selalu menjauhi gadis-gadis. Itu terbukti pada pada sikap Aksa yang menolak seniornya ;anak kelas dua, dia belakang sekolah satu minggu yang lalu. Penolakan-penolakan lain yang dia lakukan pada gadis-gadis di sekolah ini yang menyatakan perasaannya padanya. Memang tidak sebanyak Johan, tapi dia lumayan  populer dikalangan para gadis. Remi mengambil tas yang dia sampaikan di bangku lalu berdiri.

“Pindahlah. Tapi setelah ini jangan pernah berharap menjadi temanku lagi,”cetus Aksa dingin. Tanpa menengok.  Aksa selalu menggunakan kata-kata baku untuk berbicara dengan siapapun di sekolah ini. Sekalipun teman-temannya sering menggunakan kata-kata gaul, tapi dia terpengaruh. Dia dididik oleh mendiang ibunya untuk selalu menggunakan kalimat-kalimat yang sopan ketika berbicara dengan siapapun..

Aksa tidak mendengarkan lagu apapun. Dia hanya berpura-pura tengah mendengarkan lagu. Jadi dia tahu persis apa yang terjadi sejak tadi. 

Remi seperti dihimpit oleh dua kubu yang sama kuat. Satu gadis pujaannya dan satu adalah sahabat karibnya. Jadi siapa yang harus dia pilih? 

Seoul mengecup pipi Aksa.

Remi bingung ternganga.

Aksa membatu.

Suasana yang sunyi senyap seketika.

Hanya ada suara-suara anak-anak dari kelas lain di luar yang terdengar samar dari dalam. Semua penghuni ruangan melongo. Kaget.

Seoul menegakkan punggungnya. Lengkungan itu terbit di bibir Cherry blossom nya.  Tidak ada rasa canggung ataupun malu.

Aksa bangkit. “Dasar gadis gila,” desis Aksa tajam 

“Itu adalah salam perkenalan dariku. Aksa Dikara Thahir,” ujarnya masih diiringi senyum manis. “Aku bisa melakukan hal lebih nekat lagi jika kau menyulitkan ku untuk di sini.”

Aksa serasa ingin menarik rambut gadis itu mendorongnya dari lantai dua gedung ini.

••••

Seoul mengekori Aksa dan duduk di samping Aksa di jok belakang mobil.

Supirnya mengerutkan kening heran. Ada gadis remaja yang sepertinya kurang sopan masuk dan membuat anak majikannya menekuk mukanya.

Seoul tetap mengikuti Aksa wali berbagai penolakan dan kata-kata menyakitkan meluncur dari lisan remaja itu. Johan tadi menawarinya untuk mengantarnya pulang dengan motor ninjanya, tapi dia menolaknya. Teman-teman sekelas lelakinya juga mengajaknya untuk pulang bareng, tapi dia dengan senyum mengembang tidak mengiyakan ajakan mereka.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tekan Aksa mengambil sisa-sisa kesabarannya yang kian menipis. Sejak tadi dia selalu mengekori ya ke manapun. Dia juga berhasil duduk di sampingnya meski dia sudah berpindah-pindah tempat duduk. Dia selalu sukses membujuk teman yang duduk di sebelahnya itu pindah tempat. Dengan sedikit melempar senyum dia mampu teman sebangkunya pindah tempat. Andai saja dia bukan perempuan sudah pasti dia tidak akan ragu untuk menonjoknya sampai babak belur karena berani mengusik seseorang yang bak singa tidur yang tidak pernah ingin di ganggu. 








Wanita yang Ku Cintai (End) Where stories live. Discover now